Instruksi Khurasan, Gerilya Iraq, Buah di Syam “Akan - TopicsExpress



          

Instruksi Khurasan, Gerilya Iraq, Buah di Syam “Akan berperang tiga orang di sisi perbendaharaanmu. Mereka semua adalah putera khalifah. Tetapi tak seorang pun di antara mereka yang berhasil menguasainya. Kemudian muncullah bendera-bendera hitam dari arah timur, lantas mereka membunuh kamu dengan suatu pembunuhan yang belum pernah dialami oleh kaum sebelummu.” Kemudian beliau saw menyebutkan sesuatu yang aku tidak hafal, lalu bersabda: “Maka jika kamu melihatnya, berbai’atlah walaupun dengan merangkak di alas salju, karena dia adalah khalifah Allah Al-Mahdi. (Sunan Ibnu Majah, Kitabul Fitan Bab Khurujil Mahdi 2: 1467: Mustadrak Al-Hakim 4: 463-464. Dan dia berkata, “Ini adalah hadits shahih menurut syarat Syaikhain.” (An-Nihayah fit Firan 1:29 dengan tahqiq DR. Thana Zaini.) Dimanakah arah timur tersebut? Riwayat lain menyebutkan bahwa timur adalah Khurasan. Dimanakah letak Khurasan? Percobaan Googling menunjukkan bahwa Khurasan banyak mengarah pada wilayah di Afghanistan dan sebagian Iran. Dan di Afghanistanlah, Amerika Serikat mengarahkan moncong senjata mereka pada pembukaan millenium ketiga, di abad ke 21. Dan di sini pulalah sebuah perjalanan yang terasa underrated dimulai. Di sini pulalah dimulainya inspirasi penulisan Neo-Tarbiyah Jihadiyah, dan hasil tulisannya bermakna hingga revolusi Suriah 2011. Instruksi dari Balik Pegunungan Berbatu Ahmad Fudhoil berhijrah dari Yordania, dari sebuah wilayah Syam Tengah menuju Afghanistan. Yordania terletak diantara Syam-syam lain yang memiliki keunikan masing-masing. Ia adalah satu-satunya wilayah Syam yang masih secara resmi menganut sistem monarki. Berbeda dengan Palestina, Libanon atau Suriah, Syam yang ini masih dijajah oleh penguasa yang bersurban. Meski nampaknya penguasanya secara perlahan telah menanggalkan surbannya. Datang dari sebuah tanzhim yang memiliki “aliran keras” dalam takfir tak membuat para muhajir yang lebih dulu datang mem-blacklist Ahmad Fudhoil sebagai takfiri yang perlu dijauhi. Malahan sang komandan muhajir, Saiful Adel, menerima tamu yang baru datang ini dengan lemah lembut dan kasih sayang. “Kami saling berpelukan dan mengucapkan salam selamat dan bahagia kepada ikhwan-ikhwan ini. Kesan pertama duduk disampingnya, anda akan merasa duduk bersama orang yang sama sekali biasa, polos dan tawadhu’.” ujar Saiful Adel tentang karakter keramahan Ahmad Fudhoil. “Sampailah kami pada point pembicaraan mengenai perbedaan pendapat dia dengan ikhwan-ikhwan di sini, kami sama sekali tidak bertujuan mendebatnya, untuk sementara target kami adalah bagaimana dia bisa simpatik dengan kami.” Komandan Saiful Adel lebih memfokuskan diri untuk menjadikan Ahmad Fudhoil, yang ia anggap “ekstrim”, untuk menjadi simpati dengan para muhajir yang sudah settle terlebih dahulu di sana. Bukan mempermasalahkan sikap kerasnya. Hingga akhirnya dalam hitungan bulan, Ahmad Fudhoil dan beberapa muhajir dari Syam, diantaranya berasal dari Suriah telah berbaur dengan sukses di bumi hijrah mereka. Bahkan Saiful Adel dalam ceritanya menyebutkan bahwa di bumi Herat, tempat para muhajir Syam ini berada, telah terbentuk struktur yang mirip dengan miniatur negara. Banyak di antara mereka adalah muhajir yang berasal atau berdarah Suriah. “Terdiri dari kaum pria, wanita, dan anak-anak. Termasuk keluarga Abu Mush’ab dan kedua teman dekatnya. Ada tiga keluarga Suriah lagi yang turut bergabung, salah satunya bahkan datang jauh-jauh dari Eropa.” sebut komandan asal Mesir ini. Siapa Abu Mush’ab?? Ya, kelak Ahmad Fudhoil lebih dikenal sebagai Abu Mush’ab