Jend. TNI (Purn) Luhut B. Pandjaitan Jend. TNI (Purn) Luhut B. - TopicsExpress



          

Jend. TNI (Purn) Luhut B. Pandjaitan Jend. TNI (Purn) Luhut B. Panjaitan, Perwira Tinggi TNI, Mantan Menperindag Dirikan DEL Sebagai Kawah Candradimuka Kader-Kader Bangsa Jendral TNI (Purn) Luhut Binsar Panjaitan lulusan terbaik Akademi Militer Nasional (AMN) tahun 1970 peraih penghargaan Adimakayasa, pernah duduk sebagai Menteri Perindustrian dan Perdagangan pada era presiden KH Abdurrahman Wahid. Sebagai pembantu terdekat Gus Dur yang sang pluralis, terdapat dua hal terpenting yang terjadi pada diri pria Batak kclahiran Simanggala, Tapanuli pada 28 September 1947 ini. Pertama, pangkatnya disempurnakan dari bintang tiga menjadi bintang empat jenderal penuh. Kedua, pada saat menjabat Menteri Perindustrian dan Perdagangan itulah suami dari Devi Panjaitan boru Simatupang ini mendirikan Sekolah Tinggi Politeknik Informasi DEL, berlokasi di Laguboti, Sumatera Utara. DEL adalah bentuk rasa syukur Luhut kepada Tuhan, sesuatu aksi konkrit yang akhir-akhir ini sangat jarang dilakukan oleh petinggi negara dari tanah Batak jika sedang berada di atas tahta kekuasaan. Selama berkarir militer Luhut banyak mengabdikan diri di Korps Baret Merah atau Kopasus (Komandan Pasukan Khusus). Luhut adalah komandan pertama Detasemen 81, lebih sering dikenal sebagai Detasemen Penanggulangan Teror (Gultor) 81. Tidak ada hubungan emosional yang terlalu istimewa antara Luhut dengan Laguboti tempat DEL didirikan. Tetapi justru di situlah uniknya. Luhut semata-mata menjadikan DEL sebagai simbol perjuangannya memajukan bangsa Batak. Memang, sebelum menjadi Menteri, Luhut sudah aktif sebagai pebisnis yang berwawasan global. Hal itu tak terbantahkan manakala peresmian DEL di Laguboti para duta besar Negara sahabat seperti Duta Besar Amerika, Australia, Singapura, dan lain-lain turut. Memang, jika ditanya apa yang ada di benaknya saat membuka PI-DEL di Laguboti, mengingat lokasi ini tergolong minus, dan bukan pula lokasi yang tepat untuk meraih pasar untuk secepatnya mengembalikan investasi, Jenderal Luhut yang pernah menjadi Duta Besar RI di Singapura ini menjawab ala kadarnya saja. Bahkan cenderung bernada religius. "Saya itu dikasih Tuhan begitu banyak berkat. Sering saya bilang pada diri saya, dan juga pada orang banyak, saya ini sudah mendapat belas kasih Tuhan. Bayangkan, mulai hidup yang baik, pangkat yang tinggi, jabatan yang lumayan, demikian pula dengan anak dan istri yang baik, serta tinggal di negeri yang begitu indahnya. Karenanya, saya lantas berpikir yang saya bisa berikan sebagai ucapan terima kasih dan syukur saya kepada Tuhan, dan kepada negeri ini. Terutama untuk kampung halaman, atau dari mana keluarga saya berasal, lahir dan dibesarkan. Sehingga saya dirikanlah Politeknik Informasi DEL ini, di sini,' kata Luhut. Semula Luhut tidak pernah berpikir DEL akan sebesar seperti sekarang. Kecil saja awalnya. Semuanya ternyata menjadi berkembang lebih luas karena banyak sekali teman-temannya yang turut membantu. Karenanya teman-temannya yang semula ragu tentang pendirian DEL, kini justru berbaiik dengan mendukung dan memberikan berbagai bantuan suka rela. itulah yang membuat Luhut untuk lebih terpicu lagi membangun dan menajamkan arah DEL. Luhut yang juga Presiden Komisaris PT Kiani sedari awal memang mengimpikan suatu saat akan membangun sekolah yang berkualitas berlokasi diluar Pulau Jawa. Niat baiknya tersembul setelah menyaksikan semua pendidikan yang bagus dan berkualitas rata-rata menumpuk hanya di wilayah pulau Jawa. Jadi, sekali Iagi, bukan semata-mata karena dan emosional etnis atau karena begitu banyak orang Batak keluar merantau ke Jawa untuk sekolah, hingga memilih mendirikan DEL di