MENCINTAI INDONESIA (5): LAUTAN NUSANTARA “Bangsa Indonesia - TopicsExpress



          

MENCINTAI INDONESIA (5): LAUTAN NUSANTARA “Bangsa Indonesia adalah bangsa maritim terbesar di dunia …. Laut adalah karunia terbesar dari Tuhan Yang Maha Esa kepada bangsa Indonesia, untuk perekat persatuan dan kesatuan bangsa serta tumpuan masa depan demi kesejahteraan bersama bangsa dan negara Indonesia.” - Mayor Jenderal Marinir (Purn) Djoko Pramono dalam “Budaya Bahari” (Gramedia, 2005) Lautan Nusantara dalam tulisan saya ini adalah seluruh perairan Indonesia baik kawasan laut pedalaman (laut di dalam garis batas pulau2 terluar), laut teritorial 12 mil, maupun laut Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) 200 mil Indonesia. Sejak zaman dahulu, para penghuni wilayah Indonesia adalah bangsa maritim. Gua-gua yang dihuni manusia prasejarah di Indonesia banyak memuat lukisan perahu, beberapa relief di Borobudur pun menunjukkan perahu atau kapal. Para penghuni Nusantara sejak zaman prasejarah telah melayari lautan Nusantara sampai ke Afrika, Pasifik, Australia, dan Taiwan. Nenek moyang bangsa Indonesia adalah bangsa pelaut, bangsa bahari. Maka bila kita sekarang mengabaikan atau gagap terhadap lautan Nusantara, itu suatu arus balik yang negatif. Ibu Sud, pencipta lagu anak legendaris (1908-1993) yang berayahkan seorang pelaut Bugis telah puluhan tahun yang lalu mengumandangkan lagu nenek moyang bangsa Indonesia adalah pelaut. "Nenek moyangku orang pelaut Gemar mengarung luas samudera Menerjang ombak tiada takut Menempuh badai sudah biasa" LUAS LAUTAN NUSANTARA Data terbaru (Dishidros TNI AL, 2012, dijadikan data dasar oleh Departemen Kelautan dan Perikanan) menunjukkan bahwa wilayah Indonesia disusun oleh 17.499 pulau dengan panjang garis pantai 80.791 km. Luas perairan kepulauan (laut-laut di antara pulau-pulau) 2,95 juta km2, luas laut teritorial (zona laut antara garis dasar yang menghubungkan pulau-pulau terluar Indonesia sampai 12 mil ke arah laut lepas) adalah 0,30 juta km2. Perairan kepulauan dan laut teritorial adalah kedaulatan mutlak Indonesia (total 3,25 juta km2). Sementara itu, luas laut Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia tempat Indonesia secara eksklusif berdaulat mengeksplorasi dan mengekploitasi kekayaannya adalah 2,55 juta km2. Sehingga, luas total laut dan lautan Indonesia dengan kedaulatan mutlak dan hak berdaulat (ZEE) adalah 5,8 juta km2. Luas daratan Indonesia, yaitu semua pulau besar dan kecilnya adalah 1,9 juta km2. Maka, luas total wilayah Indonesia adalah 7,7 juta km2 (termasuk ZEE), 75 %-nya berupa laut dan lautan. Karena laut dan lautan secara total menyusun 75 % wilayah kedaulatan mutlak dan hak berdaulat Indonesia, maka laut dan lautan Indonesia berperan sangat penting, baik pada masa lalu, masa kini, bahkan bisa dibilang bahwa masa depan Indonesia akan bergantung kepada penguasaannya atas Lautan Nusantara. PROFIL LAUTAN NUSANTARA Perairan Indonesia membentang 5.100 km dari barat ke timur dan 1.888 km dari utara ke selatan. Disebut Nusantara karena wilayah Indonesia berupa pulau-pulau (nusa) yang terletak di antara dua benua (Asia dan Australia) serta dua samudera (Pasifik dan Hindia) atau pada masa silam disebut juga Dwipantara (dwipa = pulau, bahasa Sanskerta). Dasar laut Nusantara menampilkan wujud yang sangat kompleks. Tak ada negara lain yang mempunyai topografi dasar laut yang begitu beragam seperti di Nusantara ini (Nontji, 2002, “Laut Nusantara”, Penerbit