Az-Zarqawi. Dan akhirnya tibalah serangan Amerika Serikat ke kampung para muhajir. Dan mereka dituntut untuk menyebar, bahkan membuka lahan baru. “Kami dituntut untuk menyebar secara terorganisir dari awal, di setiap tempat yang dapat kami jangkau di seluruh dunia.” Demikian pernyataan Komandan Saiful Adel, seperti dikutip dalam kisah perjalanan Az-Zarqawi yang terjemahannya diterbitkan arrahmah. Dan akhirnya, dengan modal gestur tubuh yang sesuai, rombongan Ahmad Fudhoil yang telah berbulan-bulan berhijrah di Khurasan ini lebih memilih bergerak ke Irak, wilayah yang bertetangga dengan kampung halaman mereka di Syam. Menanam Benih di Rumah Tetangga Singkat kata, perjalanan Ahmad Fudhoil aka Abu Mushab Az-Zarqowi yang melewati banyak rintangan dan cobaan, sebagai bentuk instruksi penyebaran Al-Qaidah, telah banyak membuahkan hasil. Adanya konflik yang disemai negara polisi dunia di Iraq telah menjadi anugerah amal shalih yang tiada terkira. Dan Abu Mushab sangat jeli melihat ladang syahid ini. Nama Tandhim al-Qaidah fii Biladir Rofidain pun membahana ke seluruh dunia. Selain itu, Abu Mushab menjalankan operasi ightiyalat yang agak tidak lazim ditemui di tandhim-tandhim jihad lain di seluruh dunia. Al-Qaidah Iraq adalah sedikit golongan manusia yang secara massal telah mencontohkan operasi membunuh Syiah yang nyata-nyata memaksa kaum muslimin untuk pindah dari kampung halaman mereka menuju ke pengungsian. “Di negeri Dua Aliran Sungai terdapat banyak sekte. Ada sekte Shobi’ah, ada Yazidiyyun para penyembah setan, Kaldaniyyun dan Aasyuuriyyun. Kami sama sekali tidak akan menyakiti mereka, kami tidak akan mengarahkan tembakan kami ke arah mereka, meskipun mereka adalah kelompok yang sama sekali tidak memiliki hubungan dengan Islam. Tetapi kami belum melihat mereka ikut bekerjasama dengan tentara salib dalam memerangi Mujahidin dan tidak juga memainkan peran memalukan seperti yang dimainkan kaum Syiah (Rofidhoh).” sebut panglima jihad Iraq ini kala menjelaskan mengapa mereka menjadikan Syiah, termasuk awamnya sebagai target (faiandghonimah.blogspot). Petualangan penuh berkah Az-Zarqowi telah banyak tertuang dalam risalah-risalahnya yang banyak diterjemahkan sebagai Neo-Tarbiyah Jihadiyah. Banyak keajaiban yang terjadi dalam perjalanan Tandhim Al-Qaidah Irak. Hingga akhirnya, Ahmad Fudhoil mendapatkan apa yang ia cari, penutupan hidup yang didamba banyak mujahid. Pada Juni 2006, lewat perantara serangan pengecut penjajah Amerika, Az-Zarqawi menemui (seperti yang kami perkirakan) kesyahidannya. Namun kepergian Az-Zarqawi hanyalah sebuah kisah yang sepele bagi keberlangsungan jihad di bumi yang bertetangga dengan Syam ini. Pada awal 2006, tepatnya bulan Januari, panglima Al-Qaidah Iraq ini telah turut memprakarsai sebuah bibit yang amat berharga bagi perjalanan syiar Islam di masa depan. Az-Zarqawi bersama elemen-elemen lain membentuk Majelis Syuro Mujahidin. Dan seolah seperti tak terpengaruh dengan kesedihan hilangnya salah satu pendirinya, Majelis Syuro Mujahidin bertransformasi menjadi sebuah harapan baru. Pada 15 Oktober 2006, atau 22 Ramadhan 1427, Majelis Syuro dan gerakan-gerakan yang berafiliasi dengannya, beserta Harokah Fursanut Tauhid dan Jundu Millah Ibrahim, ditambah banyak suku-suku lokal, mendirikan Daulah Islam Irak. Pengganti Abu Mushab Az-Zarqawi, Abu Ayyub Al-Masri tidak menjabat sebagai amir daulah ini. Sebagai representasi daulah yang syar’i, daulah ini menunjuk seorang ahli bait Rasulullah untuk menjabat puncak tertinggi. Ya, dialah Abu Umar Al-Husaini Al-Quraisyi Al-Baghdadi. Benih (Semoga) Terus Berbuah Meski dientengkan keberadaannya oleh