Laguboti. "Saya enggak pernah dibesarkan di sini. Jadi, sebenarnya, emosional tentang saya enggak pernah ada di sini, Hanya kebetulan bahwa orang-orang daerah Laguboti, Balige, Porsea dan sekitarnya banyak yang pintar matematika dan kebetulan Indonesia masih kurang orang, Jadi, DEL ini menjadi pilihan kami,” ungkap Luhut. Melihat investasi sebesar Rp 30 miliar harus disiapkan untuk mendirikan DEL, Luhut mengaku, semuanya tidak dimaksudkan sebagai profit center. Dia percaya semuanya terjadi adalah karena campur tangan Tuhan semata, "Ketika selesai sebagai Menteri, pikir saya, selesai jugalah investasi yang saya tanam di sini. Tetapi rupanya justru enggak. Malah semakin banyak teman-teman yang menyumbang. Sebab mereka melihat bahwa apa yang mereka berikan sudah menjadi kenyataan. Jadi, ini suatu hal yang harus Saya puji dan syukuri pula kepada Tuhan," kata Luhut. "Selain itu, setelah tidak menjadi Menteri lagi, saya menekuni beberapa bisnis yang juga Tuhan berkati. Saya pikir, memang, saya Iahir bukan untuk jadi orang kaya. Saya cukup untuk hidup dengan istri dan anak-anak saja. Sehingga, kalau ada yang Iebih dari itu berarti harus saya investasikan untuk hidup orang lain,” tambah Jenderal yang belakangan aktif menjadi penasehat bagi para juniornya. Setelah mendirikan DEL Luhut obesesif agar setiap provinsi di negeri ini juga menginvestasikan kelebihannya di bidang pendidikan, dimaksudkan untuk menyelamatkan generasi penerus dan menjadi kebanggaan dunia pendidikan di Indonesia. "Banyak orang kaya di Tanah Batak, bahkan di Indonesia ini namun enggak banyak perhatiannya ke dunia pendidikan. Mungkin, bikin sekolah unggulan atau lembaga pendidikan seperti DEL ini enggak gampang. Artinya, bisa saja membangun sekolah mudah, bikin gedungnya mudah. Tetapi, mengisi roh atau jiwa sekolah memerlukan suatu kegiatan tersendiri. Makanya saya dan istri hadir langsung ke DEL hampir tiap bulan. Kami selama tiga empat hari di sini," jelas Jenderal Luhut, yang memperistri Devi br. Simatupang dikenal saat sekolah SMA di Bandung. Luhut di SMA Penabur, Devi di SMA Kristen Bandung. Keduanya dikaruniai empat orang anak, masing-masing Paulina br. Panjaitan, menikah dengan Kapten Inf. Maruli Simanjuntak, lain David Panjaitan, Paulus Panjaitan, dan Karri Panjaitan. Luhut Binsar Panjaitan selaku penerima penghargaan Adimakayasa, selepas pendidikan menyandang pangkat letnan dua langsung bertugas di Kopassus. Kopassus Luhut pernah menjabat Komandan Pusat Pendidikan di Batujajar, Bandung, Asisten Operasi di Markas Kopassus, serta menjadi komandan pertama Detasemen 81 yang sekarang disebut Detasemen Penaggulangan Teror (Gultor) 81. Detasemen ini sangat di seganin dan secara khusus bertugas menangani masalah teroris. Adalah Luhut sendiri yang membangun detasemen ini mulai dari nol, saat panglima ABRI dijabat oleh Jenderal Benny Moerdani. Luhut juga pernah menjadi Komadan Pusat Kesenjataan Infantri (Dan Pussenif) di Bandung. Saat menjabat Komandan Korem di Madiun Luhut meraih prestasi sebagai Komandan Korem Terbaik se Indonesia. Luhut mendapat promosi pangkat menjadi jenderal berbintang tiga kala dipercaya menduduki jabatan Komandan Pendidikan dan Latihan TNI Angkatan Darat (Kodiklat TNI AD), berkedudukan di Bandung. Kemudian saat menjabat Menteri Perindustrian dan Perdagangan dianugerahi pangkat jenderal berbintang empat. Pada saat masih berusia muda Luhut Panjaitan aktif sebagai atlet renang, karare, judo, dan terjun payung. Bahkan sebagai atlet renang dari Propinsi Riau pernah meraih medali di PON Bandang. Setelah tidak lagi menjabat menteri Luhut mulai merasa banyak waktu untuk mendalami masalah-masalah olahraga. lapun sempat mencalonkan diri menjadi Ketua Umum KONI Pusat. PEMIMPIN BANGSA DARI DEL Lewat