Djambatan). Hampir segala bentuk topografi dasar lautdapat dijumpai di Nusantara: paparan yang dangkal, terumbu karang, lereng yang landai dan curam, gunungapi bawah laut, palung laut dalam, basin atau pasu yang terkurung, dan sebagainya. Paparan Sunda yang merupakan paparan benua (continental shelf), yaitu bagian benua yang tenggelam (laut dangkal, < 200 m kedalaman), adalah paparan laut dangkal terluas di dunia (1,8 juta km2) yang menghubungkan pulau-pula besar di Indonesia Barat: Kalimantan, Jawa, Sumatra; diduduki oleh Laut Jawa, Selat Karimata, Malaka, Laut Cina Selatan. Paparan benua yang luas lainnya adalah Paparan Sahul di Indonesia Timur, yang merupakan paparan benua Australia yang masuk ke wilayah Indonesia dengan luas total 1,5 juta km, dan 930.000 km2 masuk ke wilayah Indonesia sebagai Paparan Arafura. Di antara dua paparan besar ini terdapat laut-laut dalam di Indonesia Tengah, seperti Selat Makassar, Laut Flores, Teluk Tomini, dan Laut Banda. Sementara laut paling dalam di Indonesia adalah Palung Weber (7440 meter) yang kejadiannya secara geologi sangat menakjubkan, terletak di antara dua busur Banda: busur dalam dan busur luar Banda. Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia meliputi tep-tepi samudera dua samudera besar di dunia: Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Posisi Indonesia di titik silang dua samudera dan dua benua membuat lautan Nusantara sangat dipengaruhi oleh kondisi-kondisi yang berkembang di kedua benua dan kedua samudera itu. Perubahan musim serta tekanan udara di benua Asia dan Australia misalnya, menyebabkan berkembangnya angin muson (musim) di Indonesia yang selanjutnya menentukan musim hujan dan musim kemarau. Pola angin musim memengaruhi arus air laut di permukaan. Volume air samudera yang besar antara Samudera Pasifik dan Samudera Hindia hanya dapat terjadi melalui lautan Nusantara. Maka di Indonesia banyak “arlindo” = arus lintas Indonesia, yang merupakan pertukaran massa air antara dua samudera melalui banyak selat yang bertebaran di antara pulau-pulau Nusantara. Arlindo di Selat Makassar misalnya, perpindahan massa airnya mencapai 11 juta hingga 15 juta meter kubik per detik, yang merupakan kecepatan 10 kali lebih besar dari kecepatan aliran seluruh sungai di permukaan Bumi. Kondisi unik ini selanjutnya memengaruhi kehidupan di dalam laut. Banyak migrasi ikan terjadi melalui wilayah Indonesia dari Samudera Pasifik ke Samudera Hindia, atau sebaliknya, sehingga perairan Indonesia sangat vital untuk eksistensinya. Kekayaan akan jenis biota lautan Nusantara ini juga sangat besar, yang mungkin tak ada duanya di dunia. Indonesia merupakan pusat biodiversitas kelautan. Misalnya, saat ini Indonesia diketahui memiliki 13 spesies rumput laut, 461 spesies karang dengan 91 spesies Acropora (Indonesia memiliki jumlah Acropra terbanyak dari 114 spesies Acropora dunia). Lautan Nusantara juga memiliki 6 spesies penyu dari 7 spesies di dunia. Lautan Nusantara juga menjadi pusat distribusi ular laut, dari 50 spesies ular laut di dunia, 37 di antaranya ada di lautan Nusantara. Selat2 laut dalam di Indonesia juga menjadi koridor penting bagi migrasi ikan paus. Lautan Nusantara menyimpan potensi sumberdaya hayati perikanan yang sangat penting untuk sumber pangan dan komoditi perdagangan. Potensi sumberdaya perikanan di lautan Nusantara diperkirakan sebesar 4,5 juta ton/tahun di laut-laut pedalaman wilayah kedaulatan mutlak Indonesia, sementara potensinya di ZEE