Kisah Nyata: Sang Manusia Kawat (Puluhan Kawat Keluar dari - TopicsExpress



          

Kisah Nyata: Sang Manusia Kawat (Puluhan Kawat Keluar dari Perutnya) Mediametafisika - Sebuah kisah nyata di alami oleh bu Noorsyaidah, seorang Guru TK Al-Quran di Samarinda Ilir, beliau menderita suatu penyakit aneh yang tidak terpecahkan oleh ilmu medis. seperti apa kisahnya? Langsung kita simak saja: Puluhan Kawat Keluar dari Perut Bu Noor (1) Senin, 7 Juli 2008 05:13 WIB NOORSYAIDAH terus menahan sakit dari penyakit aneh yang dideritanya. Di perut dan dada perempuan berusia 40 tahun ini bermunculan puluhan batang kawat sepanjang sekitar 20 cm. "Mungkin Allah SWT ingin memperlihatkan kepada dunia bahwa dengan kekuasan-Nya apapun bisa saja terjadi dan sayalah orang yang dipilih untuk memperlihatkan kekuasan-Nya itu. Maka itu saya harus menjalaninya dengan tabah," kata Noor dengan pasrah. Saat ditemui di kediaman saudara perempuannya di Jalan Merdeka III, Samarinda Ilir, Noor terpaksa harus berjalan membungkuk agar kawat-kawat di perutnya itu tidak mengenai baju kaos berwarna merah yang dikenakannya. Bahkan, Noor pun hanya bisa duduk di pinggir kursi dan tetap membungkuk karena sedikit saja dia bergerak, kawat di tubuhnya itu akan menyentuh kain bajunya dan nyeri akan dirasakannya. "Ini karena ada Mas (wartawan Tribun Kaltim) saja saya pakai baju, biasanya saya tidak pakai baju karena terus terang saja kawat-kawat ini kalau menyentuh barang apa saja rasanya sangat sakit sekali, "ujarnya sembari menyingkapkan bajunya dan memperlihatkan kawat-kawat yang tumbuh di bagian perutnya itu. Guru aktif TK Al-Quran di Sangatta, Kutai Timur, ini menceritakan, penyakit yang dideritanya itu dialami sejak tahun 1991. Tanpa sebab musabab kawat-kawat itu tiba-tiba saja bermunculan di perutnya dan bagian dadanya. Padahal, saat itu dia sedang menyelesaikan kuliahnya di Fakultas Sospol Universitas Mulawarman Samarinda. "Tapi, kalau dulu hanya sekitar seminggu kawat-kawat itu berjatuhan sendiri dan hilang. Nanti sekitar sebulan kemudian bermunculan lagi. Nah, sekarang ini sudah sekitar enam bulan lebih, kawat-kawat di perut saya ini tidak ada yang jatuh atau hilang. Jadi, sungguh menderita sekali, " katanya. Segala upaya pengobatan, mulai dari medis, alternatif, hingga mendatangi orang pintar sudah dilakukannya. Namun, penyakit tersebut tetap tak sembuh. Operasi mungkin sudah puluhan kali dialaminya, tetap saja kawat-kawat itu setelah dicabut dengan cara medis tak mau hilang dari dirinya. "Semua orang bilang bahwa penyakit saya ini terkena santet atau semacamnya, tapi berani jujur bahwa saya ini tak pernah punya musuh atau menyakiti orang lain. Makanya, dokter atau orang pintar yang mengobati penyakit saya ini juga bingung untuk menyembuhkannya, " ujarnya. Saat ini, untuk menghilangkan perasaan sakit atau stres akibat penyakit yang dialaminya itu tak kunjung sembuh, Noor mengaku lebih banyak menghabiskan waktu untuk kegiatan sosial, misalnya mengajar. "Tapi, kalau malam sudah datang, ya terpaksa harus terpikir, kenapa saya mengalami nasib seperti ini. Mudah-mudahan saja suatu saat ada hikmahnya buat saya, amin, " katanya penuh harap. Puluhan Kawat Berlarian di Perut Bu Noor (2) Selasa, 8 Juli 2008 08:04 WIB UPAYA pengobatan, mulai dari medis, alternatif, hingga mendatangi orang pintar, sudah dilakukan Noorsyaidah untuk menyembuhkan penyakit yang dideritanya. Tetapi, tetap saja kawat-kawat yang tumbuh disekitar perut hingga bagian dadanya itu tak hilang. Noorsyaidah bahkan telah melakukan pengobatan ke luar Kalimantan, tepatnya di sebuah rumah sakit terkenal di Surabaya, Jawa Timur. Namun, nasib baik tetap tidak berpihak kepada perempuan berusia 40 tahun ini karena setelah kawat dicabut dari tubuhnya, beberapa hari kemudian bermunculan lagi. "Yang tertinggal hanya pasrah kepada Allah SWT," kata Noor dengan tabah saat ditemui pada Senin (7/7). Untuk mengeluarkan kawat tersebut memang tidak mudah karena kawat sangat melekat erat di badannya. Noor bercerita, pernah suatu saat ia dibantu kakak kandungnya mencoba untuk mencabutnya sendiri, tetapi yang terjadi justru kawat tersebut masuk ke dalam tubuhnya dan beberapa saat kemudian muncul kembali di bagian badannya yang lain. Kakak kandung Noor, Hj Siti Robiah, menceritakan, penah juga menyaksikan langsung operasi yang dilakukan oleh empat orang dokter spesialis bedah terhadap adiknya itu. Para dokter tersebut bahkan terpaksa menggunakan besi berani (magnet) agar kawat bisa ditemukan dalam tubuh Noor. "Karena kawat-kawat itu tidak hanya yang bermunculan di tubuh Noor, tapi hasil rontgen memperlihatkan ada puluhan kawat lagi di dalam perut dan di dalam perut itu seperti hidup, bisa lari-lari atau berpindah tempat. Makanya, saat dibedah para dokter terpaksa menggunakan besi magnet agar besi kawat bisa ditemukan dan diambil. Dan itu tadi, setelah diangkat, kawat-kawat itu beberapa hari kemudian bermunculan lagi," kata Robiah.Bentuk kawat yang tumbuh di badan Noor memang tak jauh berbeda dengan jenis kawat lainnya, besarnya seperti peniti berukuran besar. Saat Tirbun memegang salah satu kawat yang sempat dikoleksi Noor, kawat tersebut seperti kawat biasa mudah berkarat dan sudah berwarna kecoklatan. Panjangnya pun bervariasi, mulai dari 10 cm hingga yang sekitar 20 cm. Ada yang hanya satu sisi saja yang runcing dan lainnya kedua sisi runcing. "Ya, seperti biasa kawat-kawat lainnya, tapi itu kalau sudah terjatuh dari badannya dia. Tapi, kalau yang melekat di badan bisa berubah-rubah warna, mulai dari hitam pekat, kuning, hingga kembali normal kecoklatan," tutur Robiah. Ditambahkannya, adiknya itu sebenarnya orang yang cukup suka pergaulan sehingga mudah dikenal dan mengenal orang lain. Di tempat ia mengajar mengaji (TK Al-Quran Sengatta, Kutai Timur), Noor dikenal sebagai guru yang sangat dekat