Judul : Code Game ‘L D’ Kategori : Serial Fiksi - TopicsExpress



          

Judul : Code Game ‘L D’ Kategori : Serial Fiksi Misteri Episode : #3 Oneironaut Penulis : Ersa Anindra “Damar, ini Raditya, panggilan sehari-harinya Rad. Cucu Nyonya Dina, dia anak sepupumu Andika yang dibawa pergi oleh ayahnya setelah mereka bercerai dulu”kata Doni, pengacara keluarga mengenalkan seorang remaja jangkung itu kepadanya. Wajahnya benar-benar mewarisi wajah Nyonya Dina, almarhum neneknya. “Sebenarnya saat kesulitan ekonomi, ayah Andika bermaksud mengantar Andika ke ibunya. Tapi niat itu batal setelah tahu Nyonya Dina dibunuh. Andika dan istri serta ayahnya meninggal ketika terjadi wabah demam berdarah tiga bulan yang lalu. Hanya Rad yang tersisa”jelas Doni. Damar menganggung, “Tolong bantu urus kepindahan sekolahnya, dia masuk ke asrama sekolah Angga dan Kartika. Semoga anak itu bisa betah bersamaku”katanya agak terpatah-patah dan cadel akibat penyakitnya. “Kau boleh sesekali liburan ke rumah warisan almarhumah nenekmu, disana ada dua orang pembantu yang mengurusmu. Tapi ingat, jangan sampai kau merusak kebun bunga kesayangan milik almarhum.”pesan Damar. Rad mengucapkan terima kasih kepada paman yang baru ia jumpai. “Apa aku tak boleh tinggal bersamamu, Om Damar? Aku sudah terbiasa hidup dilingkungan keluarga.”harap Rad. “Kau harus terbiasa Rad, jaga rahasiamu. Jangan sampai orang tahu kau salah satu ahli waris yang tersisa. Kedua sepupumu telah hilang. Aku tak mau hal lebih menyedihkan lagi menimpamu”sahut Damar, dari kursi rodanya. “Apa ini foto Angga?”tanya Rad. Ia seperti pernah bertemu dengan Angga beberapa kali. “Lalu foto Kartika mana?”tanya Rad semakin antusias. Dimeja kerja yang ada laptop diatasnya, dilaci kanan itu ada album foto milik Kartika”jelas Damar yang mengarahkan kursi rodanya ke jendela. Setelah membolak balik album tersebut, Rad meringis dan menggaruk-garuk kepala sambil menghampiri Damar, duduk disofa baca, mereka saling menatap sangat dekat sekali. “Aku pernah bertemu dengan mereka berdua beberapa kali, dalam mimpiku”bisik Rad. Ia pikir pamannya itu akan tertawa. Sebab dulu, saat ia bercerita bisa ia mengatur mimpi yang ia suka dan bisa masuk ke mimpi ayah dan kakeknya, mereka tertawa geli, menganggapnya sedikit mengkhayal. “Apa kau seorang Oneironaut, Rad?”tanya Damar penuh selidik. “Berapa level lucidity yang kau capai?” “Aku hanya pemula yang belum terasah, Om. Bagaimana Om Damar tahu tentang Oneironaut?”tanya Rad semakin mendekat, mereka akhirnya melirik ke arah pengacara yang berada diluar ruangan, ia sedang menelpon seseorang dengan tampang serius. “Hanya itu yang sempat kuingat, sebagian kata-kata yang ada di buku harian Kartika yang dikirim oleh Angga via pos, tapi ada orang lain yang telah merampasnya. Dan kurasa dia juga pelaku yang menjadi dalang peristiwa mengerikan yang dialami nenekmu, tante Dina”gumam Damar menyeka mulutnya dengan sapu tangan. “Mereka berdua, maksudku sepupuku, Angga dan Kartika sampai saat ini sedang mengejar seorang pria bertopeng dalam beberapa mimpi, para gamer menyebut dirinya Malaikat Putih. Kurasa orang itu terlalu necis, selalu memakai tuxedo putih untuk mengisyaratkan status sosialnya, cibir Rad. “Berapa banyak korban pada kematian berantai dalam keluarga kita, Om?”tanya Rad, ia benar-benar tertarik. “Nenekmu, tante Dina korban pertama, saudaranya tante Florentina korban kedua, adikku Viola dan Garry, suaminya korban ketiga dan keempat, disusul kakekmu, Om Wisnu. Korban kelima”papar Damar. “Dengar Rad, aku hanya memberimu waktu satu tahun sekolah di Indonesia. Selebihnya, kau akan kukirim ke Perancis. Satu hal yang kuminta darimu, Rad. Tulis semua yang kau alami dilaptop barumu yang akan disiapkan pengacara keluarga kita, kau bisa mengirimnya ke emailku nanti”pesan Damar. “Ok! Kau sudah resmi diterima disekolah itu,dan semua peralatan sekolah akan mereka kirim ke asrama siang ini. Dan kata kepala sekolah tadi, kepala asrama menetapkan kalau kau satu kamar dengan, Ben. Teman sekolahmu.”tandas Doni, sang pengacara keluarga. Rad benar-benar menutup rapat-rapat