Kenaikan BBM Menghancurkan Ekonomi Rakyat Miskin Bila Pemerintah - TopicsExpress



          

Kenaikan BBM Menghancurkan Ekonomi Rakyat Miskin Bila Pemerintah menaikkan harga BBM (Bahan Bakar Minyak) , tak dapat disangkal bahwa ekonomi rakyat miskin pun akan semakin terjepit dan rakyat semakin menjerit. Namanya juga rakyat miskin. Ekonominya hanya berada di batas garis atau bahkan di bawah garis kemiskinan. Hidup pas-pasan. Barangkali makan nasi hanya sekali sehari, sisanya makan singkong, atau bahkan sangat mungkin “puasa” karena tidak punya uang untuk beli beras. Inilah sebagian fakta yang menjadi kenyataan pahit bagi rakyat miskin, baik di tengah kota maupun di pelosok desa. Maka tak heran, bila segala macam penyakit dari mulai kurang gizi sampai dengan busung lapar, dan lain-lain dengan gampangnya menyerang dan semakin menambah deretan penderitaan bagi rakyat miskin. Berbicara soal jumlah rakyat miskin di Indonesia, ada perbedaan yang mencolok antara Bank Dunia dan Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia. Bank Dunia mempublikasikan bahwa terdapat sebanyak 110 juta jumlah rakyat miskin di Indonesia, atau 48,8 persen dari jumlah penduduk Indonesia yang sekarang ini terhitung 225 juta penduduk. Akan tetapi, data dari BPS yang disampaikan oleh Deputi Statistik Sosial Dr. Rusman Heriawan menyatakan, diperkirakan jumlah orang miskin akan berkurang 2 persen dari angka saat ini, yakni 36 juta orang (Koran Tempo, 19 Agustus 2005). Artinya, jumlah orang miskin di Indonesia hanya 16 persen dari jumlah penduduk. Bila kita bandingkan perhitungan kedua institusi tersebut, terjadi selisih sebesar 32,8 persen. Sementara pihak lainnya, ada yang menyatakan bahwa sebanyak 52,4 persen warga Indonesia hidup dalam kemiskinan. Bila asumsi jumlah penduduk Indonesia 225 juta, yang dimaksud 52,4 persen menjadi 117,9 juta warga miskin di Indonesia. Perhitungan ini memunculkan selisih persentase yang jauh lebih besar lagi dari kedua perhitungan diatas. Yang mana yang dapat dijadikan acuan standar? Lepas dari masalah pola penghitungan dan jumlah yang paling akurat, ada faktor-faktor yang sangat penting untuk ditelusuri dari kehidupan rakyat miskin, berkaitan dengan kelangsungan hidup selanjutnya. Miskin konotasinya biasanya “tak punya apa-apa”. Miskin juga berarti tidak mampu mengimbangi tingkat kebutuhan hidup standar. Akan tetapi, dalam kemiskinan, biasanya masih ada semangat untuk hidup. Semangat juang umumnya cukup tinggi, karena secara alami, harus mempertahankan diri untuk hidup. Yang menjadi pertanyaan adalah apakah rakyat miskin akan selamanya miskin? Apakah rakyat miskin tidak memiliki potensi untuk beranjak menjadi rakyat yang mandiri atau sejahtera? Antisipasi Sebagaimana diungkapkan seorang pakar: “ Poor people are not helpless, they can and do in order to change their situations. They have the potensial to be agents of social transformation” (Cecilia Loreto Mariz, 1994). Secara jujur dapat dikatakan bahwa tak seorang pun yang sejak lahir ingin hidup miskin atau menjadi miskin. Kalau kebetulan terlahir dari keluarga miskin, apakah harus selamanya jadi miskin? Yang menjadi persoalan selanjutnya adalah, bagaimana caranya mengubah situasi agar tak selamanya menjadi miskin. Hal pokok yang ingin diantisipasi adalah, bagaimana caranya agar para rakyat miskin ini bisa bertahan hidup, jika terjadi kenaikan harga-harga terutama harga kebutuhan sembako. Fakta kemiskinan telah menjadi bagian dari kehidupan bangsa ini. Hampir tiap hari kita disodori kenyataan betapa kemiskinan kian merajalela. Kemiskinan tak lagi menjadi monopoli kota-kota besar, tetapi telah merongrong ke seluruh pelosok. Sehubungan dengan rencana Pemerintah untuk menaikkan harga BBM yang akan dijalankan bulan Juni 2013 jelas semakin menghimpit kehidupan rakyat miskin. semua bahan pokok naik tak terkendali diluar batas kewajaran dan rasionalitas pasar menjalankan agenda pembaruan agraria dan ekonomi kerakyatan Untuk mengatasi situasi yang semakin kompleks tersebut, maka dibutuhkan suatu terobosan berani dari pemerintah, dalam rangka mendorong iklim berusaha terutama bagi usaha mikro kecil hingga menengah. Usaha kecil seperti produksi rumah tangga harus didorong dan diberi kesempatan berkembang. Selama ini, untuk mengajukan pinjaman bank bagi usaha mikro, tetap saja disamakan dengan dunia industri besar, yang biasanya selalu minta jaminan harta benda dan segudang syarat-syarat lainnya. Setelah itu, pungutan-pungutan lainnya masih berlangsung setelah usaha sudah mulai jalan seperti retribusi, pajak, dan berbagai pungutan tetek bengek lainnya. Upaya antisipatif harus segera dilakukan mengingat jumlah rakyat miskin di Indonesia merupakan sebuah potensi besar. Dan bila dukungan berusaha dapat diwujudkan secara merata baik di perkotaan maupun di daerah, maka bukan tidak mungkin fundamental perekonomian akan tetap menggeliat, dan roda perekonomian nasional diharapkan akan tetap berputar.diantaranya dijalankan agenda pembaruan agrarian, membuka akses reform dan menasionalisasi asset-asset bangsa yang diprivatisasikan, dan mengembangkan ekonomi kerakyatan.
Posted on: Sat, 06 Jul 2013 16:00:41 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015