dan disenangi oleh murid-muridnya. Bahkan, saking dekatnya ia, semua murid TK-nya itu menangis jika sehari saja Noor tak berangkat mengajar. "Dan, Alhamdulillah kendati muridnya itu terdiri atas anak-anak berusia sekitar 5 tahunan, mereka mengerti dengan penyakit yang diderita Noor. Jadi, tidak pernah sekali pun membebani Noor mengajar, bahkan mereka senang dengan metode yang diajarkan Noor," ujarnya. Menurut pengakuan Robiah, sejak diberitakan, Senin (7/7), rupanya banyak orang ataupun lembaga tertentu yang berdatangan ke rumahnya di Jalan Merdeka III, Samarinda Ilir. Baik yang berkepentingan untuk membantu maupun hanya melihat penyakit aneh yang diderita Noor. "Saya tidak tahu dari mana saja, tapi kami mohon maaf cukup hati-hati untuk mempertemukan Noor karena selain ada kekhawatiran lain, kami juga tidak ingin pemberitaan ini menjadi sesuatu yang dikomersilkan, tapi niat kami awal adalah supaya ada orang yang tergugah hatinya membantu kami untuk penyembuhan," ujarnya. Dokter Optimistis Bisa Sembuhkan Manusia Kawat (3) Rabu, 9 Juli 2008 06:46 WIB JENIS penyakit yang diderita Noorsyaidah secara medis rupanya termasuk penyakit yang sangat aneh dan tak pernah ada dalam ilmu kedokteran mana pun. Direktur Rumah Sakit Abdul Wahab Syahranie Samarinda dr Ajie Syirafuddin MMR mengaku sangat sulit menyebut jenis penyakit yang diderita perempuan berusia 40 tahun itu. Dr Ajie cukup penasaran ingin melihat langsung penyakit yang diderita Noorsyaidah. Melihat pemberitaan Noorsyaidah, Ajie kemudian mendiskusikannya bersama para stafnya di RS AW Syahranie yang dipimpinnya. "Memang sangat sulit disebutkan namanya dalam perspektif medis. Untuk perkiraan bahwa penyakit yang diderita Ibu Noor itu bisa saja disebut sejenis larva migran atau seperti ada cacing-cacing yang bermunculan di badan seseorang. Tapi itu juga terbantahkan karena yang tumbuh itu adalah benda keras, apalagi jenisnya adalah besi kawat," kata Ajie, Selasa (8/7), saat ditemui Tribun di kediamannya. Dia juga heran dengan daya tahan tubuh Noor yang selama 17 tahun lebih tak memengaruhi kondisi fisiknya, padahal secara medis besi yang ditanamkan di tubuh seserorang dan tidak menimbulkan efek samping hanya jenis platina, sedangkan besi lainnya tak perlu menunggu waktu lama untuk menimbulkan infeksi atau sejenisnya. "Makanya untuk sementara ini juga, dalam pandangan ilmu kedokteran besi-besi kawat itu sudah beradaptasi dengan tubuh Ibu Noor sehingga tak berpengaruh dengan kondisi fisiknya. Seperti halnya penyakit larva migran yang saya sebutkan tadi adalah hasil adaptasi molekul-molekul di tubuh seseorang yang akhirnya berakibat pada munculnya cacing-cacing," ujarnya menjelaskan. Apakah selanjutnya besi-besi itu tetap tidak akan berpengaruh atau membahayakan Noor? Menurut Ajie, untuk sementara ini memang tidak akan membahayakan, selain sudah teradaptasi, dari hasil literatur sementara kawat-kawat itu tumbuh hanya di kulit biasa, bukan di bagian vital. "Vital yang dimaksudkan adalah misalnya tumbuhnya tepat di jantung. Kalau sudah seperti itu, maka sangat membahayakan sekali dan perlu cepat mendapat perawatan medis. Tapi memang sekali lagi, saya sebagai seorang dokter merasa heran besi kawat yang mudah berkarat itu tumbuh dan kondisi fisik Ibu Noor tak apa-apa, dan sistem pencernaan juga lancar," katanya. Ajie mengaku optimistis Noor tetap bisa disembuhkan dengan cara medis, dengan cara harus mendapatkan perawatan intensif dan menggunakan alat-alat canggih. "Setelah di-rontgen kemudian kawat-kawat itu harus diuji laboratorium untuk mengetahui apakah jenis kawat yang dimaksud itu memang hidup atau seperti apa, baru nanti dioperasi. Dan tidak cukup dioperasi sekali, nanti dilakukan operasi selanjutnya untuk mengkrosceknya lebih lanjut," jelasnya. Manusia Kawat Gagal Nonton Pembukaan PON (4) Rabu, 9 Juli 2008 06:53 WIB SAMARINDA, RABU - Noorsyaidah yang ditemui di kediaman kakak kandungnya di Jalan Merdeka III, Samarinda Ilir, kemarin mengaku pasrah menghadapi cobaan yang dideritanya. Dan di tempat kakaknya itu, Noor sedang mengisi liburan karena dia tidak mengajar di TK Al Quran, Sangatta, Kutai Timur, karena sekolah libur. Noorsyaidah adalah penderita penyakit aneh. Dari perut dan dadanya muncul batang-batang kawat sepanjang 20 cm yang berjumlah puluhan dan sudah berlangsung belasan tahun. Sehari-hari, Noorsyaidah bekerja sebagai guru TK di Sangatta, Kutai Timur, Kalimantan Timur. "Sabtu depan mungkin sudah balik ke Sangatta lagi karena anak-anak sudah masuk sekolah. Dan itulah salah satu cara saya untuk menghibur dan tidak mau stres dengan penyakit saya ini," katanya. Selama di Samarinda, Noor sebenarnya ingin sekali menonton langsung Pembukaan PON XVII di Stadion Utama Palaran, Samarinda. Namun, karena takut kawat-kawat di tubuhnya akan mengenai orang lain, Noor hanya menyaksikan geladi bersih pada 3 Juli lalu. "Yang penting bisa melihat Stadion Palaran yang katanya megah itu, Alhamdulillah. Pembukaan cukup di televisi saja," ujarnya dengan tabah. Manusia Kawat Bikin Prihatin Menkes (5) Rabu, 9 Juli 2008 07:05 WIB BALIKPAPAN - Penyakit aneh yang diderita Noorsyaidah akhirnya juga menarik perhatian Menteri Kesehatan Siti Fadillah Supari. Menkes mengaku sangat prihatin terhadap Noorsyaidah yang harus menahan sakit karena dari tubuhnya keluar ratusan batang kawat selama 17 tahun terakhir. Menkes berjanji akan membantu Noorsyaidah agar bisa sembuh dari penyakit langka itu. "Saya pasti tindaklanjuti. Habis ini saya akan hubungi orang di Kaltim untuk menindaklanjuti. Saya juga ingin tahu apa sebenarnya yang dialami ibu itu," kata Siti Selasa (8/7). Siti mengaku belum mengetahui secara pasti karena tidak mendapat laporan dari pejabat pemerintahan terkait di Kaltim. Karena itu, terhadap fenomena itu, Siti mengaku belum berani berkomentar banyak. Meski ia juga