Korupsi, skandal moral, kekerasan, kriminalitas, perusakan - TopicsExpress



          

Korupsi, skandal moral, kekerasan, kriminalitas, perusakan sumberdaya alam kian mewabah di negeri ini. Begitu pula kemewahan, kemegahan, ajimumpung, dan pola hidup serakah menjadi pemandangan umum. Orang menjadi serbaboleh melakukan apa saja untuk meraih tujuan. Sikap hidup hedonis (memuja kesenangan), pragmatis (menerabas), oportunis (memuja kepentingan) melekat dalam kehidupan sehari-hari di ranah apa saja. Masyarakat dan elitnya menjadi terbiasa gampang dan menghalalkan apa saja. Apalagi dunia politik. Tahta, harta, dan wanita menjadi gaya hidup baru elit politik yang serbaboleh. Tidak kecuali elit dan partai Islam dan mengusung dakwah. Politik menjadi sangat perkasa dan liar. Tidak ada yang bisa mengerem dan mencegah. Jangankan benar, salah pun mereka pandai beretorika dan berapologi. Dalil agama pun dengan fasih mereka lantunkan. Korupsi dan skandal besar-besaran pun seolah berlalu begitu saja. Nyaris seolah tanpa merasa salah. Elit dan umatnya pun dengan taqlid-buta mengamini apa saja. Politik yang penting menang, megah, mewah, dan sukses. Tidak peduli jalan yang ditempuh apa benar, baik, dan patut atau sebaliknya salah, buruk, dan seronok. Paradok, ketika segala bentuk penyimpangan moral dan perilaku itu meluas di ranah publik. Kegiatan-kegiatan, simbol-simbol, dan syi’ar-syi’ar keagamaan semakin marak dan menyala-nyala. Haji dan umrah makin antri dan bergelombang. Pengajian-pengajian meriah di televisi kian meriah. Mujahadahan, istighasahan, haul, dan berbagai ritual sejenis juga makin digemari dan menjadi simbol keagamaan kolektif. Bahkan orang meninggal pun semakin banyak dirayakan sampai tujuh, empatpuluh, seratus, dan seribu hari. Media massa pun makin mempromosikan semarak keagamaan yang tampak seperti kembang api itu. Orang lantas bertanya penuh gugat. Ada apa dengan keberagamaan yang tampak penuh syi’ar dan kemeriahan, tetapi penyimpangan perilaku kian mewabah? Apa yang salah dengan cara beragama di kalangan elit dan umat saat ini? Apakah agama tidak berbanding lurus dengan keshalihan individu sekaligus keshalihan sosial yang menyatu lahir dan batin. Bahkan ketika di antara koruptor dan pelaku penyimpangan itu dilakukan oleh mereka yang berilmu-agama tinggi seperti lulusan Timur Tengah, lalu apa dan di mana yang salah? Mungkin ada yang hilang dari cara beragama selama ini. Formal dan verbal Islam menjadi agama, tetapi tidak meresap dalam jiwa dan membuahkan perilaku yang sungguh-sungguh Islami. Ilmu agama pun hanya untuk ilmu dan berhenti di ranah kognisi, tidak terhayati menjadi sesuatu yang mencerahkan diri. Berislam telah kehilangan jiwa yang paling fitri, yakni kejujuran dan konsistensi dalam mengamalkan ajaran. Islam bukan hanya tidak diamalkan secara benar dan konsisten, sebaliknya malah menampilkan perilaku-perilaku dan tindakan-tindakan yang bertentangan dan dilarang. Inilah fenomena kontradiksi dalam perilaku ber-Islam! Hans
Posted on: Wed, 03 Jul 2013 14:36:16 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015