Kau terisak-isak di sebrang sana, menyasak waktuku yang sempit, - TopicsExpress



          

Kau terisak-isak di sebrang sana, menyasak waktuku yang sempit, untuk sekadar mendengarmu bicara pendek-pendek tentang gemuruh panjang yang mendesak dadamu. Tentang sesuatu yang sama sekali bukan urusanku. Kau mengiris waktuku untuk mendengar potongan hidupmu yang alegoris. Seharusnya kau tembak saja aku. Masih kusimpan pistol lada yang dulu sengaja kubeli untuk meluruskan niatku membunuh lelaki tua itu. Entah apa di pikiran lelaki tua itu sehingga ia berani mengajakku bertemu dan bicara empat mata. Ini hanya antar dua lelaki saja, katanya. Omong kosong. Nyatanya, saat kami bicara itu, ada dua pengawalnya yang tegak di kiri dan kananku. Mata mereka lekat kepadaku. “Jangan ganggu Arumi lagi,” ujar lelaki tua itu. Percayalah, saat itu ingin sekali kuledakkan pistol lada tepat ke wajahnya. Biar mampus ia. Biar berhamburan isi benaknya ke lantai kafe. Mungkin setelah itu kulakukan, aku pun akan terkapar mati ditikam dua pengawalnya. Atau sebaliknya: aku yang menghabisi mereka bertiga. Aku tak takut dipenjara. Aku hanya khawatir kau akan bosan menungguku keluar dari tempat itu. Aku tak mencemaskan kabar adanya napi kesepian yang suka menyodomi napi yang ia anggap “cantik”. Narkoba, kudengar telah mengubah penjara seperti pasar malam dan rumah madat. Namun, jika kepala penjara saja bisa mengijinkan narkoba dijual bebas di wilayah tugasnya, kenapa aku harus cemas barang laknat itu bakal masuk ke otakku? “Sebaiknya kita bertemu.” Pintamu. ~ petikan cerpen “Bagian yang Lindang dari Ceritera Pistol Lada” (IQM) ~
Posted on: Wed, 30 Oct 2013 13:58:28 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015