seorang dokter, Siti tidak bisa menjelaskan secara medis apa yang dialami Noosyaidah. Ia hanya meminta agar Noorsyaidah kembali dibawa ke dokter. "Dokter bilang sakit apa? Belum pernah dibawa ke dokter kali, cepat bawa ke rumah sakit," katanya. Tidak hanya itu, Siti yang masih penasaran juga meminta wartawan Tribun Kaltim untuk mengirimkan SMS yang berisi nama dan alamat lengkap Noorsyaidah ke ponselnya. "Nanti saya lihat beritanya di online. Tapi saya minta tolong kirimkan nama dan alamat lengkapnya ibu itu di Samarinda ya. Nanti akan saya tindaklanjuti," katanya. Senada dengan Menkes, Penjabat (Pj) Gubernur Kaltim Tarmizi Abdul Karim merasa kasihan dengan nasib Noorsyaidah. Ia bahkan akan melihat langsung kondisi warga yang kini tinggal di Jl Merdeka III, Samarinda Ilir itu. Saya belum tahu kapan jadwal pastinya, tapi saya memang harus melihatnya langsung kondisi dia (Noorsyaidah, red) karena saya secara pribadi sangat kasihan melihatnya yang harus menderita dengan penyakit aneh seperti itu," kata Tarmizi, kemarin. Selain ingin melihat langsung, Pj Gubernur yang baru menjabat selama kurang lebih enam hari ini akan segera melakukkan koordinasi dengan instansi terkait yakni Dinas Kesehatan (Dinkes) Kaltim, untuk segera mengambil langkah-langkah yang dapat memberikan kesembuhan kepada Noorsyaidah. "Penyakit yang diderita Ibu Noor itu memang harus segera dicarikan solusi penyembuhannya, tak bisa dibiarkan seperti itu. Mudah-mudahan besok (hari ini, red) saya sudah bisa langsung berkoordinasi dengan Dinkes, dan tidak perlu menunggu saya harus melihat langsung, tapi bagaimana Dinkes bisa bertindak cepat mengatasinya," ujarnya. Apakah akan ada bantuan khusus buat Noor, misalnya perobatan? Tarmizi belum bisa mengomentarinya, karena menurut dia, semua harus melalui koordinasi dengan instansi-instansi terkait. "Secepatnya pasti ada bantuan buat Ibu Noor itu, bahwa bentuknya apa, itu masih menunggu hasil koordinasi saya, termasuk bagaimana nantinya setelah saya melihat langsung kondisinya," terangnya. Tokoh Supranatural Akan Dilibatkan Atasi Manusia Kawat (6) Rabu, 9 Juli 2008 07:11 WIB SAMARINDA, RABU - Direktur Rumah Sakit Umum Abdul Wahab Syahranie (RSU AWS) dr Ajie Syirafuddin cukup dibuat heran dengan penyakit yang diderita Noorsyaidah. Bahkan, secara medis pun Ajie mengaku tak bisa mengategorikan penyakit itu. "Dalam ilmu kedokteran yang saya pelajari selama ini, jenis penyakitnya memang aneh dan mungkin saja langka, bukan hanya di Indonesia tapi di dunia," ujarnya. Noorsyaidah adalah seorang guru TK di Sangatta, Kutai Timur, Kalimantan Timur. Selama belasan tahun ia mengidap penyakit aneh. Dari perut dan dadanya bermunculan batang-batang kawat. Bahkan, saat di-rontgen, di dalam perut Noorsyaidah terdapat belasan batang kawat yang seolah-olah bisa bergerak dan berpindah-pindah posisi. Sebagai dokter dan pimpinan dari rumah sakit utama di Kaltim, Ajie merasa tertantang untuk bisa menyembuhkan Noor dari penyakit yang dideritanya itu. Menurutnya, RSU AWS siap memberikan pelayanan khusus. "Kami akan bentuk tim khusus yang terdiri dari dokter bedah spesialis, ahli kulit, dan sebagainya. RSU AW Syahranie memiliki alat yang cukup canggih untuk melalukan operasi. Yang jelas kami ingin Ibu Noor sembuh dan dapat menikmati kehidupan normal seperti orang lain," ujarnya menegaskan. Menurutnya, RSU AW Syahranie juga akan mendatangkan dokter-dokter ahli dari Pulau Jawa dan luar negeri, karena selain untuk kesembuhan Noor, penyakit aneh dan tidak ada dalam dunia kedokteran itu cukup menyita perhatian khusus. "Semua pasti kami lakukan, termasuk kalau diperlukan kami akan melakukan kerja sama dengan tokoh-tokoh supranatural, dan hal itu wajar dan sah-sah saja dilakukan demi kesembuhan pasien yang dirawat," tuturnya. Dikonfirmasi secara terpisah, pihak keluarga Noorsyaidah menyambut baik dan mengucapkan terima kasih atas perhatian semua pihak, khususnya kepada RSU AW Syahranie yang siap memberikan pelayanan khusus. "Buat kami saat ini adalah bagaimana Ibu Noor sembuh dan hidup seperti halnya orang-orang," kata Risca, keponakan Noorsyaidah. Prof Yogi: Manusia Kawat Penyakit Non-medis (7) Rabu, 9 Juli 2008 09:07 WIB SURABAYA - Tentang apa yang dialami Noorsyaidah, spesialis penyakit dalam Prof Dr dr HR Moh Yogiantoro Sp PD-KGH menduga kuat kondisi itu sebagai sesuatu di luar jangkauan diagnosa medis. Namun, dari sisi medis, mungkin saja sebagai manusia Noorsyaidah mengalami kelainan anatomi, metabolisme, dan kejanggalan (anomali) lain seperti tumor dan kanker sehingga muncul kawat-kawat dari perut dan dadanya. “Cuma ini memang aneh. Yang jelas, ada kondisi tertentu yang bisa disebut sebagai penyakit nonmedis dan itu memerlukan pengobatan dari ahli lain. Inilah yang kemungkinan besar berhubungan dengan kasus yang dialami Noorsyaidah ini,” kata spesialis dari RSU Dr Soetomo Surabaya yang akrab dipanggil Prof Yogi ini, ketika dihubungi Selasa (8/7). Menurut Prof Yogi, pada beberapa kasus penyakit, ada yang memerlukan penyelesaian medis dan no-medis sekaligus. Tapi, ada pula yang cukup ditangani secara nonmedis saja, sementara penanganan medisnya kurang bermanfaat. Namun, ketika diminta menyebutkan tindakan nonmedis seperti apa yang bisa digunakan untuk menangani kasus Noorsyaidah ini, Prof Yogi menyebut hal itu tergantung dari kemauan si penderita sendiri. Ketika didesak, apakah menggunakan cara gaib, Prof Yogi menyebut kemungkinan ke arah tersebut selalu ada. “Percaya kepada Allah SWT, itu saja sudah merupakan bagian dari cara gaib (untuk penyembuhan nonmedis) sebab Allah kan tidak tampak secara nyata. Begitu juga penyakit nonmedis, mungkin saja gaib. Sebab, hal itu sudah di luar jangkauan dunia kedokteran yang konvensional,” tandasnya. Sementara itu, pemerhati dan praktisi supranatural sahabat Prof Yogi, KH Ir Agus Ubaidilah, ketika