rahasia keberadaan dan siapa dia sebenarnya dia. Lingkungan sekolah hanya mengenalnya sebagai mahasiswa pindahan dari kota lain, bukan sebagai sepupu Angga atau pun Kartika yang pernah terdaftar sebagai siswa di sekolah yang sama. **** Setelah enam bulan kemudian, Rad mulai menulis : Saatnya menikmati ujian praktek program Cobolt, program aplikasi paling tua di dunia, edan! yang benar saja! Ini benar-benar membosankan, untuk menuliskan kata “halo, salam kenal!” saja ruwet banget, hampir satu layar perintah dengan program bahasa C, bahasa yang hanya dimengerti oleh Komputer. Apa tak ada bahasa yang lain? Kadang membuatku pusing!! Ditambah lagi dengan perintah looping yang mengharuskan aku memahami logika algoritma, mata pelajaran Kalkulus saja aku harus beberapa kali mengulang, Belum lagi ada peringatan parameter yang muncul jika aku salah menginput atau keliru kumasukan perintah dalam bahasa C. Menyebalkan, rutukku. Aku gelisah, ruangan sejuk itu membuatku gerah berkeringat, kulihat teman-temanku begitu tekun berkutat dengan logika masing-masing, sungguh ternyata ini tak semudah saat aku memegang stik ataupun joy stik saat bermain game di komputer dan play station, hahahaha! Suasana hening tanpa suara, yang terdengar hanya dengung lembut AC dan kecepatan jemari-jemari mengetik tuts pada keyboard komputer masing-masing, bagian bawah layar monitor LCD tiba-tiba berkedip. Sejenak terhenti, dan muncul pesan singkat dari seseorang yang memakai monitor dengan login 23. To : Everyone Hei, aku menantang kalian sebagai pemberani terpilih untuk memainkan game buatanku, kutunggu kedatangan kalian semua, jangan sampai ketinggalan #LD.(Login 23) Dan reaksinya sungguh mengejutkan, ruangan yang tadinya begitu hening mulai kedengaran kasak kusuk, bisikan-bisikan yang berdesis-desis seperti ular, tangan mereka lincah chatting dengan setiap login komputer yang ada di LAN server, rupanya pengawas diruang sebelah tahu kami tidak serius mengerjakan ujian tersebut. Ia mematikan server jaringan. Semua kalang kabut, sebab tak sempat menyimpan program yang mereka buat, “padahal tinggal di execute, aku sudah mengganti warna layarnya” keluh Andi. Mimi hanya menunduk lesu, ya, dia memang harus sedih sebab tadi sudah diumumkan, bahwa kami, satu ruangan dianggap gagal dan mengulang semester depan. Aku dan Ben segera melepaskan jas almamater dan dasi hitam yang terasa mencekik leher, kami bergegas menuju halaman parkir kendaraan siswa, Adel sudah berada disana, sepertinya ia tengah menunggu seseorang, gadis eksentrik dengan cat rambut berwarna warninya tampak bersandar nyaman ditiang halaman parkir siang itu. “aku butuh seorang Oneironaut berbakat, dan aku sangat membutuhkan bantuan, kata Jeese, kau salah satunya, bergabunglah denganku, temui aku di Café d’Escalier, sore lusa, kau tahu cara menghubungiku, bukan?”pinta Adel begitu memelas mencoba menyembunyikan kegelisahannya. Tapi gerak bola matanya tak bisa berbohong. Sambil menyelipkan secarik kertas ke saku bajuku, ia membaca pesan masuk di ponselnya dan berlalu pergi meninggalkan kami seolah sedang diburu sesuatu, skirt kotak-kotak merah sebatas lutut itu berkibar ditiup angin seolah melambaiku. Ben bersiul, mengagumi tubuh Adel yang proporsional. Aku membacanya sekilas, “Code Game : LD”. Well, mungkin ini pertama kalinya aku mengirim catatanku lewat email untukmu, Om. Sebab kemarin tak ada sesuatu yang berarti dan kutulis, kurasa. Salam, RAD Setelah melihat tanda SENT muncul dilayar, Rad menutup laptopnya, dan pergi tidur. Ia melihat Ben sudah tertidur pulas. **** Pagi itu Ben sudah mengejarku, padahal aku baru keluar kamar mandi. Aku mengambil baju kaos kerah dan celana jeans, aku ingin pulang, liburan semester ini. Menemui keluargaku yang masih tersisa dan mau menampungku, Om Damar tentunya. Sampai aku masuk ke balik krey untuk memasang baju, Ben tetap menungguku. “Apa itu Oneironaut, Rad? Apa ada hubungannya dengan game yang santer diberitakan membawa kematian para pemainnya.” bisik Ben penasaran , Oneironaut adalah orang yang bisa bebas menjelajahi mimpi, dan menurut penelitian, keadaan