sebear 2,1 juta ton/tahun. Pemanfaatan perikanan ini sayangnya tidak merata, di satu wilayah sudah over eksploitasi, tetapi di wilayah lain tidak tergarap. Secara keseluruhan, pemanfaatannya baru 21 %, sehingga masih besar potensi pengembangannya (Nontji, 2002). Data terbaru menunjukkan bahwa produksi perikanan laut itu sudah lebih meningkat daripada potensinya, yaitu produksi dari 2007-2011 sebesar 4,7 – 5,3 juta ton setiap tahunnya (Departemen Kelautan dan Perikanan). Lautan Nusantara pun menyimpan banyak sumberdaya nonhayati dalam hal ini energi dan mineral. Minyak dan gas bumi sudah diproduksi dari area lautan Nusantara sejak awal 1970an, sekitar 35 % produksi minyak dan 70 % produksi gas Indonesia berasal dari lapangan-lapangan minyak dan gas di laut, terutama di kawasan laut dangkal. Produksi minyak dari laut dalam telah dimulai sejak tahun 2006 dari kawasan Selat Makassar. Lapangan-lapangan gas besar yang lokasinya di laut dalam saat ini masih dalam tahap pengembangan untuk diproduksikan menjelang tahun 2020. Mineral yang pernah ditambang di laut adalah timah dan pasir besi, hanya belum optimal, sehingga potensinya masih besar, begitu juga untuk jenis minerar2 lainnya. LAUTAN NUSANTARA & SIKLUS KARBON: PENYERAP CO2 Lautan Nusantara yang luas totalnya mencapai 5,8 juta km2 itu (termasuk ZEE), juga diperhitungkan mampu menyerap sekitar 44 persen dari seluruh jumlah karbon dioksida (CO2) di atmosfer. Biasanya, kenaikan gas CO2 itu akan diserap oleh tumbuh-tumbuhan dan laut. Gas CO2 sendiri dibutuhkan oleh Bumi agar suhunya tidak dingin. Namun, bila tumbuh-tumbuhan dan laut tidak mampu menyerap kenaikan gas CO2 ini, maka akan terjadi pemanasan global. Salah satu fungsi laut adalah menyerap CO2. Bagaimana caranya? Di laut, ada sebuah sistem rantai makanan, yang berfungsi sebagai “carbon sinks”. Awal dari sistem rantai makanan itu adalah fitoplankton (alga) yang membutuhkan karbon dari gas CO2 untuk fotosintesis. Karbon itu mereka serap dari atmosfer. Dengan karbon itu, plankton tetap bisa hidup. Ia lalu menjadi makanan bagi ikan-ikan. Dan ikan adalah makanan untuk manusia. Dengan kemampuan laut menyerap CO2, terjamin pula kelangsungan kehidupan di laut. Binatang bercangkang atau berkerang juga menggunakan karbon untuk membuat cangkang atau kerang mereka. Mereka juga menyerap CO2 dari atmosfer. LAUTAN NUSANTARA: KEKAYAAN TERUMBU KARANG DUNIA Lautan Nusantara pun terkenal sebagai jantung terumbu karang dunia. Indonesia dikenal sebagai pusat distribusi terumbu karang untuk seluruh Indo-Pasifik. Luas terumbu karang yang hidup di perairan Indonesia mencapai 284.300 km2 atau 18 persen terumbu karang dunia. Di wilayah Indo-Pasifik ini, ada wilayah yang mempunyai gugusan karang terindah dan terbanyak didunia yang disebut sebagai wilayah segitiga karang. Kawasan ini meliputi Indonesia, Fiilipina, Malaysia, Timor Leste, Papua New Guinea dan Kepulauan Solomon. Jika ditarik garis batas yang melingkupi wilayah terumbu karang di ke-6 negara tersebut maka akan menyerupai segitiga. Itu sebabnya wilayah tersebut disebut sebagai segitiga karang dunia (coral triangle). Total luas terumbu karang di coral triangle sekitar 75.000 Km2. Indonesia sendiri memiliki luas total terumbu karang sekitar 51.000 Km2 yang menyusun 65% luas total di coral triangle. Saat ini, kepulauan Raja Ampat di Papua Barat merupakan kepulauan dengan jumlah jenis terumbu karang tertinggi di dunia. Berdasarkan sebuah kajian ekologi yang dilakukan oleh The