ditanya tentang kasus yang dialami Noorsyaidah membenarkan bahwa penyakit yang diderita wanita itu terjadi akibat kiriman benda gaib` yang dibuat oleh manusia. Untuk pengobatannya, lanjut Agus, tidak bisa dilakukan melalui medis. “Kalaupun dia pernah menggunakan pengobatan medis ternyata berhasil, tapi begitu kembali ke Samarinda kawat itu ternyata bermunculan lagi. Ini menunjukkan bahwa penyakitnya sudah di luar medis,” kata KH Agus Ubaidilah yang lebih akrab dipanggil Pak Agus ini. Dari penerawangan jarak jauh yang dilakukannya dengan melihat foto dan ejaan nama Noorsyaidah, pria yang tinggal di Sidoarjo ini mengaku, ada sesuatu yang buruk yang ditanamkan di rumah Noorsyaidah. Hal buruk itulah yang kemudian membuat munculnya kawat-kawat dari perut dan dadanya. “Perlu proses penanganan yang panjang untuk mengobati ibu ini. Karena hal gaib itu telah ditanamkan pada dirinya sejak lama,” kata Agus. Noorsyaidah memang menderita penyakit aneh itu sejak tahun 1991. Manusia Kawat Ingin Menikah (8) Kamis, 10 Juli 2008 07:17 WIB KENDATI dikenal selalu tabah dan suka bergaul dengan orang lain, namun untuk urusan asmara atau percintaan Noorsyaidah tetap tak bisa menyembunyikan rasa mindernya. Perempuan yang telah berusia 40 tahun ini mengaku, hingga saat dia belum memiliki calon pasangan hidup karena khawatir suaminya akan menyesal dengan penyakit aneh yang dideritanya. Ketika remaja hingga kuliah di Samarinda, Noor dikenal sebagai perempuan yang tomboy. Ia tak pernah sedikit pun membedakan siapa orang yang akan dan telah menjadi temannya sehari-hari. Seperti perempuan pada umumnya, ia juga pernah memiliki pujaan hati atau pacar. Ditambah lagi, karena jiwa sosialnya yang tinggi terhadap sesama, Noor dikenal sangat "ringan tangan" atau senang membantu teman-temannya yang dalam kesulitan. Pernah suatu saat ada temannya yang tak mampu membayar uang kuliah, tanpa meminta imbalan apa pun Noor langsung membantu temannya itu dengan ikhlas. Namun, penyakit aneh (kawat keluar dari perut) yang dideritanya sejak tahun 1991 telah mengubah semua kisah hidupnya itu menjadi bencana. Saat itu, Noor berusia 22 tahun dan menunggu sang kumbang datang untuk melamar. Akhirnya rasa malu bercampur minder pun bercampur aduk menjadi satu, membuat dia harus menutup diri kepada laki-laki untuk urusan asmara atau pernikahan. Hingga menginjak usianya yang ke-40, tepatnya 9 Januari lalu, Noor masih sendiri atau belum memiliki suami untuk berbagi suka maupun duka. "Saya sebagai perempuan normal tentu mau menikah dan punya anak. Tapi yah... karena penyakit aneh saya inilah membuat saya merasa tak memikirkannya lagi, dan lebih baik fokus bagaimana menjalani hidup saya selanjutnya," ujar Noor dengan tabah. Beruntung anak ke-5 dari 6 bersaudara ini memiliki keluarga dan teman-teman dekat yang juga tabah, dan mau memaklumi sisi kehidupannya yang pahit itu, serta senantiasa memberikan motivasi hidup, paling tidak sedikitnya mampu menghilangkan rasa malu dan mindernya. Dan memang, Noor ternyata mampu menjalani hidup barunya. Meski tetap berkutat dengan penyakit aneh itu, jiwa sosial yang dimilkinya sejak dulu tetap bisa disalurkan dengan menjadi guru di sebuah sekolah binaan PKK, Sangatta, Kutai Timur. "Noor memang sangat suka dengan anak-anak. Dan anak-anak yang diajarinya pun sangat suka dengan dia, jadi kalau sehari atau dua hari saja dia tak masuk mengajar, anak-anak yang diajarinya itu menangis meminta hanya dia yang mengajari mereka," tutur Siti Robiah, kakak kandung Noor. Menurut Robiah, adiknya itu memiliki prinsip tidak mau menyusahkan orang lain, tak mau menjadi beban keluarga. Setiap kali melihat penderitaan yang dialami adik kesayangannya itu, Robiah mengaku tak bisa menahan air mata menetes di pipinya. "Kalau Allah SWT memang menghendaki untuk mengambilnya saat ini, kami sangat ikhlas sekali, daripada melihat penderitaan yang harus dirasakannya selama puluhan tahun," ujar Robiah. Uniknya, lanjut Robiah, meski kawat-kawat berduri tumbuh dan sebagian bersemayam di dalam tubuhnya, namun sistem pencernaan Noor tetap tidak terganggu. Noor bisa makan, minum hingga buang hajat seperti orang normal. Menurut Robiah, Noor juga selama ini bisa mandi sendiri tanpa harus dibantu orang lain. "Seperti mandi biasa, pakai sabun dan shampo, dan dia melakukannya sendiri. Tapi kalau urusan asmara tadi memang sangat sulit untuk diceritakan, yang jelas dan untuk diketahui memang adik saya tersebut belum memiliki suami," ujar Robiah. Kawat dari Perut Masuk Laboratorium (9) Kamis, 10 Juli 2008 07:24 WIB SAMARINDA - Direktur Rumah Sakit Umum (RSU) AW Syahrani Samarinda dr Ajie Syirafuddin DHM MMR benar-benar memenuhi janjinya untuk menemui dan melihat langsung kondisi Noorsyaidah, Rabu (9/7). Ajie datang bersama rombongan Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kaltim Sutarnyoto ke Jalan Merdeka III, Samarinda Ilir. Tiba sekitar pukul 09.30 Wita, mereka disambut suka cita Noorsyaidah dan keluarganya. Apalagi niat kedatangan Dirut RSU AW Syahrani dan dinkes tersebut untuk memberikan pelayanan dan tempat khusus di RSU AW Syahrani tanpa memungut bayaran. "Semula saya memang tidak percaya sama sekali ada besi kawat yang bisa menancap di tubuh seseorang, apalagi bertahan hingga 17 tahun. Tapi setelah melihatnya langsung, sungguh luar biasa dan di luar kemampuan saya sebagai seorang dokter untuk memahaminya," kata Ajie heran setelah Noor memperlihatkan bagian perutnya yang ditumbuhi kawat itu kepadanya. Ajie bahkan sempat beberapa saat memegangi perut Noor untuk memastikan bahwa besi kawat yang tumbuh itu benar-benar timbul dari dalam, bukan rekaan. "Ini memang kawat asli, bukan kawat bentukan. Bahkan ternyata tidak hanya yang muncul di luar saja, tapi setelah saya periksa di dalam perut Ibu Noor juga ada kawat-kawatnya. Luar biasa dan di luar jangkauan