Mafia Mafioso itu kini merambah ke dunia sepak bola Indonesia - TopicsExpress



          

Mafia Mafioso itu kini merambah ke dunia sepak bola Indonesia ,Bukan hanya suporter Italy yang menjadi panutan Suporter kita .tetapi Mafia nya pun menjadi panutan bagi PSSI. SURABAYA - Harus diakui, kasus Persebaya menjadi sebuah polemik tersendiri bagi PSSI. Resistensi dan dukungan yang sangat kuat dari Bonek agar Persebaya 1927 bisa tampil di liga unifikasi berbanding lurus dengan penolakan yang sama kuat dari PSSI untuk menghalangi Persebaya 1927 masuk liga unifikasi. Segala cara dilakukan PSSI agar Persebaya 1927 tidak bisa masuk kasta tertinggi kompetis musim depan. Dimulai dengan penegasan dari Sekjend PSSI Joko Driyono, bahwa yang berhak masuk liga unifikasi adalah Persebaya yang masuk dari divisi utama. Dengan penegasan ini, Jokdri berharap, Bonek bisa "sadar" dan kemudian mengalihkan dukungannya pada Persebaya DU. Efektif? Mungkin, apalagi ditambahi bumbu-bumbu penyedap dari stasiun televisi ANTV ketika menyiarkan laga semifinal Persebaya DU melawan Persikabo Bogor. Dalam tayangan tersebut, berkali-kali penyiar ANTV mengatakan ribuan Bonek hadir di stadion Manahan dan kemudian merayakan kegembiraan menyambut lolosnya Persebaya DU ke liga unifikasi. Faktanya, cuma ada segelintir Bonek saja yang hadir di stadion Manahan. "Dubbing" suporter oleh ANTV ini diharapkan bisa memancing Bonek-bonek lainnya agar ikut gembira dan otomatis mengarahkan dukungannya pada Persebaya DU. Jika cara pengalihan dukungan tersebut dianggap kurang efektif, PSSI masih punya cara jitu, yakni dengan "mengerjai" Persebaya 1927 dalam semua pertandingan sisa mereka agar sebisa mungkin tidak bisa masuk 4 besar IPL. PSSI mungkin khawatir, jika Persebaya 1927 masuk 4 besar, dan kemudian akibat keputusan sepihak PSSI menghalangi klub ini masuk liga unifikasi, Persebaya 1927 akan mengambil langkah hukum menggugat PSSI , hingga perlu sampai ke badan arbitrase olahraga internasional, CAS. Bukan tidak mungkin, jika Persebaya 1927 berani mengambil langkah hukum ini, PSSI akan kalah dan terpaksa menjilat ludah sendiri. Karena itulah, PSSI berupaya dengan segala cara agar Persebaya 1927 tidak bisa masuk posisi 4 besar klasemen IPL. Langkah "mempermainkan" Persebaya 1927 mulai nampak ketika klub berjuluk Green Force ini melakoni laga away melawan Persepar Palangkaraya. Sempat unggul 2-1, Persebaya dipaksa tunduk 3-2 lewat gol-gol penalti kontroversial. Persebaya mungkin saja masih bisa mengambil satu poin dengan hasil seri 2-2, namun apa daya keputusan kontroversial wasit Abdul Malik dari Samarinda (yang mulai putaran kedua ini sudah diambil alih oleh PSSI) membuyarkan harapan tim Bajul Ijo. Setelah sempat tertunda dua kali akibat bentrok antar pemain, wasit belum juga meniup peluit akhir, meskipun saat itu cuaca sudah mulai gelap dan menit pertandingan menunjukkan tanda 110 menit. Ya, sudah 17 menit waktu tambahan dipakai oleh wasit, tapi wasit masih bersikukuh pertandingan tetap berlanjut. Hingga akhirnya salah satu pemain Persepar melakukan aksi yang dianggap diving oleh kubu Persebaya. Wasit Malik langsung menunjuk titik putih. Usai penalti Antonio Teles yang gagal diselamatkan kiper Dimas Galih, pluit panjang akhirnya ditiup. "Kalau tidak ada diving, tidak penalti, ya tak selesai itu pertandingan," aku manajer Saleh Hanifah. Berbagai kejanggalan di Palangkaraya menyulut dugaan adanya aktor intelektual dibalik kekalahan Persebaya atas tuan rumah Persepar. "Saya tidak mau beradai. Yang mengkondisikan sedemikian rupa itu sangat memalukan dan mencoreng fair play," kecam Saleh. Lucunya, setelah pertandingan, para pemain Persepar justru mendatangi Saleh dan meminta maaf atas kejadian dan kejanggalan di lapangan. "Maaf ya, Pak. Sabar ya, Pak," kata Saleh menirukan salah satu ucapan pemain Persepar. Namun, protes offisial Persebaya tentang adanya konspirasi ditampik oleh pelatih Persepar. Menurut Eddy, tudingan itu lumrah muncul dari tim yang kalah. "Biasalah, kalau kalah memang seperti itu. Kalau ngomong dikerjai, kita dulu waktu main di Surabaya juga begitu. Satu gol kita dianulir. Waktu pemain kita ambil bola wasit tidak meniup, eh giliran bola sudah masuk peluit baru ditiup. Tapi saya tidak ribut-ribut kan?" tutur Eddy. Terlepas dari mana yang benar, tapi secara faktual keputusan wasit Abdul Malik memang penuh kontroversi, terutama terkait waktu perpanjangan yang begitu lama, 17 menit. Mungkin, inilah rekor perpanjangan waktu terlama di dunia. Ya, inilah salah satu cara jitu yang dimainkan PSSI untuk menghalangi Persebaya masuk posisi 4 besar klasemen. Dengan penunjukan wasit secara langsung dari PSSI, dan bukannya dari operator kompetisi, kemungkinan konspirasi tersebut bisa saja terjadi.
Posted on: Fri, 27 Sep 2013 01:47:29 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015