KaRen#31 Kali ini Daniel melangkah dengan penuh percaya diri. - TopicsExpress



          

KaRen#31 Kali ini Daniel melangkah dengan penuh percaya diri. Pengalaman pertemuan dengan KaRen di Bandung beberapa hari yang lalu telah melonjakkan semangat Daniel. Sepatah kata pun yang mengandung harapan memang tidak terdengar dari KaRen saat dirinya berjumpa dan berbicara dalam jarak yang begitu dekat di ruang lobi hotel. Justru pada Daniel harapan kian membuncah. Memperhatikan caranya melangkah menuju ruang kerja KaRen, Daniel sedang diliputi optimisme pertautan rasa pada KaRen yang tidak pernah berhenti bergejolak dalam dirinya. Sambil membenahi beberapa berkas di atas meja, KaRen melihat sekilas pergerakan langkah kaki Daniel yang mengarah kepada dirinya. Seperti telah diduga oleh KaRen, pria berpostur lebih tinggi serta dengan paras wajah yang kelihatan lebih mudah darinya, kini betul-betul berada di hadapannya. “Assalamu ‘alaikum, Mbak,” sapa Daniel begitu masuk ke ruang kerja KaRen. “Wa’aiaikum salam, “ jawab KaRen dengan ramah. “Bagaimana kabar Anda? Kapan dari Bandung,” lanjut KaRen. Daniel tidak menduga terhadap sikap KaRen yang jauh lebih terbuka terhadap dirinya. Setelah bercerita secara singkat kepulangan dari Bandung, Daniel lalu menjelaskan ihwal kedatangannya untuk kali kesekian ke perpustakaan, bahkan langsung menuju ruang kerja KaRen. “Mbak, bagaimana saya mendapatkan akses pelayanan lebih leluasa di perpustakaan ini?” “Apa karena keinginan itu Anda menemui saya?” tanya KaRen. Tentu bukan hanya karena keinginan mendapatkan akses pelayanan secara lebih leluasa yang membuat Daniel lebih berani menemui KaRen. Perpustakaan tetap merupakan wasilah bagi Daniel agar bisa mengenal lebih dekat dengan KaRen. Tapi rasa ini belum berani diungkapkan oleh Daniel. Daniel perlu menunggu momentum yang tepat untuk mengunggah perasaannya kepada KaRen. Entah kapan momentum yang tepat itu bisa didapatkannya. “Saya sekarang sedang menyiapkan riset tentang hak asasi manusia terutama kebebasan beragama dan berkeyakinan. Riset ini merupakan tindak lanjut pertemuan kami dengan Profesor Kvanvig di Bandung,” jelas Daniel. KaRen sama sekali tidak memiliki latar belakang pengetahuan tentang isu yang disampaikan oleh Daniel. Tapi KaRen bisa memahami pelayanan yang diinginkan oleh Daniel dari perpustakaan yang dikelolanya. “Saya tidak paham isu yang akan Anda teliti. Tapi silahkan Anda memanfaatkan informasi yang disediakan oleh perpustakaan ini. Pelayanan perpustakaan ini terbuka. Anda kan sudah memanfaatkannya kan?” “Iya mbak,” jawab Daniel. “Saya ingin menambahkan dua hal. Peprpustakaan ini sudah lama mengembangkan perpustakaan hybrid. Anda bisa melacak informasi yang dibutuhkan secara digital, di samping dengan cara tradisional. Nah, yang kedua, kalau Anda membutuhkan informasi lebih dalam tentang isu Anda tadi, perpustakaan ini menyediakan liaison librarian, staf yang menguasai bidang tertentu. Nanti Anda akan saya hubungkan dengan staf tersebut,” KaRen menjelaskan pelayanan di perpustakaan yang bisa dimanfaatkan Daniel. “Wah, terima kasih sekali Mbak,” Daniel terlihat puas mendapat penjelasan dari KaRen. Daniel mulai menemukan jalan lempang . Bukan jalan menuju etalase perpustakaan yang menyediakan berbagai buku dan informasi lainnya yang disajikan secara digital. Tapi jalan menuju pintu hati KaRen. Perasaan inilah yang mulai tertanam kuat pada Daniel setelah cukup lama mengurai siasat perjumpaan dengan KaRen. Tentu ini perasaan subyektif Daniel karena Daniel memang belum tahu sengkarut suasana kebatinan yang menyeliputi KaRen. Daniel akan segera berhadapan dengan sengkarut jika pertautan rasa dengan KaRen bakal terwujud karena Herlambang dan kedua orang tua KaRen belum menyurutkan langkahnya. *** “Bu, tadi jam berapa KaRen pulang,?” Pak Munir membuka pembicaraan dengan Bu Murni di teras rumahnya yang asri. “Tadi jam delapan,” jawab Bu Murni datar. “Mengapa KaRen bisa begitu?” tanya Pak Munir seperti tidak percaya terhadap sikap KaRen yang menghindar dari Herlambang, padahal dirinya dan isterinya telah memberikan restu terhadap Herlambang. Manusiawi jika Pak Munir dan Bu Murni saling mengunggah rasa kekecewaannya terhadap sikap yang diperlihatkan KaRen. “Anak kita itu kan sudah tiga tahun lulus. Sudah waktunya menemukan pasangan sebagai suaminya,” ungkap Bu Murni pelan. “Herlambang cocok menjadi suami KaRen,” imbuh Bu Murni. “Herlambang berusia matang. Lagi pula dia sudah punya pekerjaan tetap,” Pak Munir menimpali penilaian isterinya terhadap Herlambang. “Lha iya, apa yang kurang pada Herlambang. Lalu apa yang dicari oleh KaRen? Mengapa KaRen bisa seperti itu? Apa dia sudah punya calon lain? Mengapa nggak pernah bercerita kepada kita?” Bu Murni tidak bisa menyembunyikan keheranan dan kekesalannya. “Apa karena perbedaan usia?” Pak Munir mulai menganisis dari sisi umur. “Mungkin juga. Tapi kan tidak terlalu terpaut jauh. Jarak 5-10 tahun masih normal kok. Itu malah bagus karena akan lebih matang dan siap membimbing KaRen yang jauh lebih muda,” argumen Bu Murni. “Lalu apa yang harus kita lakukan?” tanya Pak Munir. Tidak ada jawaban dari Bu Murni karena sebenarnya Bu Murni menyimpan pertanyaan yang sama, tapi belum sempat terlontar karena didahului oleh Pak Munir. Lalu apa yang mereka lakukan? Jawaban dari pertanyaan inilah yang dibutuhkan oleh Pak Munir dan isterinya. Kegamangan dirasakan oleh pasangan yang mulai beranjak ke tahapan usia 50-an tahun. Adalah hal yang manusiawi jika dalam tahapan usia seperti ini mereka mengimpikan KaRen bersanding dengan seorang pria yang direstui, Herlambang. Mimpi berikutnya adalah lahirnya seorang cucu. Tapi apa yang harus mereka lakukan? Pertanyaan mereka lebih tertuju pada upaya memengaruhi sikap KaRen yang mulai mengeras, tidak saja pada Herlambang, tapi juga kepada pilihan kedua orang tuanya. Sementara dari arah lain, Daniel mulai menemukan jalan lempang yang dapat memudahkannya pertautan rasa antara dirinya dengan KaRen. Setidaknya perasaan itulah yang mulai tertanam pada Daniel. *Bersambung ke KaRen#32* Ruang Perpustakaan Pribadi, Jelang Sahur, 30 Juli 2013
Posted on: Mon, 29 Jul 2013 18:13:11 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015