ilmu medis ini namanya," ujar Ajie yang tak bisa menyembunyikan rasa herannya. Ajie juga mengambil contoh kawat untuk diteliti di laboratorium RSU AW Syahrani. "Jadi selain menyediakan ruangan dan pelayanan khusus buat Ibu Noor, RSU AW Syahrani juga akan menguji laboratorium kawat-kawat yang tumbuh di perut Ibu Noor itu, kita tunggu saja dalam dua atau tiga hari ini, mudah-mudahan sudah ada hasil dari uji lab itu," terangnya. Kepala Dinkes Kaltim Sutarnyoto juga tak bisa menyembunyikan keterkejutannya setelah melihat langsung kondisi Noorsyaidah. Sutarnyoto langsung membenarkan bahwa kawat tersebut memang asli. "Yang jelas kami sudah melihatnya langsung, karena itu dalam dua atau tiga hari ini juga, sembari menunggu hasil uji laboratorium RSU AW Syahrani atas sample kawat itu, kami akan segera melaporkan perkembangannya kepada Departemen Kesehatan (Depkes) di Jakarta," kata Sutarnyoto. Pada malam harinya, sekitar pukul 22.00, Kepala Rumah Sakit Umum Sangatta dr Andi Baji bersama rombongan juga tiba di tempat Noorsyaidah. Menurut Andi Baji, RSU Sangatta juga menawarkan perawatan khusus. "Dia kan bekerjanya di Sangatta, jadi pengobatan akan lebih mudah dilakukan jika dari RS setempat. Mudah-mudahan maksud kedatangan kami yang langsung dari Sangatta ini disambut baik oleh Ibu Noor dan dia mau dirawat oleh kami, "ujarnya. Ki Joko Bodo: Semoga Bu Noor Bisa Disembuhkan (10) Kamis, 10 Juli 2008 16:31 WIB PARANORMAL Ki Joko Bodo sepakat bila dikatakan penyakit yang kini diderita Noorsyaidah bukanlah penyakit biasa, tak bisa disembuhkan secara medis. "Penyakit dia (Noorsyaidah) adalah penyakit yang dibuat oleh orang. Menurut ramalan batin saya, apa yang dideritanya itu sudah lebih dari lima tahun. Memang sepertinya, baru ketahuan sekarang-sekarang saja," kata Ki Joko Bodo dalam perbincanangan dengan persda network, Kamis (10/7). Apa yang dialami Noorsyaidah, menurut ramalannya, dilakukan oleh orang yang pernah sakit hati. Ki Joko Bodo meyakini pula, Noorsyaidah semasa hidupnya pernah menyakiti hati seseorang. "Dalam hal percintaan. Dia pernah memutus hubungan dengan seseorang sehingga membuat orang itu sakit hati. Salah satu faktornya adalah karena pernah menolak cinta. Sebetulnya menyebuhkan Noorsyaidah mudah," jelas Ki Joko Bodo. Tak sulit sebetulnya menurut Ki Joko Bodo untuk agar penyakit itu hilang. Yang diperlu dilakukan Noorsyaidah kini, adalah mencari tahu siapa orang yang pernah disakitinya. Kemudian, meminta maaf atas segala yang pernah ia lakukan kepada orang itu. "Harus tahu dulu siapa saja yang pernah berhubungan (saling cinta) dengannya sebelum- sebelumnya. Kemudian, siapa yang paling berat cintanya, dan yang paling berat ditolak ketika itu. Masa lalu dia, dalam hal percintaan harus diingat-ingat betul. Kalau sudah ketemu, minta maaf, mudah-mudahan sembuh, "papar Ki Joko Bodo. Ia berani menjamin, penyakit Noorsyaidah tak akan bisa disembuhkan dengan pengobatan medis biasa. Dokter manapun, diakuinya akan sia-sia saja yang tak akan bisa disembuhkan dengan tekhnologi manapun juga. Penyakit irasional, sebut Ki Joko Bodo, hanya bisa disembuhkan dengan cara yang irasional pula. "Tekonologi secanggih apapun, masih kalah dengan upaya-upaya tradisional bangsa ini. Harus dilakukan pendekatan dengan cara-cara yang irasional juga," jelasnya. Mengaku penasaran, Ki Joko Bodo berjanji akan mengunjungi Noordsyaidah. Selain ingin melihat secara langsung penyakit yang dideritanya, Ki Joko Bodo ingin berusaha membantu mengobati dengan apa yang bisa ia lakukan. "Saya belum bisa pastikan kapan kesananya. Tapi, dalam waktu dekat saya pasti akan menemui dia. Saya juga penasaran, pingin melihat langsung. Mudah-mudahan penyakitnya bisa disembuhkan, " kata Ki Joko Bodo. Kawat Masuk Perut Saat akan Dicabut Sendiri (11) Jumat, 11 Juli 2008 07:01 WIB SAMARINDA - Upaya pengobatan, mulai dari medis, alternatif, hingga mendatangi orang pintar sudah dilakukan Noorsyaidah untuk menyembuhkan penyakit yang dideritanya, tapi kawat-kawat berduri yang tumbuh disekitar perut hingga bagian dadanya itu tak juga hilang bahkan terus tumbuh. Noorsyaidah adalah guru TK di Sangatta, Kutai Timur, yang selama 17 tahun menderita penyakit aneh. Dari dalam tubuhnya bermunculan potongan-potongan kawat sepanjang 10 hingga 20 sentimeter. Noorsyaidah bahkan telah melakukan pengobatan ke luar Kalimantan, tepatnya di sebuah rumah sakit terkenal di Surabaya, Jawa Timur. Namun, nasib baik tetap tidak berpihak kepada perempuan berusia 40 tahun ini karena setelah kawat dicabut dari tubuhnya, beberapa hari kemudian bermunculan lagi. Untuk mengeluarkan kawat tersebut memang tidak mudah karena kawat sangat melekat erat di badannya. Noor bercerita, pernah suatu saat ia dibantu kakak kandungnya mencoba untuk mencabutnya sendiri, tetapi yang terjadi justru kawat tersebut masuk ke dalam tubuhnya dan beberapa saat kemudian muncul kembali di bagian badannya yang lain. Kakak kandung Noor, Hj Siti Robiah, menceritakan, penah juga menyaksikan langsung operasi yang dilakukan oleh empat orang dokter spesialis bedah terhadap adiknya itu. Para dokter tersebut bahkan terpaksa menggunakan besi berani (magnet) agar kawat bisa ditemukan dalam tubuh Noor. "Karena kawat-kawat itu tidak hanya yang bermunculan di tubuh Noor, tapi hasil rontgen memperlihatkan ada puluhan kawat lagi di dalam perut dan di dalam perut itu seperti hidup bisa lari-lari atau berpindah tempat. Makanya, saat dibedah para dokter terpaksa menggunakan besi magnet agar besi kawat bisa ditemukan dan diambil. Dan, itu tadi, setelah diangkat kawat-kawat itu beberapa hari kemudian bermunculan lagi," ujar Robiah. Bentuk kawat yang tumbuh di badan Noor memang tak jauh berbeda dengan jenis kawat lainnya, besarnya seperti peniti berukuran besar. Saat Tribun memegang salah satu kawat yang sempat dikoleksi Noor, kawat