ini seharusnya dapat dilatih! “LD?....., apa maksudnya Lucid Dream?” gumamku, entahlah. “Maksudnya kita dapat mengatur apa yang ingin kita impikan, begitu?”desak Ben memburuku yang telah menstater motor bersiap untuk pergi. Aku sendiri bukan orang yang pandai menjelaskan sesuatu secara detail, sebab aku hanya mempunyai kepandaian rata-rata. Konon, Richard Feynman, peraih nobel fisika yang terkenal saat berhasil menemukan kenapa Shuttle Chalengger meledak. Dia seorang Oneironaut natural, bisa dibaca di catatan-catatannya di bukunya. Bagaimana cara menjadi oneironaut? Richard Feynman mencobanya dan berhasil hanya dalam sekali coba. Caranya adalah dengan menjaga kesadaran saat kita mulai tertidur. Hebatkan? “Euuhhh, Singkatnya begini, seorang Oneironaut yang dilatih, akan menuliskan setiap mimpi yang baru dialaminya, dan kebanyakan saat kita bangun tidur kita lupa mimpi apa yang telah kita alami selama tertidur, kecuali pada hal-hal tertentu, yang benar-benar membekas pada ingatan kita”jelasku seadanya. Biasanya, kita tak sadar dan tiba-tiba saja sudah terbangun keesokan harinya. Kapan tepatnya kita tertidur? Untuk menjadi seorang oneironaut, kita harus melatih diri dan berusaha memperhatikan kapan tepatnya kita tertidur. Nah! Saat kita berhasil sadar saat menembus membran antara bangun dan tidur ini atau yang dikenal dengan istilah hypnagogic state, secara teori kita akan bisa sadar saat tiba di alam mimpi. Ben hanya menggaruk kepala dan menggeleng bingung, apa boleh buat deh. “Lalu Lucid Dream itu apa?”tanya Ben lagi, sekarang giliran aku yang menggaruk kepala, dan menjelaskan dengan bahasa yang paling sederhana, “Ummhhh, aku sedang buru-buru. Singkatnya, Lucid Dream adalah keadaan dimana kita sadar kalau kita sedang bermimpi. Dengan kata lain, seseorang dapat masuk ke dalam mimpi secara sadar dan sesuai keinginan” sahutku sekenanya. “Intinya kita bisa mengatur dan mengendalikan mimpi apa yang kita inginkan, ada dua cara melakukannya, sengaja dan tidak disengaja, dilatih dan seacara alami, maksudku” tambahku “Oh maksudmu kita akan berhalusinasi dan berdelusi, ahh, seperti terkena Schizophrenia saja.” kata Ben terkekeh-kekeh. Aku jadi kesal, dia pikir hanya orang yang mengalami Lucid Dream itu mirip Schizophrenia, itu kan penyakit gangguan kejiwaan, membuat orang berhalusinasi selalu terjadi saat rangsangan terlalu kuat dan otak tidak mampu menginterpretasikan dan merespon pesan atau rangsangan yang datang. Penderita mungkin mendengar suara-suara atau melihat sesuatu yang sebenarnya tidak ada. Masa bodoh ah, aku mau cepat pulang! Aku segera memacu kecepatan sepeda motorku melalui lorong sepanjang dua meter, untung tak ada pejalan kaki yang memanfaatkannya sebagai jalan pintas siang ini, jika tidak, salah satu dari kami harus mengalah untuk berbalik mundur karena celahnya tak memungkinkan untuk di lewati bersisian. **** Setelah pertemuannya dengan Rad kemarin, Adel merasa ada setitik harapan untuk membantunya terlepas dari jerat maut yang sudah mulai mengikatnya dalam permainan yang mengerikan! ia salah satu anak gadis terpilih untuk bermain game LD, tiga bulan yang lalu ia mendapat tawaran untuk menjadi penantang di game LD. Level demi level dilaluinya dengan konsentrasi penuh, ini bukan sekedar permainan biasa, tidak memerlukan proyeksi virtual, tapi si pemain langsung masuk ke dimensi ruang tanpa alat bantu apapun, cukup mengendalikan lucid dream untuk mencapai progress level lucidity. Hanya orang-orang berbakat dan terlatih mampu melakukannya, dimana mereka bertemu dalam satu mimpi yang sama, setiap hari game yang dimainkan selalu berbeda, bagi yang gagal akan mengalami peristiwa yang paling mengerikan bahkan berujung dengan kematian! Pengendali game LD tidak memilih secara acak, ia juga kenal betul setiap pemain yang diundang, dan rata-rata pemain memiliki gangguan psikologis yang di sebut phobia, mereka sudah mengintai mereka sejak awal, itu yang Adel ketahui. Berdasarkan investigasi kematian mereka. (bersambung)
Posted on: Mon, 05 Aug 2013 00:51:30 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015