Jokowi, Topeng Monyet, dan Selamatkan Yaki Oleh: Tri Lokon | 26 - TopicsExpress



          

Jokowi, Topeng Monyet, dan Selamatkan Yaki Oleh: Tri Lokon | 26 October 2013 | 12:36 WIB Jokowi tak suka Topeng Monyet (monyet jalanan) ngamen di jalanan Ibu Kota. Ketidaksukaan Jokowi, bukan berarti tidak mau membela nasib orang kecil terpinggirkan. Razia topeng monyet itu digalakkan Pemda DKI untuk sebuah target. Tahun 2014, Jakarta benar-benar sudah bebas dari Topeng Monyet. Rupanya masyarakat mendukung kebijakan itu. Ranah hukum pun digapai untuk memayungi razia “atraksi monyetâ€� yang konon tak terbantahkan sudah menjadi unsur inti dari sebuah pekerjaan para urban. Tak urung, para punggawa topeng monyet pun menerima penertiban itu asalkan dicarikan pekerjaan yang layak untuk menyambung hidup. “Razia topeng monyet itu amanah dari Undang-undang negara kita tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan (UU 2009 No 18) dan peraturan tentang pengawasan kepada hewan rentan rabies dan tentang pencegahan dan penanggulangan rabies (Perda No 8 2007)â€� kilah petugas razia. Tak hanya ranah hukum yang menjadi dasar penertiban itu. Nilai-nilai etika dan moral pun dijadikan tameng untuk meluncurkan kebijakan tentang topeng monyet itu. Dikatakan, tak patut menyiksa hewan primata itu apalagi mengeksploitasinya untuk dijadikan alat mencari uang di kota besar. Meski demikian, kebijakan Jokowi itu rentan penolakan dan kritikan. Untuk meminimaisirnya, Pemda DKI membeli monyet dengan harga 1 juta rupiah. Tatap muka dengan para pengamen topeng monyet pun dilakukan oleh Gubenur Jokowi. Monyet-monyet yang dibeli kemudian dipelihara di kebun binatang yang dikelola oleh Pemda. Dukungan masyarakat terhadap kebijakan Jokowi tentang larangan topeng monyet ngamen di DKI sepertinya mengalir deras. Rasa kasihan terhadap monyet yang diperkerjapaksakan, terucapkan. Di sisi lain ada nilai pendagogis juga buat genersai muda untuk bersikap positif dan peduli terhadap hewan-hewan yang dilindungi dan dijaga dari kepunahan. Jika mengacu pada kelompok “Selamatkan Yakiâ€�, kebijakan Jokowi itu boleh dikata sangat terlambat. Buktinya di Sulawesi Utara telah berdiri organisasi pecinta “Selamatkan Yakiâ€� dan bisa dicek di webnya ini selamatkanyaki. Monyet (Sulawesi crested black macaques ) dikenal dengan sebutan Yaki oleh penduduk setempat. Membaca websitenya itu, Harry mengatakan bahwa program Selamatkan Yaki (Monyet Khas Sulawesi) meliputi konservasi, riset dan pendidikan yang berfokus pada perlindungan terhadap Monyet berpantat merah, khas Sulawesi dari kepunahan akibat diburu oleh manusia. Dalam upayanya menyelamatkan Yaki, Harry dan kawan-kwanya bekerjasama dengan stakeholder dari kalangan sekolah, perguruan tinggi, pemerintah dan swasta. Monyet atau Yaki endemik Sulawesi ini bisa dilihat langsung di Taman Nasional Tangkoko, Kebun Binatang Tandurusa Bitung atau di hutan sekitar Gunung Mahawu, Masarang sering terlihat berkeliaran monyet-monyet itu. Namun, ironisnya suatu hari saya melihat Yaki itu dijual di pasar tradisional Tomohon dalam keadaan sudah tak bernyawa alias sudah dibantai dan siap dijual dengan harga sekitar 30 ribu per kilo. Dengan melihat Yaki dijual itu, dalam saya kadang tidak habis pikir. Satu sisi ada gerakan â €œSelamatkan Yakiâ€� di sisi lain penduduk setempat memburu Yaki dan dagingnya dijual. Katanya masyarakat terdorong membeli daging Yaki karena menganggap dagingnya menambah vitalitas dan sekaligus bisa menyembuhkan penyakit asma. Untuk menyelamatkan monyet (Yaki) dari eksploitasi dan kepunahan, sebaiknya Pak Jokowi memiliki jurus-jurus pamungkas seperti yang telah dilakukan oleh kelompok Selamatkan Yaki di Sulut. Untuk sosialisasi dan penyadaran masyarakat mereka memangun kemitraan dengan Universitas Sam Ratulangi, The Macaca Nigra Project (Kolaborasi IPB, Unsrat dan German Primata Center), Tasikoki (Wildlife Rescue Center). Tangkoko Conservation Education Project dan beberapa Kebun Binatang Luar Negeri seperti Taronga Zoo, Drusillas Park di Inggris, Newquay, Dudley dll. Kegiatan yang pernah dilakukan adalah edukasi terhadap anak-anak, masyarakat dengan berbagai macam kegiatan seperti Peringatan Hari Satwa Sedunia (4 Oktober), Festival Pinawetengan (7 Juli), Perkemahan Kreatif Remaja, Pemeran dan Workshop bertajuk “Together We Safe The Yakiâ€�. Tak hanya itu, mereka juga menggalang networking dengan kebun bintang di luar negeri dalam acara Selamat Yaki Quiz Night secara on line dan mendapat sambutan cukup meriah. Melihat apa yang telah dibuat Jokowi dan kelompok Selamatkan Yaki yang berbasis di Manado, tentu patut kita dukung. Bentuk dukungannya tak lain adalah upaya penyadaran terus-menerus, betapa pentingnya menjaga dan memelihara kelestarian flora dan fauna di Indonesia demi terciptanya keseimbangan alam, manusia dan iklim bumi. Sudah saatnya generasi muda diajak untuk menjaga habitat para hewan beserta alam lingkungan demi hutan tropis Indonesia yang tetap green.
Posted on: Sat, 26 Oct 2013 07:51:04 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015