tersebut seperti kawat biasa, mudah berkarat dan sudah berwarna kecoklatan. Panjangnya pun bervariasi, mulai dari 10 sentimeter hingga sekitar 20 sentimeter, ada yang hanya satu sisi yang runcing dan lainnya kedua sisi runcing. "Ya, seperti biasa kawat-kawat lainnya, tapi itu kalau sudah terjatuh dari badannya. Tapi, kalau yang melekat di badan, bisa berubah-rubah warna, mulai dari hitam pekat, kuning, hingga kembali normal kecoklatan," ujar Robiah. Hj Robiah: Saya Ingin Noorsyaidah Sembuh (12) Jumat, 11 Juli 2008 07:09 WIB SAMARINDA - Hj Robiah, kakak Noorsyaidah mengatakan, adiknya itu sebenarnya orang yang cukup suka pergaulan, sehingga mudah dikenal dan mengenal orang lain. Di tempat ia mengajar mengaji (TK Al-Quran Sangatta, Kutai Timur), Noor dikenal sebagai guru yang sangat dekat dan disenangi oleh murid-muridnya. Bahkan, saking dekatnya dia, semua murid TK-nya itu menangis jika sehari saja, Noor tak berangkat mengajar. Noorsyaidah adalah perempuan yang mengidap penyakit aneh. Sepanjang 17 tahun terakhir, dari perut dan dadanya bermunculan potongan kawat. Jumlanya sudah puluhan. "Dan Alhamdulillah, kendati muridnya itu terdiri dari anak-anak berusia sekitar 5 tahunan, tapi mereka mengerti dengan penyakit yang diderita Noor. Jadi tidak pernah sekalipun membebani Noor mengajar, bahkan mereka senang dengan metode yang diajarkan Noor," ujarnya. Dan menurut pengakuan Robiah, sejak diberitakan, banyak orang maupun lembaga tertentu yang berdatangan ke rumahnya di Jl Merdeka III, Samarinda Ilir. Baik yang berkepentingan untuk membantu maupun hanya melihat penyakit aneh yang diderita Noor. "Saya tidak tahu dari mana saja, tapi kami mohon maaf cukup hati-hati untuk mempertemukan Noor karena selain ada kekhawatiran lain, kami juga tidak ingin pemberitaan ini menjadi sesuatu yang dikomersilkan, tapi niat kami awal adalah supaya ada orang yang tergugah hatinya membantu kami untuk penyembuhan," ujarnya. Enam Dokter Terbaik Siap Tangani Noorsyaidah (13) Jumat, 11 Juli 2008 08:28 WIB SAMARINDA - Simpati berbagai kalangan terhadap Noorsyaidah akibat penyakit aneh yang dideritanya sejak belasan tahun lalu terus mengalir. Dirut RSU Abdul Wahab Syahranie Samarinda dr Ajie Syirafuddin DHM MMR, sehari setelah melihat sendiri perut Noor yang mengeluarkan kawat, bahkan langsung menyiapkan sebuah kamar khusus di Ruang Teratai agar Noor bisa mendapat perawatan intensif. Menurut Ajie, pihaknya benar-benar ingin membantu Noor. Melalui perawatan yang intensif, diharapkan warga Sangatta, Kutai Timur, itu bisa terbebas dari jenis penyakit yang diakuinya baru kali ini muncul dalam dunia medis. Tak cuma kamar khusus, pihaknya kemarin juga telah membentuk sebuah tim. Tim terdiri atas enam dokter spesialis dan seorang ulama dari Majelis Ulama Indonesia Samarinda. Para dokter yang menjadi anggota tim merupakan dokter terbaik di bidangnya. Ada ahli bedah, ahli bedah tulang, ahli jiwa, ahli laboratorium, ahli rontgen, dan ahli penyakit dalam. "Kita full team, makanya kami kerahkan semua para dokter spesialis terkait untuk penanganan Ibu Noor itu. Bahkan, semua perangkat medis yang dimiliki RSU AW Syahrani akan kami turunkan," kata Ajie, Kamis (10/7). Menjawab pertanyaan terkait dilibatkannya ulama dalam tim tersebut, Ajie mengatakan, penyakit yang diderita Noor belum pernah terjadi sebelumnya. Bukan tidak mungkin penyakit itu muncul akibat adanya kekuatan supranatural. Kisah yang dikemukakan Noor ataupun keluarganya juga mengisyaratkan tidak tertutupnya kemungkinan itu. Karena itu, kehadiran ulama diperlukan untuk menangkal secara supranatural hal-hal yang tidak diinginkan selama dilakukan penanganan medis terhadap Noor. Jadi, menurutnya, ini adalah tim lengkap. Tim akan menangani secara medis, kejiwaan, dan keagamaan. "Yang jelas, kami sudah menyiapkan semuanya. Sekarang kami tinggal menunggu konfirmasi dari Ibu Noor dan keluarganya yang informasinya saat ini masih berembuk agar Ibu Noor bisa menjalani penanganan medis dengan tenang," ujarnya. MUI Kaltim Dilibatkan Sembuhkan Noorsyaidah (14) Jumat, 11 Juli 2008 08:35 WIB SAMARINDA - KH Zaini Naim, Ketua MUI Samarinda, membenarkan telah dihubungi RSU AW Syahrani untuk terlibat dalam tim yang menangani kesembuhan Noorsyaidah dari penyakit aneh yang dideritanya. Noorsyaidah, guru TK asal Sangatta, Kutai Timur, Kalimantan Timur, menderita penyakit aneh sejak belasan tahun lalu. Dari dalam perut dan dadanya bermunculan logam kawat yang panjangnya 10 hingga 20 sentimeter. "Saya tadi sore ditelepon langsung oleh Direktur RSU AW Syahranie untuk ikut terlibat. Kami dari MUI sangat siap karena penanganan penyakit seperti ini memang harus juga dilakukan dengan pendekatan agama," kata KH Zaini. Kepada Noorsyaidah, KH Zaini juga berpesan agar tetap tabah dan menyerahkan semuanya kepada Allah SWT. Semua ujian ataupun penyakit yang diturunkan-Nya yakinlah ada obat penawarnya, apa pun itu penyakitnya. "Allah Maha Kuasa, tidak ada satu pun ujian yang diberikan-Nya kepada hamba-Nya tanpa ada obatnya. Karena itu, saya berpesan agar Ibu Noor terus dan tetap berikhtiar, Allah pasti menunjukkan jalan-Nya," katanya. Keluarga Noor telah menyatakan diri siap untuk ditangani secara medis oleh pihak RSU AW Syahranie. Namun, karena urun rembuk keluarga masih harus menunggu satu saudara kandung Noor yang berada di luar daerah, ke RSU AW Syahranie masih belum dilakukan untuk sementara ini. "Yang jelas kami sudah siap Ibu Noor ditangani secara medis oleh RSU AW Syahranie. Tapi, kami minta maaf masih belum bisa ke sana karena masih ada satu saudara kandung Ibu yang belum datang. Insya Allah, besok (hari ini) sudah ada keputusan dari keluarga kami," kata Risca, keponakan Noorsyaidah. Noorsyaidah Ingin Sembuh Sesuai Akidah (15) Jumat, 11 Juli 2008 08:41 WIB NOORSYAIDAH tetap tabah menjalani hidup. Shalat lima