Ketika kaderisasi mahasiswa sekedar ceremonial” Sebuah - TopicsExpress



          

Ketika kaderisasi mahasiswa sekedar ceremonial” Sebuah Pengantar... Setelah menanggalkan seragam putih abu, kini identitas berubah menjadi mahasiswa. Mimpi mulai dirajut, namun Setumpuk asa dan harapan menggantung di punggung seorang mahasiswa. Agent of change, iron stock, social control dan guardian of value merupakan titel yang melekat pada mahasiswa. Dengan intelektualitas tinggi yang dimilki, mahasiswa diharapkan mampu memikul tanggungjawab atas setiap peran itu dengan terlibat aktif mewujudkan perubahan mayarakat menuju kebangkitan. Memasuki dunia kampus, mahasiswa dihadapkan pada situasi dan kondisi yang berbeda dengan Sekolah Menengah. Mulai dari aktivitas harian hingga suasana belajar. Namun satu hal yang menjadi gerbang antara siswa menjadi mahasiswa adalah masa kaderisasi. Hampir setiap kampus dan jurusan melakukan masa kaderisasi dengan gaya yang berbeda sesuai dengan coraknya masing-masing. Disinilah awal mahasiswa mengenal hakikatnya. Identitas mulai dikenalkan oleh senior yang aktif dalam himpunan maupun badan eksekutif mahasiswa. Dari senior yang merupakan aktivis inilah mahasiswa baru mendapatkan informasi lebih banyak mengenai bagaimana menjadi seorang mahasiswa. Persiapan kaderisasi pun dilaksanakan mulai jauh-jauh hari oleh para aktivis. Hanya saja, seberapa besar pengaruh masa kaderisasi terhadap jati diri mahasiswa baru? Fakta di lapangan memperlihatkan bahwa apa yang dilakukan dan diberikan oleh aktivis himpunan maupun badan eksekutif mahasiswa memberikan pengaruh trehadap karakter mahasiswa dalam menjalani kehiduoan kampus. Hal ini dapat dilihat dari kepercayaan junior pada senior yang sanagt tinggi sehingga senior menjadi rujukan para junior. Hal tersebut mengindikasikan bahwa menjadi aktivis himpunan maupun badan eksekutif mahasiswa membutuhkan kapasitas yang cukup untuk mengkader mahasiswa baru, membimbingnya untuk menemukan karakter seorang mahasiswa ideal karena tidak sedikit mahasiswa yang telah mengikuti kaderisasi kehilangan identitasnya sebagai mahasiswa. Titel yang disematkan luntur karena menjadikan posisi mahasiswa hanya untuk meraih ijazah dan gelar guna mendapatkan kerja saja, menjadikan segala potensi hanya untuk memenuhi kebutuhan yang sifatnya individualis atau untuk keluarga saja, membuat potensi penggerak yang ada dalam diri mahasiswa menjadi mandul. Lalu, dimanakah posisi kaderisasi? kapasitas yang seperti apa yang harus dimiliki oleh aktivis untuk mengkader mahasiswa baru dan karakter seperti apa yang akan dibentuk pada mahasiswa baru? Terlebih lagi bagi para aktivis mahasiswa muslim, apa yang harus dilakukan? Temukan jawabannnya dalam Dialog Intelektual Aktivis Kampus (DIALEKTIKA) “Ketika kaderisasi mahasiswa sekedar ceremonial”. Sabtu, 21 September 2013 di Selasar TOKA ITB(Institut Teknologi Bandung)
Posted on: Mon, 16 Sep 2013 15:01:03 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015