Nature Conservancy (TNC) dengan melibatkan para ahli terumbu karang dan ikan dunia pada tahun 2002, ditemukan sekitar 537 jenis karang dan 1074 jenis ikan di kepulauan Raja Ampat. Jumlah jenis terumbu karang di Raja Ampat ini merupakan 75% dari seluruh jenis terumbu karang dunia yang pernah ditemukan. Walaupun kepulauan Karibia di Amerika Tengah dan Great Barrier Reef Marine Park di Australia sangat terkenal, kedua kawasan tersebut hanya memiliki sekitar 400 jenis karang. Beberapa kepulauan di Indonesia yang juga memiliki jenis karang cukup tinggi adalah Nusa Penida (Bali) Komodo (NTT), Bunaken (Sulut), Kepulauan Derawan (Kaltim), Kepulauan Wakatobi (Sultra), dan Teluk Cendrawasih (Papua). Kepulauan tersebut juga sering menjadi tujuan utama wisata bahari, khususnya wisata selam dunia. Keindahan terumbu karang sangat potensial untuk wisata bahari Indonesia. Masyarakat di sekitar terumbu karang dapat memanfaatkan hal ini dengan mendirikan pusat-pusat penyelaman, restoran dan penginapan, sehingga pendapatan mereka bertambah. Namun demikian, terumbu karang sangat sensitif terhadap pengaruh lingkungan baik yang bersifat fisik maupun kimia. Pengaruh itu dapat mengubah komunitas karang dan menghambat perkembangan terumbu karang secara keseluruhan. Kerusakan terumbu karang pada dasarnya dapat disebabkan oleh faktor fisik, biologi dan karena aktivitas manusia. Faktor fisik umumnya bersifat alami seperti perubahan suhu, dan adanya badai. Faktor biologis seperti adanya pemangsaan oleh biota yang berasosiasi dengan terumbu karang, sedangkan aktivitas manusia dapat berupa sedimentasi yang berasal dari penebangan hutan, penambangan karang, penangkapan berlebihan, pembangunan fasilitas, limbah industri, buangan kota dan rumah tangga, dan buangan minyak. Data LIPI pada tahun 2011 menyebut hanya 5 persen karang dalam kondisi sangat baik dan 27 persen kondisinya baik. Sisanya sebanyak 37 persen dalam kondisi cukup dan 31 persen dalam kondisi kurang baik. Bertambahnya berbagai aktivitas manusia yarng berorientasi di daerah terumbu karang akan menambah tekanan dan sebagai dampaknya adalah turunnya kualitas terumbu karang. Jika kegiatan yang berhubungan dengan terumbu karang tidak segera dilakukan dengan baik maka persentase terumbu karang dengan kriteria kritis akan bertambah dengan cepat. Secara umum, konservasi ekosistem terumbu karang di Indonesia telah dijalankan melalui upaya-upaya pengembangan kawasan konservasi laut, antara lain melalui penunjukan penetapan kawasan suaka alam (Cagar Alam Laut dan Suaka Margasatwa Laut) dan kawasan pelestarian alam (Taman Nasional Laut dan Taman Wisata Alam Laut). Khusus perlindungan dan rehabilitasi terumbu karang dilakukan program bernama “Coral Reef Rehabilitation and Management Program (COREMAP)”, dikoordinasi LIPI, yang tujuan utamanya menyelamatkan terumbu karang Indonesia. Dalam program ini, Indonesia dibagi menjadi dua bagian, Barat dan Timur. Program di Indonesia Barat yang terdiri ats delapan lokasi, termasuk Nias, Mentawai, dan Kepulauan Riau, disponsori Asia Development Bank. Sedangkan di Indonesia Timur yang terdiri atas tujuh lokasi termasuk di antaranya Selayar, Wakatobi, dan Raja Ampat, didukung World Bank. HARTA KARUN KAPAL KARAM DI LAUTAN NUSANTARA Sebagai sebuah wilayah tropika yang kaya akan hasil bumi, sejarah telah menunjukkan kepada kita bahwa Indonesia dari ratusan tahun yang lalu telah didatangi bangsa-bangsa asing untuk keperluan perdagangan, mereka membeli hasil bumi