Luffy sudah puas dan lega menghancurkan bebatuan. Ia mengenang Ace - TopicsExpress



          

Luffy sudah puas dan lega menghancurkan bebatuan. Ia mengenang Ace dan selamanya Ace tetap akan hidup di hatinya. Lalu, Luffy akhirnya sadar bahwa ia sangat letih dan lapar. Kata Law, ia koma selama dua minggu. Dua minggu? Luffy sangat kaget. Lantas ia segera menghapuskan kesedihannya dan harus segera memprioritaskan mencari Nakama-nya kembali. Tak lama kemudian, Margareth dan Pia mendatangi Luffy dan mengatakan bahwa Yang Mulia Putri Ular telah menunggu Luffy di istana Amazon Lily. "Luffy sayang, kau sudah sehat?" tanya Hancock melihat kedatangan Luffy. "Ya," jawab Luffy mengangkat lengannya, mengepalkan tinju ke arah atas dengan sebelah tangan memegang lengannya yang terangkat. Ia memutar-mutar lengannya, membuat Hancock yakin bahwa Luffy benar-benar telah fit kembali. Lalu, ia memegang perutnya. "Kurasa aku hanya lapar." Hancock bisa mendengar suara keroncongan dari perut Luffy. Ia yang sudah hapal kebiasaan makan Luffy memang sudah menyiapkan segunung makanan saat pertama kali ia mendapat laporan bahwa Luffy telah sadar dari koma. Tertidur selama hampir 2 minggu sehingga melewatkan asupan makanan normal pasti membuat Luffy kelaparan. "Makanan akan segera datang, sayang." Hancock lalu memanggil dua orang prajurit Kuja, ia memerintahkan mereka untuk membawakan makanan sekarang juga. "TARA..!" "WOW!" Luffy melihat satu persatu prajurit yang muncul membawakan makanan. "Ini lebih besar dari yang pernah kumakan di Arabasta." "Aku sudah menghitung porsinya," kata Hancock. "Saat kau makan di kapal menuju Impel Down itu kau menghabiskan porsi seukuran orang normal makan 5 kali sehari. Apalagi kau tertidur 2 minggu, berarti kau kehilangan waktu makan 70 kali." "Ah, benar. Kau memang memahamiku, Hancock!" Mendengar hal itu, muka Hancock langsung bersemu merah. Ia memutar badannya ke belakang dan memengang wajahnya. Jantungnya juga berdegup kencang. Saat Hancock masih sibuk dengan dirinya sendiri, Luffy pun mulai melahap makanan. "Hwancwock, ikwutlwah mwakwan," ajak Luffy nyaring sambil mengunyah. Hancock rasanya ingin pingsan. Padahal di kapal Marine, Luffy juga sudah pernah menawarinya. "Hancock..." Luffy memanggilnya lagi. Kali ini terdengar lebih jelas tanpa makanan memenuhi mulutnya Hancock pun tegang sambil memutar badannya lagi menghadap Luffy. "Iya, iya. Ada Apa?" "Ayo, makan..." kali ini terdengar lebih lembut. Hancock akhirnya mendekati Luffy. Meja makannya berserakan. Itu memang jauh dari impiannya bisa menyuapi Luffy sesuap demi sesuap tapi bisa makan bersama orang yang kau cintai tentu rasanya sudah membahagiakan. "Katanya kau tak makan selama 2 minggu juga ya?" "Eh, siapa yang bilang?" Memang benar sih, batin Hancock. Tapi, kenapa Luffy bisa tahu? "Margareth yang bilang," jawab Luffy. "Ia cemas padamu." Duh, apa-apaan sih Margareth, pikir Hancock. Kenapa yang begituan pake dibilangin ke Luffy? Prajurit gak sopan, berani melangkahi perintah Ratunya. "Kau tak makan saat aku tak makan. Makanya, sekarang kau harus makan saat aku makan juga." Hancock menatap Luffy lekat, betapa Luffy juga peduli padanya. Ia lalu menunduk dan meremas roknya, "Luffy..." "Hm?" "Maaf... Aku tak bisa berbuat apa-apa. Aku