musuh-musuh di barat, Daulah Islam Irak terus menunjukkan eksistensinya. Kondisi kritis dan jaya tentunya menjadi hal biasa yang mewarnai perjalanan organisasi yang hidup. Meski hanya dianggap sebagai insurgent group, alias kelompok pemberontak, Daulah Islam Iraq terus berkarya dengan darah mereka. Bahkan daulah ini tetap bertahan setelah ditinggal (menurut perkiraaan kami) syahid oleh amir mereka. Syaikh Abu Umar Al-Baghdadi, atau yang bernama lahir Hamid Dawud Muhammad Khalil az-Zawi ini menemui kesyahidannya pada 2010. Bersama menteri perangnya, yang juga suksesor panglima tanzhim Al-Qaidah Iraq setelah Az-Zarqawi, Abu Hamzah Al-Muhajir, Amirul Mukminin Daulah Islam Iraq ini dibunuh oleh gabungan operasi Amerika dan thoghut lokal Irak di dekat Tikrit. Lagi-lagi, perjuangan mujahidin menunjukkan ketegaran mereka yang luar biasa. Jamaah yang dibangun atas akidah yang mantap ini menunjukkan bahwa mereka bukan sekedar pemberontak biasa, yang kebanyakan didominasi keinginan duniawi. Mereka bukan kelompok yang mudah rontok tatkala figur krusial mereka dihabisi. Lagi-lagi Daulah Islam Iraq menunjukkan keistimewaannya. Seperti tak kekurangan stok ahlul bait Rasulullah (yang sering digembor-gemborkan oleh Syiah Rafidhah), pengganti Abu Umar Al-Baghdadi ternyata juga keturunan cucu Rasulullah, Sang Pemuka Pemuda Surga. Berbeda dengan cerita dusta Syiah Imamiyah tentang imam mereka yang membenci sahabat Rasulullah, amir kedua Daulah Islam Iraq ternyata bernama Abu Bakar. Ibrahim Awad yang bergelar doktor ini memilih julukan Abu Bakar Al-Baghdadi dalam berbagai publikasi. Dan perlu diingat, Daulah Islam Iraq masih meneruskan operasi “genosida” melawan anshar penjajah, para penganut Syiah Imamiyah. Pasukan Panji Hitam Telah Sampai di Syam Alhamdulillah, setelah melalui perjalanan lebih dari sepuluh tahun, semenjak instruksi penyebaran Al-Qaidah dari balik pegunungan di Afghanistan, akhirnya pasukan yang benar-benar berbendera hitam ini sampai juga di Syam. Beginilah karakter mujahidin. Mereka tidak melihat perang sebagai bencana. Dan ternyata, konflik berkepanjangan di Suriah akhirnya mampu diolah menjadi berkah. Tak mau kalah dengan insurgent group lain yang berasal dari fikroh yang berbeda-beda di Suriah, Alqaedian yang tersebar di Iraq ini memulai pekerjaan baru mereka. Pengalaman berhijrah berkali-kali, dari Herat-Kandahar-Mashhad hingga Baghdad ternyata menjadi sebuah pelatihan yang amat penting. Batas-batas yang lebar tersebut nampaknya telah menjadikan Iraq-Suriah menjadi sangat sepele, apalagi dalam kondisi chaos. Tercatat bahwa Abu Muhammad Al-Jaulani, yang dengan Jabhat Nusrahnya kini memutuskan bekerja secara independen, adalah kiriman dari daulah yang dipimpin oleh Abu Bakar Al-Baghdadi. Dan sungguh sangat wajar jika sel-sel yang ada di Syam (Suriah), kini menjelma dan melakukan re-deklarasi sebagai Daulah Islam Irak dan Syam, sebuah deklarasi kembali yang awalnya terlihat kontroversial. Namun kini, ISIS (Islamic State of Iraq and Sham) telah menunjukkan bahwa mereka benar-benar merupakan harapan umat Islam seluruh dunia yang mendambakan perwujudan Jamaah Muslimin. Daulah yang ditopang murni dengan syariat Islam. Tak ada batas-batas nasionalis dalam ISIS. Video menunjukkan Syam menjadi bumi hijrah baru, dan ISIS jelas bermain di belakangnya. Di sana berkumpul manusia dari ras kaukasoid hingga ras mongoloid. Sungguh benar apa yang Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam sebutkan, bahwa pasukan penolong Allah yang berbendera hitam itu muncul dari Khurasan.
Posted on: Mon, 11 Nov 2013 00:10:43 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015