Kartu Kredit Bunganya Tinggi Selain anggapan bahwa kartu kredit - TopicsExpress



          

Kartu Kredit Bunganya Tinggi Selain anggapan bahwa kartu kredit adalah hutang, alasan berikutnya orang menolak kartu kredit adalah karena bunganya tinggi. Perlu Anda ketahui bahwa kartu kredit adalah produk perbankan di segmen kredit konsumtif. Dengan demikian bunganya sudah pasti tidak akan lebih tinggi dari kredit produktif. Namun sekali lagi semua itu dikembalikan kepada bank itu sendiri yang menerbitkan kartu kredit. Tiap-tiap penerbit kartu memiliki strateginya masing-masing meski berpatokan pada kebijakan Bank Indonesia (BI) sebagai regulatornya. Kalau kita merasa bank yang satu mengenakan bunga yang lebih tinggi dari bank lain dengan sistem perhitungan bunga yang tidak jelas, kita bisa berpindah ke kartu kredit bank yang lain. Kartu kredit bank tersebut kita tutup dan kembalikan. Sangat sederhana dan simpel. Hidup ini ada begitu banyak pilihan. Jadi tak perlu dipusingkan oleh urusan bunga seperti ini. Citibank lebih tinggi bunganya? Beralih saja ke HSBC. HSBC tinggi bunganya? Beralih saja ke BCA. BCA tinggi bunganya? Beralihlah ke Stanchart. Stanchart tinggi bunganya? Pindah saja ke Bank Mega. Bank Mega tinggi bunganya? Tutup dan ganti ke ANZ, dst... Sebenarnya pengenaan bunga atas produk kartu kredit adalah hal yang wajar. Bank bukan lembaga LSM atau lembaga donor. Bank adalah lembaga bisnis yang tentu saja mengharapkan keuntungan dari semua produk mereka. Jika tidak, bagaimana mereka menutup biaya operasional, membayar gaji pegawai, membeli dan memelihara inventaris yang berteknologi tinggi, dsb? Jadi jika ada orang yang menolak bank hanya karena adanya sistem bunga di setiap produknya, orang itu hanya mau menang sendiri. Kembali saja ke zaman purbakala dengan menggunakan sistem barter untuk kepastiannya. Barter tidak ada bunga dan sama-sama menguntungkan. Adalah keterlaluan (mungkin goblok) jika kita menginginkan uang orang lain tetapi tidak mau menanggung biaya yang dikenakan atas proses perpindahan pemakaian uang tersebut. Jika bank tidak mengenakan bunga kepada seorang debitur, lalu bagaimana jika orang tersebut berniat jelek lalu kabur dengan semua uang yang dipinjamkan tersebut? Tentu seluruh bank di dunia akan tutup dan bangkrut. Sistem ekonomi akan kacau balau. Makanya dengan adanya bunga ini, bank memiliki posisi yang seimbang jika ada nasabah yang kabur, tidak terlacak, otomatis bunga yang didapatkan dari nasabah lain bisa menutupi kerugian-kerugian tersebut. Terkecuali semua nasabah kabur dan menghilang begitu saja seperti rapture (pengangkatan manusia ke surga). Kita menyimpan uang di bank saja mengharapkan bunga, tentu wajar bank meminjamkan uang kepada kita juga mengharapkan bunga. Jangan mau menang sendiri. Terkadang kita menolong orang lain saja yang katanya ikhlas dalam berbagai bentuk masih mengharapkan balas budi minimal kita diingat pernah menolong. Padahal yang lebih mengingatnya adalah diri kita sendiri. Bukankah ini sama saja? "Memenjarakan orang dengan cinta", itulah kalimat yang sering dilontarkan orang. Satu hal yang perlu diingat adalah: bunga baru dikenakan atas produk kartu kredit ini jika kita tidak membayar penuh atas tagihan yang datang kepada kita. Jika kita membayar full dan tepat waktu, maka tidak akan ada bunga sama sekali yang dikenakan kepada kita sebagai nasabah kartu kredit. Dengan demikian masalah bunga ini adalah hal yang sepele dan tidak semua pemilik atau pengguna kartu kredit mengalaminya. Jadi alasan menolak kartu kredit karena bunga tidak logis sama sekali. Mereka yang terus dikenakan bunga tinggi karena salah orang itu sendiri. Sudah telat, tidak tepat janji, juga inginnya menyicil terus. Sebuah gaya hidup yang tidak benar, mentalitas yang bobrok dan pemahaman kartu kredit yang keliru. Jika ini terjadi tentu risiko tentu ditanggung masing-masing penumpang.
Posted on: Wed, 21 Aug 2013 14:48:37 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015