tak bisa banyak membantumu menyelamatkan kakakmu. Aku turut sedih, Luffy. Aku hanya bisa melakukan ini." "Justru akulah yang harus minta maaf," kata Luffy. "Kau sudah banyak membantuku. Kau sudah menyusupkanku ke Impel Down dengan hati-hati tapi aku malah membuat keributan. Kau sudah melindungiku dari Pak Asap, kau bahkan terpaksa melawan Mariner padahal kau Shichibukai bagian dari mereka, kau bahkan memberiku kunci borgol Ace tapi aku tetap gagal menyelamatkannya. Aku minta maaf karena tak bisa memanfaatkan kebaikanmu dengan baik." Hancock kembali blushing. Ia tak menyangka Luffy justru meminta maaf padanya, padahal tak ada yang salah sama sekali. "Terima kasih ya?" Ini ungkapan cinta ketiga kalinya! Setidaknya itu yang ada di pikiran Hancock. Pertama saat di Impel Down ia yang turun ke level 6 dengan lift berpisah dengan Luffy. Kedua saat di Marine Ford... Tunggu! Di Marine Ford itu, bukankah? Sambil bersama menikmati santapan, Hancock pun menanyainya. "Maaf kalau aku tiba-tiba tanya ini Luffy..." Luffy memotongnya. "Kenapa harus meminta maaf lagi? Bukankah sudah kukatakan kalau aku yang seharusnya minta maaf? Tapi, apapun itu kau kumaafkan koq shishishishi..." "Mmm... itu..." Hancock tampak ragu-ragu. "Apa?" "Kapan kita akan menikah?" "Menikah itu apa?" tanya Luffy polos. "Nama makanan ya?" "Bukan," jawab Hancock. Ia mengira Luffy menggodanya dengan pura-pura tak tahu. "Menikah itu saat dua orang yang saling mencintai, laki-laki dan perempuan, berjanji untuk melewatkan dan menghabiskan hidup bersama selamanya." "Oooh..." Luffy benar-benar tak tahu. "Berarti, kau dan aku akan hidup bersama begitu?" "Ya, tak terpisahkan." "Kalau begitu, jadi Nakama-ku saja, Hancock!" "Kau mengajakku berlayar bersama?" "Ya. Tapi, kita harus mengumpulkan yang lain dulu. Setelah itu, kita akan bersama-sama mengarungi lautan dan menemukan One Piece, lalu aku akan menjadi Raja Bajak Laut!" Raja Bajak Laut! Hancock terkejut sekaligus senang. Itu kan klop banget dengan titel-nya sekarang. "Ya ya. Hanya aku yang pantas menjadi Ratumu, Luffy." "Oooh, Ratu Bajak Laut juga ada ya?" "Kau lupa? Aku dikenal sebagai Pirate Empress." "Berarti kau sudah jadi Ratu dong. Ga seru!" Hancock lantas bermuka masam. "Tapi, kau sudah berjanji padaku, Luffy. Kau sudah mengatakan mencintaiku. Artinya kita akan menikah bukan?" "Kapan aku bilang begitu?" "Sebenarnya kau tak bilang sih. Tapi, di Marine Ford kau memelukku." "Apa memeluk itu tanda cinta?" "Benar, Luffy. Itu salah satunya." "Cinta itu apa?" Hancock memutar otak. Apa Luffy benar-benar tak tahu? Kalau begitu aku harus memberi jawaban yang pas. "Cinta itu pikiran kita dipenuhi olehnya, saat ia jauh darimu kau merasa kehilangan, saat dekat denganmu kau merasa bahagia, saat ia terluka kau pun merasa tersakiti. Cinta juga berarti ia akan melakukan segalanya untuk orang yang kita cintai." "Berarti aku cinta Zoro, Nami, Ussop, Sanji, Chopper, Robin, Franky, dan Brook. Aku benar-benar memikirkan mereka sekarang." "Apa itu para Nakama-mu?" "Ya." "Luffy," kata Hancock lagi. "Aku tak meragukan kau begitu mencintai Nakama-mu. Aku berterima kasih kau bahkan telah menganggapku bagian dari mereka. Tapi, kau tidak mungkin menikahi semuanya kan? Dari nama yang kau sebut tadi pasti ada kru