DEL, selain mengusung cita-cita ideal Luhut menyimpan obsesi melahirkan calon-calon pemimpin bangsa masa depan dari wilayah Laguboti. Karena kata DEL sendiri, yang diambil dari bahasa Ibrani, berarti pemimpin bangsa. “Yah, ini saya punya cita-cita sejak dahulu. Ayah saya almarhum juga sudah bilang, kalau kau memang bisa bikin baik, buatlah yang terbaik. Lewat DEL saya berpikir dalam 10-15 tahun lagi akan lahir desainer-desainer dari berbagai ilmu. Karena mereka punya talenta, dan ada fasilitas. Mereka tinggal drive dan doa saja. Kalau itu jalan, dan bersinergi, saya percaya suatu ketika akan lahir desainer-desainer dari negeri ini yang andal dan takut akan Tuhan,” kata Luhut. Para calon desainer itu adalah calon pemimpin bangsa yang digembleng penuh disiplin. Disiplin menjadi sangat perlu karena banyak perguruan di Indonesia yang dalam pendidikannya meremehkan unsur disiplin. Bahkan, banyak pemimpin sipil termasuk menterinya yang lemah dalam hal disiplin. Drive kerja dan spirit kerja yang berdisiplin agak kurang pada mereka. Termasuk juga rasa kebangsaan menjadi agak kurang tampak. Elit-elit sipil juga terlihat gampang ‘terombang-ambing’. Di DEL Luhut berupaya menanamkan soal disiplin sehingga out put kampus bukan hanya Iulusan sarjana teknik, atau engineer saja. Tapi mereka harus jadi seorang pemimpin yang punya disiplin dan drive yang kuat. Ada konsekuensi lain Luhut mendirikan DEL di Laguboti. “Visi saya agar semua orang Medan datang ke Laguboti. Jangan semua dari kampung ke kota. Tapi, kota bisa mensubsidi orang kampung. Seperti sekarang ada anak yang pandai di sini, padahal dia membayar makannya saja enggak mampu. Kitalah yang subsidi karena uang sekolahnya juga sudah murah sekali. Saya berupaya menyumbang sekecil apapun kepada negeri ini sebagai sesuatu yang bisa menggerakkan, mendidik anak-anak pintar tapi yang tidak berpunya untuk menikmati suatu pendidikan yang berkualitas. Sehingga mereka bisa cerdas dan mendapatkan masa depan yang elok, yang Iebih bagus, demi kepentingan bangsa ini ke depan," kata Luhut. Dalam prakteknya Luhut mengatakan, DEL telah menjalin berbagai kerjasama dengan Institut Teknologi Bandung (ITB) mulai dari fakultas membernya, staf pengajar hingga kurikulumnya. Sebagai misal, direktur DEL, dan seleksi masuk berasal dari ITB. Bahkan, standar perkuliahan di ITB itu jugalah yang diterapkan di DEL. “Dengan ITB mini ini, kira lebih mudah menjalin kerjasama dengan perguruan tinggi dari luar. Salah satunya adalah NIT dari India, sebuah perguruan terkemuka dalam bidang informatika. Jadi master dari NIT India masuk ke ITB, ditatar, lalu diserahkan kepada DEL sebagai staf pengajar,” jelas Luhut. Yayasan juga menjalin hubungan kerjasama dengan Wolonggong University Australia, yang salah satu poin pentingnya adalah laborotorium elektronika. Yang juga sama menariknya adalah mereka menerima kredit transfer dari sekolah DEL ke Wolonggong, dan sebaliknya. Menurut Luhut, sanitasi, toilet, dan pekarangan Kampus DEL selalu bersih. Hal itu dibudayakan dengan baik mengingat mahasiswanya berasal dari bermacam-macam keluarga. Budaya pendidikan, disiplin, serta bersih tertanam dan terbentuk sampai mereka menyelesaikan pendidikan. Disamping itu, Luhut juga menginginkan DEL bukan saja menghasilkan sarjana teknik informatika yang baik dan berkualitas. Tetapi, mereka juga harus bisa berkomunikasi dengan beberapa bahasa terutama Bahasa Inggris. Sekarang sudah 30 persen mahasiswa berbicara dalam bahasa Inggris. Ke depan Yayasan DEL masih akan menambah dua guru India dari NIT, atau tiga tenaga pendidik lagi sehingga mereka bisa lebih banyak berkolaborasi dalam bahasa Inggris.
Posted on: Wed, 03 Jul 2013 07:33:24 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015