waktu tak sekali pun ia tinggalkan. Awalnya, ia masih bisa shalat dengan berdiri. Namun, posisi itu membuat perutnya nyeri. Ia lalu melakukannya dengan duduk. Tiga bantal ditumpuk di depannya untuk menahan kepalanya saat sujud agar kawat-kawat yang keluar dari perutnya tidak tertekan. Sejak kecil Noor telah dididik oleh kedua orangtuanya untuk selalu ingat kepada-Nya. Karena itu, ia mencoba untuk tetap tabah dan meyakini bahwa penyakit aneh yang dideritanya ini adalah atas kehendak Allah. Shalat lima waktu tetap ia jalankan sebagaimana selalu ia jalankan selama ini, jauh sebelum kawat-kawat itu keluar dari perutnya. Noor shalat dengan posisi duduk, tetap menggunakan mukena (pakaian shalat wanita). Agar tidak perlu sujud di lantai--yang akan membuat sakit tak tertahan di dalam perutnya--ia menumpuk tiga bantal di depannya. Di bantal-bantal yang ia selimuti dengan mukenanya itulah ia sujud di dalam salat. Bantal-bantal itulah yang selama ini menjadi alat penahan agar ia tidak terlalu membungkuk seperti halnya orang-orang sehat ketika posisi sujud. Posisi bungkuk yang berlebihan bisa membuatnya merasakan sakit tak terperi karena kawat-kawat yang ada di bagian perut dan sekitar dadanya itu bisa saling menyentuh atau menusuk bagian kulitnya yang tidak ditumbuhi kawat-kawat aneh itu. Pernah Noor kembali mencoba-coba untuk shalat dengan posisi berdiri, tetapi hal itu rupanya membuatnya kesulitan. "Ini adalah ujian dari Allah SWT, bagaimana saya harus diuji apakah sanggup untuk menjalaninya atau tidak. Alhamdulillah, khususnya persoalan shalat yang harus mengeluarkan gerak itu, saya tetap bisa melaksanakannya, mudah-mudahan dengan izin Allah juga saya akan tetap bisa melaksanakannya," kata Noor. Di mata keluarga Noor memang dikenal sangat taat menjalankan perintah agama. Noor tak pernah bosan mengingatkan keponakan-keponakannya untuk shalat bersama-sama jika azan shalat telah dikumandangkan. "Untuk urusan agama kami sangat salut sama Ibu (Noor) kami itu. Salat tak pernah ditinggalkannya, jiwa sosialnya yang tinggi, tak pernah marah sama orang, dan lain sebagainya. Seandainya saja Ibu tak menderita seperti itu," kata Risca, keponakan Noor. Ketekunanan Noor terhadap persoalan agama juga terlihat di Sengatta, Kutai Timur. Di tempat ia menyalurkan jiwa sosialnya sebagai seorang guru agama ini, Noor rupanya adalah seorang pemimpin majelis taklim dan diakui selama kepemimpinan Noor, majelis taklim menjadi lebih maju dan proaktif melakukan kegiatan-kegiatan sosial. "Dan banyak yang berkonsultasi agama dengan Noor," tutur Hj Siti Robiah, kakak kandung Noor. Noor sangat menginginkan kesembuhan tetapi berkat ketaatannya dengan agama. Ia hanya ingin cara penyembuhan terhadap dirinya itu dilakukan dengan cara-cara yang tidak keluar dari akidah agama Islam. "Saya mendapat ujian penyakit ini karena Allah SWT yang mengijinkannya. Seandainya Allah tidak mengizinkan, saya yakin tidak ada ujian seperti yang saya alami ini. Artinya pula saya pun sembuh dengan izin Allah," ujar Noor dengan tabah. Mbah Liem: Noorsyaidah Kena Tenung (16) Jumat, 11 Juli 2008 08:50 WIB SAMARINDA - Mbah Liem, paranormal yang terkenal di Kaltim karena sepak terjang ritualnya mendampingi Bupati (nonaktif) Kutai Kartanegara Syaukani Hasan Rais sepakat dengan Ki Joko Bodo bahwa Noorsyaidah terkena santet. "Tidak salah lagi ia itu kena santet tenung. Santet ini tidak membunuh, tapi sifatnya hanya menyakiti sampai yang menyantet itu puas. Yang menyerangnya itu adalah orang yang sangat membenci. Ia itu punya dendam pribadi yang sudah memuncak," ujar Mbah Liem saat dihubungi Tribun Kaltim, kemarin. Ia mengatakan, yang menyantet Noorsyaidah adalah pendatang, bukan suku asli Kalimantan. Untuk bisa sembuh, Noorsyaidah harus diobati dengan ritual sajen adat si penyantet tersebut. "Tidak ada jalan lain ia harus lakukan ritual. Santet itu harus dilawan dengan santet yang lebih tinggi," katanya. Seperti halnya Ki Joko Bodo, Mbah Liem juga mengatakan, santet itu tidak mungkin disembuhkan dengan cara berobat ke dokter. Karena kawat yang tumbuh di perut Noosyaidah telah berlangsung 17 tahun. Mbah Liem menganggap santet itu sangat kuat. "Ini bukan santet beli dari dukun. Tapi, yang menyantet itu adalah orang yang punya dendam pribadi dengan korban," katanya. Ketika diajak untuk menyembuhkan Noorsyaidah, Mbah Liem mengaku siap. Ia mengatakan akan berangkat ke Kaltim dengan catatan ada orang yang mau mempersiapkan syarat-syaratnya. Syarat-syarat yang dimaksudnya itu adalah bagian yang harus dipenuhi dalam ritual penyembuhan. Seperti kelapa muda, ayam hitam, dan telur. Sebagai media perantara dengan penyantet, Mbah Liem meminta potongan kawat yang telah diambil dari perut Noorsyaidah. "Insya Allah bisa sembuh. Saya butuh kawat dari perutnya itu perlu sebagai media penghubung. Nanti akan muncul wajah yang menyantet dari dalam air yang saya taruh pada mangkuk. Saya akan serang balik dan mengobat. Tidak perlu takut, saya akan korbankan binatang. Nanti kalau syarat-syarat ini dipenuhi saya akan datang dan bisa disaksikan bagaimana ritualnya," kata Mbah Liem. Tentang apa yang dialami Noorsyaidah, spesialis penyakit dalam Prof Dr dr HR Moh Yogiantoro Sp PD-KGH menduga kuat kondisi itu sebagai sesuatu di luar jangkauan diagnosa medis. Namun, dari sisi medis, mungkin saja sebagai manusia Noorsyaidah mengalami kelainan anatomi, metabolisme, dan kejanggalan (anomali) lain, seperti tumor dan kanker, sehingga muncul kawat-kawat dari perut dan dadanya. "Cuma ini memang aneh. Yang jelas, ada kondisi tertentu yang bisa disebut sebagai penyakit nonmedis dan itu memerlukan pengobatan dari ahli lain. Inilah yang kemungkinan besar berhubungan dengan kasus yang dialami Noorsyaidah," kata spesialis dari RSU Dr Soetomo Surabaya yang akrab dipanggil Prof Yogi ini. Menurut Prof Yogi, pada beberapa