prianya juga kan?" "Menikah itu harus dengan satu orang?" "Ya. Aku juga mencintai para penduduk Kuja tapi aku tak mungkin menikahi mereka kan? Tadi kan aku bilang bahwa menikah itu antara laki-laki dan perempuan. Wanita tak mungkin menikah dengan wanita karena tak akan menghasilkan keturunan. Nah, di antara para Nakama-mu yang cewek, kau harus bisa memilih mana yang akan kau nikahi." Kuharap tidak ada, pikir Hancock. "Apa menikah itu berarti kita akan menjadi orangtua? Ayah dan Ibu? Tadi kau bilang soal keturunan kan?" Meski Luffy tumbuh tanpa kenal sosok orangtuanya. Tapi ia tetap tahu yang namanya anak pasti lahir karena ada ayah dan ibu. "Ya. Kau memang mencintai semuanya. Tapi pasti ada satu di antara mereka yang paling kau cintai." "Bagaimana bentuknya? Bagaimana membedakan antara mencintai biasa dengan sangat mencintai?" "Apa di antara krumu tidak ada yang terang-terangan menunjukkan hal itu?" Kalau sekedar dijelaskan ga cukup, pikir Hancock. Luffy harus pake contoh. Luffy mencoba mengingat. Apa ada ya? Jangan-jangan..."Ada sih salah seorang kruku yang sering banget ngomong cinta." "Bicara saja tak cukup, Luffy. Itu namanya gombal. Harus ada tindakan nyata. Misalnya perhatian khusus, pengorbanan, dan rasa cemburu." "Apa itu cemburu?" "Cemburu itu hatimu sakit, sedih, dan marah saat orang yang kau cintai berada dalam dekapan orang lain. Maksudku..." Hancock meralat karena mungkin Luffy tak mengerti. "Misalnya, ada orang yang juga menyatakan cinta pada orang yang kau cintai juga. Atau orang itu memeluknya sembarangan di depanmu. Atau bahkan ia merebutnya paksa darimu, misalnya menikahinya." "Hmm... Perhatian khusus, pengorbanan, dan cemburu ya?" Luffy kembali berpikir lagi. "Dia selalu memasakkan cemilan untuk Navigator-ku yang bernama Nami-aku iri ugh! Dari semua cewek yang ia kenal, hanya Nami yang ia panggil dengan sebutan –san. Dia juga suka sembarangan mengorbankan diri untuk Nami seperti saat di Drum Kingdom. Dia juga sangat marah saat Nami diculik untuk... AHA!" Luffy seolah menyadari sesuatu. "Apa itu?" "Bodohnya aku! Aku kan pernah mendengar kata menikah saat di Thriller Bark. Dan, aku tahu dia sangat-sangat terbakar api cemburu! Waktu itu aku belum tahu cemburu itu apa, tapi entah kenapa aku bisa merasakan kecemburuannya kalau itu sesuai dengan deskripsi yang kau berikan. Lalu, aku pun menyerahkan saja tugas menyelamatkan Nami padanya." "Ya ya! Kau bisa merasakannya karena kau sangat peduli dengan krumu sebagai seorang kapten, Luffy," kata Hancock semangat saat Luffy akhirnya bisa dengan sangat tepat mengatakannya. Ia tidak menyangka ada juga musuh yang sampai berani mau menikahi salah satu anggota Topi Jerami. "Lalu, apa kau pernah cemburu?" "Belum," jawab Luffy spontan sambil memiringkan kepalanya. Iya, seingatnya memang ga ada kan? Yes, pikir Hancock. Berarti, ga ada satu pun kru cewek yang sedang Luffy cintai. "Kalau begitu kita bisa menikah kan?" "Eh... Tapi, aku mencintaimu sama seperti aku mencintai semuanya. Makanya, tadi sudah kubilang kau boleh jadi Nakama-ku." Hancock sedih mendengarnya. Ternyata bagi Luffy aku cuma dianggap sama seperti yang lain, pikirnya. Ini sama seperti perasaannya sudah ditolak. Luffy melihat Hancock muram. Saat Luffy hendak menyentuhnya dan bertanya