Kelompok LDII Menyerang Pembicara Acara Bedah Buku di Masjid - TopicsExpress



          

Kelompok LDII Menyerang Pembicara Acara Bedah Buku di Masjid IPB Beri penilaian AlDakwah –Seratusan orang yang diduga dari firqoh LDII (Lembaga Dakwah Islam Indonesia) secara beringas membuat keributan dalam acara bedah buku Aliran dan Paham Sesat di Indonesia karya Hartono Ahmad Jaiz, di Masjid Al-Hurriyyah Kampus IPB (Institut Pertanian Bogor) Dermaga Bogor, Ahad 29/ 9 2002M/ 22 Rajab 1423H. Bedah buku itu dihadiri 2.000 orang lebih (mahasiswa/i baru 1.500 orang, plus mahasiswa lama dan orang luar) yang memenuhi masjid lantai satu dan dua (lebih besar dibanding masjid Al-Azhar Kebayoran Jakarta). Tiba- tiba sekitar pukul 11 siang, acara itu berubah jadi kekacauan penuh teriak- teriakan dan sepertinya barisan depan akan menyerbu pembicara. Maka begitu orang-orang beringas itu maju serempak dan berteriak-teriak tak karuan, sedang di depan pembicara sudah ada orang yang mau meraih tiang mic (mungkin akan dihantamkan ke pembicara), seketika itu pembicara (3 orang: Ust Hartono Ahmad Jaiz penulis buku, Ust Supandi dari Yayasan Al-Huda Bogor, dan Ust Ahmadi dari S 3 UIN –dahulu IAIN– Jakarta) dijagai oleh para panitia. Sehingga terjadi keributan yang sangat gaduh. Dua pembicara langsung lari ke belakang, ke dalam mihrab. Para perusuh yang sejak awal berada di barisan depan itu serempak mengadakan keributan penuh teriakan-teriakan tak jelas sambil mendorong- dorong dan memukul-mukul para panitia serta merobek-robek berkas- berkas yang ada di meja para pembicara. Kira-kira seperempat jam keributan itu tetap tidak mereda, lalu panitia menyuarakan bacaan Al-Qur’an yang bernada menangis lewat pengeras suara. Suara ngaji itu seperti berlomba dengan suara ribut teriakan para perusuh. Kira-kira 10 menit kemudian, keributan agak menurun sedikit. Lalu salah seorang panitia mengalunkan do’a dengan suara yang menyentuh hati. Kira-kira do’anya itu hampir sepuluh menit, lalu acara itu ditutup. Orang LDII Berupaya membatalkannya Acara bedah buku ini tampaknya ada kelompok yang dari awalnya ingin menggagalkannya, dengan menulis surat agar acara itu dibatalkan, disertai semacam ancaman. Surat itu atas nama seorang LDII. Peristiwa keributan itu tidak bisa diduga oleh panitia maupun pembicara sendiri. Hanya saja, sebelum berlangsung acara sudah ada ultimatum surat dari orang LDII. Lalu jam setengah tujuh pagi, listrik saluran ke masjid mati, sedang ke gedung lainnya tidak. Jam setengah tujuh pagi orang-orang bertampang tegang ditengarai dari firqoh LDII Jakarta dan Bogor sudah berdatangan, hingga panitia yang sedang menyiapkan segala sesuatunya, belum menyediakan registrasi. Di antara rombongan LDII itu ada yang menurut panitia mempelajari medan, sekitar mihrab. Lalu orang yang mempelajari medan itu ketika moderator mempersilakan pembicara untuk berbicara pertama kali, dia interupsi, agar pembicara waktunya singkat saja, nanti yang banyak di acara dialognya. Acara bedah buku ini, pembicara pertama Hartono Ahmad Jaiz berbicara selama 25 menit sampai pukul 10.10. Inti pembicaraannya, ciri utama aliran sesat itu ghuluw/ melampaui batas dalam beragama. Semua yang sesat 72 golongan, semuanya masuk neraka itu ada dalam bingkai ghuluw paling ketat dan ghuluw paling longgar. Ghuluw paling ketat itu dimulai oleh Dzul Khuwaishiroh zaman Nabi saw, diteruskan Khawarij zaman Ali bin Abi Thalib. Dzul Khuwaishiroh menganggap Nabi tidak adil, sedang Khawarij menganggap Ali adalah kafir. Sekarang di Indonesai adalah LDII, orang selain golongan mereka dianggap Islamnya tidak sah. Sedang ghuluw paling longgar dimotori tokoh tasawuf sesat yang dikafirkan 37 ulama (Ibnu taimiyyah dll) yaitu Ibnu Arabi (mati 1240M). Ini bukan Ibnul Arabi yang menulis Ahkamul Quran yang wafat abad 12 M. yang sesat itu Muhyiddin Ibnu Arabi, yang tidak sesat adalah Abu Bakar Ibnul Arabi, jangan salah. Pandangan Muhyiddin Ibnu Arabi itu Wihdatul Wujud, satunya wujud, alam ini cerminan Tuhan, jadi menyembah patung sama dengan menyembah Tuhan, karena patung perwujudan Tuhan. Itu menimbulkan teori wihdatul adyan, semua agama sama. Dan itulah aqidah JIL (Jaringan Islam Liberal) yang ditokohi Nurcholish Madjid, Ulil Abshar Abdalla dan lain- lain. Jadi aliran-aliran sesat di Indonesia itu adalah antara sesatnya LDII dan