kasus penyakit, ada yang memerlukan penyelesaian medis dan nonmedis sekaligus. Namun, ada pula yang cukup ditangani secara nonmedis, sedangkan penanganan medisnya kurang bermanfaat. Namun, ketika diminta menyebutkan tindakan nonmedis seperti apa yang bisa digunakan untuk menangani kasus Noorsyaidah, Prof Yogi menyebut hal itu tergantung dari kemauan si penderita sendiri. Ketika didesak, apakah menggunakan cara gaib, Prof Yogi menyebut kemungkinan ke arah tersebut selalu ada. "Percaya kepada Allah SWT, itu saja sudah merupakan bagian dari cara gaib. Begitu juga penyakit nonmedis, mungkin saja gaib. Sebab, hal itu sudah di luar jangkauan dunia kedokteran yang konvensional," tandasnya. Pemerhati dan praktisi supranatural sahabat Prof Yogi, KH Ir Agus Ubaidilah, ketika ditanya tentang kasus yang dialami Noorsyaidah membenarkan bahwa penyakit yang diderita wanita itu terjadi akibat kiriman benda gaib yang dibuat oleh manusia. Untuk pengobatannya, tutur Agus, tidak bisa dilakukan melalui medis. "Kalaupun ia pernah menggunakan pengobatan medis ternyata berhasil, tapi begitu kembali ke Samarinda kawat itu ternyata bermunculan lagi. Ini menunjukkan bahwa penyakitnya sudah di luar medis," kata KH Agus. Dari penerawangan jarak jauh yang dilakukannya dengan melihat foto dan ejaan nama Noorsyaidah, pria yang tinggal di Sidoarjo ini mengaku, ada sesuatu yang buruk yang ditanamkan di rumah Noorsyaidah. Hal buruk itulah yang kemudian membuat munculnya kawat-kawat dari perut dan dadanya. "Perlu proses penanganan yang panjang untuk mengobati Ibu Noor ini. Karena hal gaib itu telah ditanamkan pada dirinya sejak lama," kata Agus. Noorsyaidah Mulai Diperiksa Dokter (17) Jumat, 11 Juli 2008 11:34 WIB Laporan Wartawan Tribun Kaltim, Muhammad Khaidir SAMARINDA- Noorsyaidah, warga Jl Merdeka 3 Samarinda yang dari perutnya mengeluarkan kawat, Jumat (11/7) pagi dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) AW Syahranie. Ia memulai tahap pengobatan. Tim dokter yang dipimpin langsung oleh Direktur RSUD AW Syahranie, dr Ajie Syirafuddin menjemput Noorsyaidah di rumahnya sekitar pukul 08.00 WITA. Awalnya, keluarga sempat menolak, karena keluarga khawatir dengan kondisi mental Noorsyaidah. Tetapi tim dokter yang beranggotakan tujuh orang berhasil merayu Noorsyaidah. Pukul 09.30 WITA, Noorsyaidah tiba di RSUD AW Syahranie, Jl Dr Soetomo, Samarinda. Noorsyaidah kemudian masuk ke ruang MSCT Scaning dan berlangsung selama 20 menit. Setelah itu ia masuk ke ruangan sinar X. "Ini masih tahap awal. Kami baru melakukan diagnosa. Belum tahu hasilnya, karena masih mengumpulkan data-data. Setelah proses ini selesai, akan kami rapatkan. Hasilnya nanti kami informasikan kepada keluarga. Untuk langkah selanjutnya kami serahkan kepada keluarga, apakah mereka siap atau tidak," ujar Ajie. Sementara ini keluarga masih belum mau Noorsyaidah menjalani rawat inap. "Kondisi Noorsyaidah masih labil. Kami khawatir kondisi mentalnya, makanya kami ingin dia di rumah dulu," ucap Siti Robiah, kakak Noorsyaidah yang juga datang ke RSUD AWS. Siti Robiah mengatakan, hasil diagnosa dokter nanti akan mereka diskusikan. "Keluarga akan mendiskusikan terlebih dahulu sebelum mengambil langkah selanjutnya, " ucap Siti. Noorsyaidah pun mengaku tegang. "Saya agak tegang. Doakan saya sembuh ya," ucapnya lirih. Saat berita ini diturunkan, Noorsyaidah sudah diantar kembali ke rumahnya oleh tim dokter RS AWS. (*) Dokter: Kawat Itu Sudah Beradaptasi dengan Tubuh Noor (18) Sabtu, 12 Juli 2008 11:52 WIB JENIS penyakit yang diderita Noorsyaidah secara medis rupanya memang termasuk penyakit yang sangat aneh dan tak pernah ada dalam ilmu kedokteran mana pun. Direktur Rumah Sakit Abdul Wahab Syahranie Samarinda dr Ajie Syirafuddin MMR mengaku sangat sulit menyebut jenis penyakit yang diderita perempuan berusia 40 tahun itu. Noorsyaidah adalah guru TK di Sangatta yang selama 17 tahun ini menderita penyakit aneh. Batangan kawat bermunculan dari dalam perut menembus kulit. Panjang kawat 10-20 cm. "Memang sangat sulit disebutkan namanya dalam perspektif medis. Untuk perkiraan bahwa penyakit yang diderita Ibu Noor itu bisa saja disebut sejenis larva migran atau seperti ada cacing- cacing yang bermunculan di badan seseorang. Tapi itu juga terbantahkan karena yang tumbuh itu adalah benda keras, apalagi jenisnya adalah besi kawat," kata Ajie saat ditemui di kediamannya. Dia juga heran dengan daya tahan tubuh Noor yang selama 17 tahun lebih tak memengaruhi kondisi fisiknya, padahal secara medis besi yang ditanamkan di tubuh seseorang dan tidak menimbulkan efek samping hanya jenis platina, sedangkan besi lain tak perlu menunggu waktu lama untuk menimbulkan infeksi atau sejenisnya. "Makanya untuk sementara ini juga, dalam pandangan ilmu kedokteran besi-besi kawat itu sudah beradaptasi dengan tubuh Ibu Noor sehingga tak berpengaruh dengan kondisi fisiknya. Seperti halnya penyakit larva migran yang saya sebutkan tadi, adalah hasil adaptasi molekul-molekul di tubuh seseorang yang akhirnya berakibat pada munculnya cacing-cacing," ujarnya menjelaskan. Apakah selanjutnya besi-besi itu tetap tidak akan berpengaruh atau membahayakan Noor? Ajie menyebutkan, untuk sementara ini memang tidak akan berbahaya, selain sudah teradaptasi, dari hasil bacaan sementara kawat-kawat berduri itu tumbuhnya hanya di kulit biasa bukan di bagian vital. "Vital yang dimaksudkan adalah tumbuhnya tepat di jantung. Kalau sudah seperti itu, maka sangat membahayakan sekali dan perlu cepat mendapat perawatan medis. Tapi memang sekali lagi, saya sebagai seorang dokter heran besi kawat yang mudah berkarat itu tumbuh dan kondisi fisik Ibu Noor tak apa-apa, dan sistem pencernaan juga lancar," katanya. (Muhammad Khaidir) BERSAMBUNG
Posted on: Mon, 16 Sep 2013 13:25:15 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015