| Log In VIVA | BOLA | LIFE | JUAL BELI | BLOG | FORUM | - TopicsExpress



          

| Log In VIVA | BOLA | LIFE | JUAL BELI | BLOG | FORUM | POLITIK | BISNIS | NASIONAL | METRO | DUNIA | SAINSTEK | SPORT | OTOMOTIF | SOROT | WAWANCARA | FOKUS Indeks Mobile On TV Surat U-Report Foto Video Rabu, 21 Agustus 2013 | 18:37 WIB X JANGAN LEWATKAN Usai Melahirkan, WAGs Ini Muncul di Majalah Dewasa Selebrasi Konyol Dua Pemain Ini Berbuah Kartu Kuning FOKUS Jasa Diaspora Indonesia Jumlah diaspora WNI di luar negeri ada 4,6 juta orang. ddd Selasa, 20 Agustus 2013, 21:14 Denny Armandhanu, Santi Dewi WNI di Bern, Swiss, merayakan Hari Batik Nasional WNI di Bern, Swiss, merayakan Hari Batik Nasional (Dok. KBRI Bern/Mohammad Budiman Wiriakusumah) BERITA TERKAIT Diaspora Indonesia Rintis Dwi Kewarganegaraan Rahasia Sukses Diaspora Habibie: Sinergi Cinta Tiga Elemen Richard Rakotonirina, Jenderal Madagaskar Diaspora Indonesia 3 Rekomendasi Kongres Diaspora Indonesia II Fify Manan: Lama Tinggal di Negeri Orang, Tetap Cinta Indonesia Follow us on Google+ VIVAnews - Tinggal di Atlanta, Amerika Serikat, Fify Manan tidak lantas lupa pada tanah airnya Indonesia. Fify adalah satu dari sekitar 6.000 peserta Kongres Diaspora II di Jakarta yang sukses usaha di negeri orang. Perusahaannya, Formcase, berhasil membawa furnitur buatan Tangerang hingga ke Amerika Serikat. Bahkan produknya dipercaya digunakan di Gedung Putih dan Pentagon, wilayah pusat pemerintahan AS. Kepada VIVAnews, awal pekan ini, Fify mengatakan bahwa produknya dilirik lantaran murah dan berkualitas tinggi. "Produk saya apabila dibandingkan dengan produk yang didistribusikan kompetitor memang lebih murah harganya. Tetapi mau dijual dengan harga mahal, mereka pun tidak terlalu mempermasalahkan hal itu. Selain itu para pelanggan kami di AS senang dengan layanan keramahan perusahaan," kata dia. Formcase sukses menjadi satu-satunya perusahaan asing yang memasok furnitur untuk Gedung Putih dan Pentagon. Ini tidak mudah, harus melalui beberapa tahapan prosedural. Semua ini dimulai saat dia sukses mengantongi kontrak khusus memasok produk ke instansi pemerintah di Negeri Paman Sam bernama General Service Administration (GSA) tahun 2005 silam. Menurut Fify, kontrak GSA itu merupakan syarat mutlak apabila sebuah perusahaan ingin memasok ke instansi di AS. Setelah itu, dia bisa mengakses sebuah situs pembelian khusus yang telah didesain pemerintah. Dari situ dia dapat melihat instansi pemerintah mana saja yang sedang membuka kesempatan proyek. Kemudian dia mengajukan proposal ke departemen-departemen itu. "Saya senang berbisnis dengan pemerintah AS, karena semuanya serba transparan. Selain itu mereka juga telah menetapkan standar untuk semua produk furnitur yang mereka butuhkan. Saya tinggal mengikuti saja," katanya. Lain Fify lain lagi Iwan Sunito, bos perusahaan properti Crown International Holding Group, diaspora Indonesia yang tinggal di Australia. Tidak ingin untung sendiri, Sunito ikut memboyong proyek triliunan rupiah ke tanah air. Pria yang telah tinggal 28 tahun di Australia ini mengatakan tengah menggarap proyek senilai Rp10 triliun di Jakarta. "Saat ini perusahaan saya sendiri yang telah memiliki proyek senilai Rp30 triliun. Ini menandakan orang Indonesia pun juga memiliki kemampuan besar di luar negeri," kata Iwan. Sementara dari segi budaya, diaspora Indonesia masih mempraktikkannya di luar negeri. Salah satunya adalah Diaspora asal Suriname, Brigadir Jenderal Richard Rakotonirina, yang mengatakan bahwa saat ini budaya Jawa masih dipraktekkan di negaranya. "Jumlah diaspora di Suriname mencapi 60 persen dari 20 juta penduduk di negara kami. Oleh sebab itu kami berharap banyak dapat menjalin kerjasama yang lebih erat di antara kedua negara khususnya bidang ekonomi, diplomasi dan hubungan antarwarga," kata Rakotonirina. Potensi Besar Presiden Diaspora Indonesia, Mohamad Al-Arief, dalam pertemuan dengan wartawan Juni lalu mengatakan bahwa diaspora adalah setiap WNI atau orang keturunan Indonesia di luar negeri, ataupun orang yang punya afiliasi dengan Indonesia. Arief menjabarkan bahwa secara umum ada tiga kategori diaspora Indonesia yang