Nusantara kemudian menjualnya di negara mereka, juga mereka menjual dagangannya ke Nusantara. Sejarah menunjukkan bahwa Nusantara memiliki hubungan dagang dengan India, Timur Tengah, Cina, dan Eropa. Sepanjang masa itu, tak dapat terhitung jumlah kapal yang hilang dan karam di wilayah lautan Nusantara. Misalnya, berbagai informasi mengatakan ada 800 kapal milik Portugis yang hilang sejak tahun 1650 dalam pelayaran dari Portugal menuju Atlantik selatan, melalui Samudra Hindia dan ke Asia Tenggara, juga VOC Belanda yang kehilangan 105 kapal yang berlayar antara tahun 1602 dan 1794. Semua kapal bermuatan barang berharga. Maka, Nusantara pun menjadi target bagi para arkeolog bawah laut maupun para pemburu harta karun. Menurut data Sekretariat Panitia Nasional Pengangkatan dan Pemanfaatan Benda Berharga Asal Muatan Kapal Tenggelam (BMKT) dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), saat ini diketahui ada 463 titik peninggalan harta karun di Tanah Air. Dari jumlah itu, barang-barang karam baru diangkat dari sepuluh titik. Muatan-muatan kapal yang diangkat berupa porselen. KEUNGGULAN KOMPARATIF LAUTAN NUSANTARA Memperhatikan konfigurasi Kepulauan Indonesia serta letaknya pada posisi silang yang sangat strategis, juga dilihat dari kondisi lingkungan serta kondisi geologinya, Indonesia memiliki lima keunggulan komparatif dibandingkan dengan negara-negara lain di dunia, yaitu (menurut Badan Riset Kelautan dan Perikanan, Departemen Kelautan dan Perikanan) : 1. Marine Mega Biodiversity; wilayah perairan Indonesia memiliki keragaman hayati yang tidak ternilai baik dari segi komersial maupun ilmiahnya yang harus dikelola dengan bijaksana. 2. Plate Tectonic; Indonesia merupakan tempat pertemuan tiga lempeng tektonik, sehingga wilayah tersebut kaya akan kandungan sumberdaya alam dasar laut. 3. Dynamic Oceanographic and Climate Variability; perairan Indonesia merupakan tempat melintasnya aliran arus lintas antara samudera Pasifik dan Samudera Indonesia, sehingga merupakan wilayah yang memegang peranan penting dalam sistem arus global yang menentukan variabilitas iklim nasional, regional dan global dan berpengaruh terhadap distibusi dan kelimpahan sumberdaya hayati. 4. Indonesia dengan konsep Wawasan Nusantara; sebagaimana diakui dunia internasional sesuai dengan hukum laut internasional (UNCLOS 1982), memberikan konsekuensi kepada negara dan rakyat Indonesia untuk mampu mengelola dan memanfaatkannya secara optimal dengan tetap memperhatikan hak-hak tradisional dan internasional. 5. Indonesia sebagai negara kepulauan telah menetapkan alur perlintasan pelayaran internasional, yaitu yang dikenal dengan Alur Lintas Kepulauan Indonesia (ALKI), hal ini mengharuskan kita untuk mengembangkan kemampuan teknik pemantauannya serta kemampuan untuk menjaga kelestarian lingkungan sekitarnya. PENTINGNYA PEMBANGUNAN KELAUTAN Pembangunan kelautan dan perikanan pada masa mendatang diharapkan menjadi sektor andalan dalam menopang perekonomian negara dan pemberdayaan masyarakat yang bergerak di sektor kelautan dan perikanan. Menyadari hal tersebut, maka peran ilmu pengetahuan dan teknologi kelautan dan perikanan menjadi sangat penting dan perlu dioptimalkan serta diarahkan agar mampu melaksanakan riset yang bersifat strategis yang dapat diaplikasikan oleh masyarakat luas terutama oleh para pelaku industri dan masyarakat pesisir pada umumnya.
Posted on: Wed, 14 Aug 2013 10:52:27 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015