kenapa, Hancock menepisnya. Hal itu membuat Luffy panik. "Aaaa... Maafkan aku, Hancock," ujar Luffy meski ia tak tahu betul kesalahan apa yang ia perbuat. Ia bersujud dan menjedot-jedotkan kepalanya ke lantai. Melihat tindakan Luffy itu, Hancock pun luluh. "Jangan begitu, Luffy. Berhenti..." "Maaf, aku bodoh sekali. Semua nakama-ku sering berkata aku idiot. Aku bahkan menyakitimu tanpa sadar padahal aku paling tak suka menyakiti Nakama dan melihat mereka disakiti." Hancock berusaha menenangkan Luffy. "Aku yang salah, Luffy. Aku yang egois." "Tidak. Aku ga tau cinta itu apa. Aku ga tau menikah itu apa. Aku yang salah. Aku bodoh sekali. Padahal kau sama seperti Sanji. Kau memberiku makan setiap aku menginginkannya. Kau melindungiku dan membantuku menerobos Marine Ford. Itu sama saja dengan kau mengorbankan Shichibukai-mu padahal aku tak ingin menyusahkanmu lagi setelah Impel Down. Kau bahkan rela tak makan demi aku yang sedang sakit." Hancock merasa tak mengenal Sanji, tapi mungkin itu nama kru yang Luffy ceritakan tadi. "Itu artinya kau sangat mencintaiku bukan?" kata Luffy mendongak dari sujudnya. DEG! Jantung Hancock serasa berhenti mendengar hal itu. "Memang sekarang aku belum bisa mencintaimu seperti yang kau inginkan," lanjut Luffy. "Tapi jika diberi pilihan menikah dengan siapa, kupikir itu kau..." Hancock merasa hal itu sebenarnya sudah tersampaikan lewat pelukan tulusnya di Marine Ford. Luffy mungkin tak sadar artinya tapi ia orang yang sangat jujur dalam mengungkapkan apa pun. Hancock hanya tidak tahu bahwa Luffy sungguh sepolos itu. Pantas saja, saat aku membuka bajuku di hadapannya, ia biasa saja. Tapi, bukankah hal itu yang membuatku jatuh cinta padanya, pikir Hancock. Luffy benar-benar lelaki suci. Lelaki yang selama ini Hancock cari. Lelaki yang hanya menganggapnya wanita biasa bukan seorang Hebihime atau Pirate Empress. Ia trauma dengan lelaki bejat, para Tenryubito yang memperkosanya saat ia menjadi budak. Ia benci lelaki yang hanya bisa melihat kecantikan parasnya, mereka pantas menjadi batu. "Sudahlah. Kau tak perlu menyalahkan dirimu seperti itu. Aku sudah tak apa-apa koq," hibur Hancock. "Kamu tidak sadar sudah mencintaiku lebih dari yang lain?" "Oh ya? Benarkah?" "Tadi kau cerita kalau Nakama-mu yang bernama Sanji memanggil Navigator-mu dengan sebutan khusus kan? Apa kau lupa kau juga memanggilku apa?" Hancock bermaksud mengisengi Luffy. "Hammock?" "KYAAA!" Hancock salah tingkah lagi. "Bahkan kau sudah mengajakku tidur, Luffy..." "Eh? Eh?" Luffy bingung melihat reaksi Hancock. Ia takut Hancock kenapa-kenapa lagi karena perkataan spontannya. "Kau tahu? Kalau kau mengajak tidur wanita atau lawan jenis, berarti kau ingin menikahinya. Kau harusnya tak perlu ragu lagi." "Oh begitu ya? Shishishishi..." Luffy akhirnya bisa nyengir lagi, sekaligus lega mengira telah menyakitinya lagi tanpa sadar. "Kalau begitu, ayo ucapkan!" desak Hancock. "Ucapkan apa?" Hancock sweatdropped. Aku harus membimbing Luffy termasuk cara Making Love, tekadnya. "Ajakan menikah itu seharusnya lelaki yang bilang." "Yosh! Mau menikah denganku, Hammock?" kata Luffy. Lalu ia buru-buru meralat. "Eh, salah. Hancock..."
Posted on: Tue, 06 Aug 2013 16:27:01 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015