MESIR.....DERITA DAN PERMAINAN GEOPOLITIK Dari tanah suci - yg - TopicsExpress



          

MESIR.....DERITA DAN PERMAINAN GEOPOLITIK Dari tanah suci - yg lebih dekat - dari Mesir, saya menyaksikan penguasa kudeta semakin kehilangan simpati dan kendali atas rakyatnya sendiri. Sifat moderat orang Mesir memang cukup dikenal dunia, meski sudah ribuan rakyat dibunuh secara sengaja oleh militer dnn polisi, ribuan orang dijebloskan kedalam penjara mereka tetap ulet meluaskan ekspansi dukungan lewat aksi aksi simpatik ,beradab jauh dari penggunaan senjata tajam maupun api. Berbeda dengan lawannya, penguasa dan pendukungnya semakin represif,berdarah dan cenderung bersikap fasis, fasisme yg sempat runtuh di Jerman dan Italia kini kembali bangkit dari kuburnya di Mesir yg mengatasnamakan madaniyyatuddaulah/sipilisme negara, almaniyyatuddaulah/ sekulerisme negara. Dari lapisan rakyat pendukung kudeta mereka turun ke jalan membawa pisau dapur,golok,senjata tajam lainnya hingga senjata api ilegal, dari pihak bersenjata seperti polisi dan tentara mereka seakan sedang berperang dengan kriminal dan Israel, dipelosok pelosok pemukiman rakyatnya sendiri tank tank berjaga dengan senjata yg siap tembak, dari media mereka istiqomah memprovokasi kebencian dan pensetanan yg didasari oleh perbedaan politik. Bahkan dari kekuasaan yudikatif yg banyak diisi kedudukannya oleh sisa rezim Mubarak dan pengusung sekulerisme rajin mengeluarkan surat penangkapan dan pembubaran terhadap individu,kelompok dan institusi yg menghalangi misi kekuasaan kudeta. DR. Basyir, seorang peneliti studi politik dari media plat merah Al Ahram mengakui, bahwa lapisan kekuatan sipil dari sayap sekuler liberal sangat tipis dan tidak mengakar dimainstream rakyat Mesir. Dalam sejarah Mesir modern, sejak era Orabi ditahun 20an abad lalu, golongan golongan minoritas ini kerap menggunakan jalan pintas kekuasaan dengan mendompleng tentara,mereka memaksakan sebuah ideologi,cara hidup terhadap rakyatnya. Karena menjalani sunnah pemaksaan,akhirnya Mesir yg selama 80 tahun hidup dibawah represifisme militer dan sekuler tidak pernah mengalami kemajuan dan kesejahteraan. Sebaliknya pihak yg tertindas - karena berhasil mengisi kegagalan penguasa dalam ekonomi - berhasil menggalang dan membantu simpul simpul kesejahteraan dari perdagangan hingga kesehatan. Maka terbentuk sebuah persepsi, bahwa kekuatan kekuatan sipil yg ditindaslah yg nyata membantu hidup mereka, pemerintah bagi rakyat yg tertindas adalah entitas yg menumpang hidup dimesir dan bukan menghidupi Mesir. Ada pertanyaan yg tersisa, mengapa penindas penindas itu mampu bertahan berkuasa dalam waktu lama? Jawabannya tidak akan sempurna jika kita tidak memasukkan faktor geopolitik didalamnya, jika melulu terbelit dengan isu internal Mesir,ibarat mendamaikan tetangga yg berselisih berebut posisi ketua RT, polemik akan terus berputar selama yg bersaing masih eksis. Faktor geopolitik,adalah faktor penentu dalam dinamika politik Mesir. Jauh-jauh hari Amerika berusaha membangun kanal pengaruh yg mampu mengendalikan Mesir agar tidak mengganggu suplai energi minyak dimana barat sangat bergantung dari kawasan teluk Arab. Salah satunya adalah bantuan militer dan subsidi roti yg berhasil membentuk ketergantungan di Mesir. Bantuan financial AS sejak puluhan tahun ini berhasil membentuk lapisan kecil elit penguasa baik dari sipil dan militer di Mesir yg mampu berfungsi sebagai pengontrol bukan penyejahtera Mesir, jika kita pergi ke Mesir akan terasa kesenjangan sosial hingga infrastruktur disana. Faktor geopolitik kedua adalah wujud Israel sebagai kekuatan kolonial pasca perang dunia kedua, Israel berdiri diatas tanah rampasan atas nama klaim sejarah. Israel datanfg dengan membawa ideologi,kultur dan kepentingan yg berbeda dengan tetangganya bangsa Mesir, maka Israel menganggap Mesir sebagai ancaman,oleh karena itu Israel berusaha sekuat mungkin menguatkan lapisan elit di Mesir dan tidak lelah merubuhkan kekuatan rakyat Mesir dengan berbagai cara dari yg sederhana hingga yg paling canggih sekalipun. Faktor geopolitik ketiga adalah wujud monarki absolut di kawasan Arab, konservatisme yang dianut oleh sistem monarki absolut secara alami bertabrakan dengan ideologi Islamis yang lebih modern dan populis. Ibarat Ali dan Muawiyah, sulit untuk berdaampingan. Namun perbedaan etika dan karakter konflik sangat berbeda dengan monarki arab saat ini dan saya tidak bermaksud menyederhanakan masalah dengan menyamakan imam Ali dan sohabah Muawiyah dengan penguasa monarki Arab saat ini. Sebab imam Ali dan sohabah Muawiyah meski bertarung mereka menolak mentah mentah bantuan dari Heraklius, yaitu sosok yg merepresentasikan barat dimasa lalu. Bahkan Muawiyah mengancam akan mengobrak abrik Heraklius jika terus menawarkan bantuan militer. Sehingga Ali berpendapat untuk perlu mundur dari konflik. Adapun penguasa saat ini mengambil jalan yg berbeda dari mereka,kepentingan mereka terkait erat dengan dominasi barat. Faktor geopolitik keempat - kalau tidak dikatakan terakhir - adalah faktor ekspansi ideologi Syiah yg dimotori oleh Iran. Secara teologi,filosofi hingga politik, kekuatan rakyat Mesir didominasi oleh politik pan Islamisme berbasis sunni. Sunni menentang teokrasi, syiah mendorong teokrasi, sunni menghindari kultus individu syiah bergantung kepada kultus individu, sunni bercita cita kepada sistem khilafah syiah menentang sistem khilafah, sunni menghindari ekspansi syiah giat berekspansi. Iran dan sekutu sekutu syiahnya di Arab memandang jika Islamis berkuasa di Mesir tentunya akan menghalangi proyek ekspansi mereka. Faktor faktor geopolitik inilah yg mengkondisikan Mesir selalu hidup didalam situasi politik yg represif sehingga perjalanan menuju kebebasan bagi rakyatnya merupakan suatu perjalanan yg sulit,panjang dan melelahkan.....meski...mereka kelihatannya pantang menyerah menjalani perjuangannya......
Posted on: Sun, 20 Oct 2013 11:09:28 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015