JIL. Ada macam-macam aliran sesat, di antaranya Syi’ah, Ahmadiyah, Inkar Sunnah, Lia Aminuddin, HMA Bijak Besatri, Darul Arqom, Isa Bugis, NII-Al- Zaitun dan lain-lain. Lalu ust Supandi (Al-Huda Bogor) yang memang berasal dari Kediri sarang LDII, dia mengemukakan sesat-sesatnya LDII tentang manqul yang landasannya hanya ro’yu yaitu ucapan tabi’in, Ibnu Mubarok, al-sinaadu minad dien, laulal isnaad laqola man syaa’a ma syaa’a. (Sanad itu termasuk bagian agama. Seandainya bukan karena isnad maka orang akan bicara semaunya). Itu ro’yu (pendapat), tapi itulah landasan LDII tentang manqul, untuk sahnya Islam. Tanpa manqul dianggap tidak sah. Padahal, kalau hadits Bukhari, sudah diriwayatkan Imam Bukhori, ya sudah tidak perlu isnad lagi untuk ke sininya. Begitu pembicara ketiga Ust Ahmadi selesai bicara pukul 11, ust Wusto selaku moderator mempersilakan hadirin untuk menaggapi, termin pertama 3 orang. Sekarang jam 11, acara sampai jam 11.55. Secara serempak barisan depan bukan sekadar mengacung tapi berdiri sambil mengacung. Lalu dipersilakan seorang berbadan gede, hitam kira-kira umur 40-an. Dia lalu berbicara di mic sebelah selatan, yaitu depan barisan yang sejak awal sangat reaktif untuk berteriak-teriak, walaupun diingatkan oleh moderator bahwa ini di masjid, maka harap jangan bertepuk dan berteriak-teriak, namun mereka tidak menggubrisnya. Dia (penanya pertama pada termin pertama ini) memperkenalkan namanya Asep, di IPB angkatan tahun sekian (sudah keluar), lalu dia langsung mengatakan bahwa buku ini tidak layak untuk dibedah di Masjid kampus IPB ini. Karena ini isinya hanyalah provokasi dan memecah belah umat. (Dia bicara tidak menghadap kepada para pembedah buku) tetapi kepada barisan yang ada di depannya dengan tangan yang seolah merupakan kode-kode). Tiba-tiba secara serempak barisan depan sekitar 100-an orang langsung berdiri dan maju ke depan sambil teriak-teriak tak jelas. Suara sangat gaduh. Tiba-tiba ada yang langsung loncat ke depan pembicara dengan melotot dan berteriak kepada pembicara: Turun! Turun! Dan tangannya sudah mau meraih tiang mic, pembicara tersentak bahwa itu bahaya maka pembicara berbalik lari ke mihrab, langsung dikunci. Suara riuh rendah gaduh riuh tak keruan dengan suara-suara gedebugan sangat menegangkan. Segala berkas di meja para pembicara disobek- sobek. Bahkan tas panitia pun ada yang hilang. Kegaduhan sudah tidak terbayangkan, lalu dilantunkan suara mengaji Al-Qur’an dengan nada tangis seperti yang sudah disebutkan di atas, kemudian dibacakan do’a yang kedengaran sedih. Setelah setengah jam lebih, keributan itu baru selesai. Menurut panitia, selesainya keributan itu karena terdengar ada perkataan dari barisan pembuat keributan: “Sudah? sudah? kata komandan, sekarang sudah selesai.” Jadi keributan itu bisa diduga sesuai dengan komando dari komandannya. Seandainya keributan itu liar (tanpa ada komando), maka sebenarnya untuk meredakannya pun sulit sekali. Pakai bacaan Al- Qur’an, do’a bernada sedih dan sebagainya masih tak mempan. Yang mampu meredakan adalah yang mengomandoi mereka. Dalam peristiwa itu, ada panitia yang mereka pukul, dan sampai ada yang kena pecahan gelas hingga berdarah-darah. Para mahasiswa dan hadirin yang bukan firqoh pembuat keributan tidak ikut ribut, dan mereka mundur. Lalu mahasiswa yang rata-rata tidak ikut membuat keributan itu, kata panitia, justru banyak yang membeli buku yang dibedah itu di lingkungan masjid ini. Acara ini tampaknya dianggap penting oleh berbagai pihak, karena untuk membina mahasiswa baru. Sebaliknya bagi firqoh pembuat keributan, dianggap berbahaya, sehingga mereka (orang LDII) kirim surat untuk membatalkan acara itu. Setelah surat ancaman mereka kepada panitia tak mempan, lalu mereka menghadiri acara itu, bukan untuk sekadar hadir tapi ternyata membuat keributan dan kekacauan. Kalau pembahasan tentang aliran sesat itu berjalan mulus, maka mereka akan rugi, karena kemungkinan sulit untuk meraih massa dari mahasiswa baru yang jumlahnya 1500 orang. Pak Syamsuddin ketua masjid kemudian berjanji untuk menuntut para pembuat keributan itu, dan bedah buku Aliran dan Paham Sesat di Indonesia dengan pembicara yang sama akan diadakan lagi dengan format yang lebih dipersiapkan lagi.
Posted on: Tue, 06 Aug 2013 19:07:16 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015