"Langit, aku lanjutkan ya!" "Time is yours! :-)" "Di saat-saat - TopicsExpress



          

"Langit, aku lanjutkan ya!" "Time is yours! :-)" "Di saat-saat seperti itu pun kau tahu Langit, aku harus sendiri. Mamak sebenarnya bisa cuti untuk menjagaku, tapi beberapa hari saja ku suruh dia pulang. Mamak juga sakit ginjal Langit. Aku kasihan sama dia. Meskipun sulit bagi Mamak tapi dia mau juga namun menawarkan salah satu dari dua adik perempuanku untuk menjagaku. Apa aku tega Langit? Mending aku sendiri daripada kedua adik gadis ku harus berada disini, tempat orang-orang dengan berbagai penyakit. Berbahaya buat mereka. Kakak ku tinggal tidak jauh dari rumah sakit tapi dia punya bayi dan ku larang untuk datang walau sekadar menjenguk. Aku pun sendiri dengan tiang infusku yang setia. Tapi satu tas buku-buku yang diantar Rita cukup mengisi kekosongan selama opname. Dalam ruang isolasi aku pun sudah menyiapkan diri untuk mati Langit. Meski para perawat bilang udah ada obatnya dan pasti akan pulih. Aku hanya perlu istirahat dan hidup sehat. Kau tahu, aku mendengar lelucon bahwa TB itu penyakit orang miskin. Tapi yang paling membuatku terpuruk adalah saat dokter menyarankan ku cuti kuliah 1 semester. Hahaha. Lucu sekali Langit. Aku akan memasuki semester ke-12 di kampus dengan status belum ujian seminar proposal bahkan judul pun belum disetujui. Terus aku harus cuti lagi? Apa aku harus menunggu di-drop-out Langit? Sebelum masuk ke RS Haji Desember silam sebenarnya aku sedang berjuang Langit. Aku sudah menulis surat panjang lebar dan tinggi kepada pimpinan fakultas kami untuk memohon pergantian dosen pembimbing karena kami sudah tidak sejalan, nggak tau dalam hal apa. Tapi sulit bagiku untuk melanjutkan. Memang ada penanganan. Bahkan pertemuan dengan semua pihak. Tapi tidak adil menurutku karena sampai sejauh itu yang ada toh permintaanku tidak dipenuhi hanya karena alasan menjaga nama baik pihak yang memegang jabatan tinggi di kampus bersemboyan character building university itu. Aku tidak punya nama baik, itu kesimpulan yang dapat ku tarik Langit. Dengan mengumpulkan remah-remah keberanian dan kekuatan ku putuskan untuk menemui pimpinan tertinggi civitas dijembatani rekan senat, tapi sudah lah Langit, bagaimana mungkin bukan aku yang tidak salah? Aku bukan sedang mau bilang aku benar dia salah. Aku juga manusia dan ku percaya dalam sebuah masalah semua pihak yang terlibat punya sumbangsih kesalahan dengan besar kecil yang beraneka. Aku pikir aku selesai disini Langit. Aku harus mengakhiri dan memulai cerita baru. Saat orang-orang yang seharusnya dapat diandalkan namun tidak demikian maka aku harus mengandalkan diri sendiri yang tidak dapat diandalkan kecuali membuat keputusan. Aku pindah kampus saja. Ke sesama PTN berarti harus ke luar provinsi dan kami tidak punya uang. Baiklah, PTS pun jadi. Ku mulai menghubungi orang-orang di PTS tujuan. Beruntung ada dosen ku juga mengajar disana. Semua prosedur jelas. Tapi, saat aku minta surat keterangan pindah, kepala administrasi fakultas kami tidak memberi ijin. Dia memberi wejangan panjang lebar dan tinggi yang melebihi suratku ke dekan. Katanya demi kebaikan ku, aku harus bertahan. Tapi aku frustrasi dan sepertinya tidak ada cara yang lebih baik dari melarikan diri. Dia menyuruhku pulang dan merenungkan kembali. Dan aku jatuh sakit Langit. Ternyata jiwa yang kelelahan mengakibatkan raga tak berdaya. Eh, Langit, sinar mentari menyibak awan-awan yang setadi meneduhiku. Boleh aku turun dari tangga ini dan pindah ke tribun?" "Update aja dulu. Terus nanti kita lanjutkan lagi. Take it easy my man! ;-)" #deraelicine Stadion UNIMED, last-0909
Posted on: Mon, 12 Aug 2013 02:10:05 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015