dikenal. Kategori pertama, adalah diaspora WNI yang bekerja di luar negeri, jumlahnya sekitar 4,6 juta orang. "Jumlah ini lebih banyak daripada penduduk Irlandia," kata Arief. Kategori kedua adalah orang Indonesia keturunan, atau yang bukan lagi warga negara Indonesia. Jumlah orang dalam kategori ini mencapai 1-2 juta orang. Sedangkan kategori ketiga adalah orang-orang yang mencintai Indonesia walaupun bukan WNI dan tidak punya keturunan Indonesia. Singkatnya, "Diaspora, di manapun mereka berada, hatinya tetap merah putih," ujar Arief. Para diaspora Indonesia ini tidak bisa dianggap enteng. Potensi yang begitu besar dari para diaspora ini jadi aset tersendiri yang penting bagi tanah air. Kemampuan dan pengalaman mereka di kancah dunia bisa jadi sumbangan penting bagi pembangunan Indonesia. Wahid Supriyadi, Kepala Desk Diaspora dari Kementerian Luar Negeri, mengatakan Juni lalu bahwa Indonesia masih belum memaksimalkan pemasukan dari para diasporanya. Di berbagai negara, diaspora menjadi sumber pemasukan bagi negara asal mereka. Contohnya yang paling besar adalah India yang memiliki 35 juta diaspora di seluruh dunia. Dari seluruh diaspora ini, India mendapatkan remittance atau transfer uang dari pekerja luar negeri sebanyak Rp70 miliar. Indonesia masih kalah dengan Vietnam dan Filipina yang juga sama-sama baru merintis jaringan diaspora mereka. Vietnam mendapatkan remittance hingga Rp10 miliar, sementara Filipina mencapai Rp24 miliar. Indonesia sendiri memiliki diaspora WNI di luar negeri mencapai 4,6 juta orang. "Tapi remittance-nya hanya Rp7,2 miliar," ujar Wahid. Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat Dino Patti Djalal mengatakan, salah satu potensi para diaspora yang bisa dimanfaatkan adalah jejaring mereka yang luas dan keterampilan dalam melobi. "Padahal para diaspora itu jago melobi. Sudah jago lobi, jejaring mereka juga luas. Saya sendiri baru mengetahui itu ketika menjadi Dubes di AS dan berkeliling negeri Paman Sam," kata Dino pada kongres di JCC. Menurut Dino, diaspora Indonesia dibentuk lantaran banyaknya WNI di luar negeri yang sukses, namun tidak mengenal satu sama lain. Dia mengaku prihatin karena semangat kebersamaan dan identitas WNI di luar tidak ada. Padahal apabila dikelola, para diaspora ini dapat menjadi aset yang berharga dan berkontribusi besar bagi Indonesia. "Maka beranjak dari situ, kami lalu membentuk Jejaring Diaspora Indonesia (IDN) yang bermula di AS. Namun saat ini sudah menjadi sebuah gerakan yang global," kata Dino. Perkembangannya pun disebut Dino sangat pesat. Dibentuk pada tahun 2012 saat Kongres Diaspora I dihelat di Los Angeles, kini sudah 55 jejaring diaspora Indonesia tersebar di 26 negara. Tiga Strategi Untuk itu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memaparkan tiga strategi untuk memajukan diaspora. Tiga strategi yang dipaparkan oleh SBY yakni perlunya sinergi di antara komunitas diaspora secara global, sinergi diaspora antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah dan sinergi antara diaspora dengan masyarakat tanah air. Untuk sinergi antara komunitas diaspora secara global, IDN telah membentuk program Brain Bank. Program ini merupakan database online berisi informasi para diaspora yang tersebar di seluruh penjuru negeri. SBY berharap dengan adanya brain bank dapat menjadi sumber data untuk menggiatkan brain power Diaspora Indonesia. Sinergi antara diaspora dengan pemerintah pusat dan daerah, dapat direalisasikan dengan turut mengundang para diaspora untuk bergabung menjadi rencana besar Master Plan Percepatan dan Peran Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). "Di tahun 2025, Pemerintah menargetkan investasi yang dibutuhkan untuk merealisasikan program pembangunan itu bernilai sekitar US$400 miliar atau Rp4,012 triliun," ujarnya. Sinergi terakhir adalah diaspora dengan masyarakat di tanah air. Untuk yang ini, kata SBY, program sosial dari para diaspora menyumbang besar. "Contoh dua program yang sudah berlangsung dalam koridor ini yaitu program computer for a school dan quarter for a day," ujar SBY. (eh)
Posted on: Wed, 21 Aug 2013 11:41:27 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015