Menag: Buddha dan Islam Bijaksana Soal Rohingya AntaraAntara – - TopicsExpress



          

Menag: Buddha dan Islam Bijaksana Soal Rohingya AntaraAntara – Mei 2013 Konten Terkait Menag: Buddha dan Islam Bijaksana Soal RohingyaLihat Foto Menag: Buddha dan Islam Bijaksana Soal Rohingya Borobudur, Magelang (ANTARA) - Menteri Agama Suryadharma Ali mengimbau seluruh umat beragama, khususnya Islam dan Buddha, hendaknya dapat menyikapi dengan arif dan bijaksana menanggapi isu Rohingya Myanmar belakangan ini. Sebagai umat yang religius, bangsa Indonesia tidak setuju dan menyesalkan setiap tindakan kekerasan dan anarkisme, kata Menteri Agama Suryadharma Ali ketika memberikan sambutan pada peringatan Waisak 2557 BE/2013 di Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Sabtu malam. Pada acara tersebut nampak hadir Gubernur Jateng Bibit Waluyo, Dirjen Bimas Buddha A. Joko Wuryanto, bhiksu Dutavira Mahasthavia, Plt Pusat Perwakilan Umat Buddha Indonesia (DPP Walubi) Arif Harsono, staf khusus Menag Budi Setiawan, para pengurus dari majelis Majubuthi, Mahayana, Majabudti, Madhatantri, MNSBDI, Kasogatan, NSI, Mapanbumi dan Martrisia. Perayaan ritual Waisak berlangsung sejak Sabtu (25/5) Pukul 09.00 diawali Detik-Detik Waisak 2557 BE di Candi Mendut, renungan oleh bhiksu Tadisa Paramita Mahasthavira, tuntunan sebelum meditasi oleh bhiku Wongsin Labhiko Mahathera. Menteri Agama Suryadharma Ali mengajak untuk menumbuhkembangkan toleransi dan saling menghargai antar-pemeluk agama. Dalam menyelesaikan berbagai persoalan keummatan, perlu dibudayakan dialog-dialog konstruktif dan kerja sama yang erat. Jauhkan prasangka tidak produktif yang dapat merenggangkan hubungan antar-umat beragama. "Kita semua tidak setuju dan menyesalkan setiap tindakan kekerasan dan anarkisme, apalagi dihubungkan dengan sebuah keyakinan agama," ia menegaskan. Dalam konteks kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, hal penting yang perlu ditumbuhkembangkan saat ini adalah bagaimana setiap umat benar-benar menghayati dan mengimplementasikan ajaran agama. Terlebih, katanya, dalam kaitannya dengan pembinaan nilai-nilai moral sebagai unsur mutlak pembangunan karakter bangsa. Indonesia adalah bangsa yang toleran dengan kemajemukan di dalamnya. Sebab, di antara umat beragama tidak ada saling membenci atau saling memusuhi. Justru sebaliknya, seluruh umat beragama dapat mewujudkan kehidupan harmonis, ia menjelaskan. Tema Waisak Nasional Umat Buddha Indonesia 2013, yakni "Dengan Semangat Waisak Kita Tingkatkan Kesadaran untuk Terus Berbuat Kebajikan", menurut Suryadharma Ali, relevan di tengah upaya bangsa Indonesia untuk terus menumbuhkan kesadaran dan meningkatkan kebajikan, serta mewujudkan kehidupan yang harmonis. Kehidupan harmonis dapat dicapai dengan meningkatkan toleransi dalam masyarakat. Kerukunan harus selalu dijaga. Ia pun menyadari bahwa kerukunan bersifat dinamis. Untuk itu harus terus menjaganya dari pihak-pihak yang menginginkan instabilitas dan disharmoni yang akan mengganggu persatuan dan kesatuan nasional. "Apa yang dimuliakan oleh agama seharusnya kita hormati. Dengan toleransi, akan terjalin kehidupan yang rukun, dan penuh sikap hormat menghormati di antara satu dengan yang lain," ia mengingatkan. Melalui cara demikian diharapkan akan terwujud ketenteraman, kedamaian, keteduhan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara untuk menyumbangkan terciptanya perdamaian dunia sebagaimana amanat konstitusi, katanya lagi. Hidup bermanfaat Setiap kali memperingati hari raya keagamaan selalu diingatkan untuk menapaki hidup yang bermanfaat bagi orang banyak, dan selalu berbuat yang terbaik bagi keluarga, masyarakat, lingkungan, serta bangsa dan negara. "Saya mengimbau kepada saudara-saudara umat Buddha, teladanilah sosok Buddha Gautama yang rendah hati dan hidup dengan penuh kesederhanaan," katanya. Setiap agama, menurut Menag, mengajarkan nilai-nilai kebajikan, keutamaan, kesempurnaan dan kedamaian. Dengan dasar itu, maka upaya untuk membangun karakter bangsa yang dilandasi nilai-nilai agama diharapkan akan terwujud secara nyata dalam menciptakan kehidupan yang damai dan harmonis dengan mengamalkan prinsip-prinsip kebajikan universal yang diajarkan oleh semua agama. Berdasarkan konsep dan nilai-nilai luhur agama, bangsa Indonesia seharusnya dapat bangkit lebih cepat dari keterpurukan moral dan spiritual menuju bangsa yang maju dan menjunjung akhlak mulia. Namun meski berbagai kendala dan cobaan terus mendera, ia mengatkan, janganlah sebagai umat beragama berputus asa, berpangku tangan, dan berkecil hati untuk bangkit kembali menuju kejayaan. Untuk itu ia mengajak meningkatkan sikap kedermawanan dan kepedulian kepada sesama dan kebersahajaan perilaku sehari-hari. Tentu, itu semua memerlukan keteladanan nyata dari para tokoh agama untuk membangkitkan kesadaran bangsa yang berkepribadian kuat dan mulia. Tanpa adanya keteladanan tokoh-tokoh agama, maka nilai-nilai luhur agama hanya menjadi petuah-petuah klasik yang tidak memiliki makna.(ar) id.berita.yahoo/menag-buddha-dan-islam-bijaksana-soal-rohingya-011027068.html;_ylt=Ai2gzzOF0J8TjxDu7JGcRfd9V8d_;_ylu=X3oDMTM1dGNrNmFsBG1pdANJbmZpbml0ZSBCcm93c2UgU3BsaXQEcGtnAzc1NDUxNTQ0LWY3NjEtMzM3ZC05ZTUyLTdmNjQ2MzRjNjY3MwRwb3MDbDQEc2VjA21lZGlhaW5maW5pdGVicm93c2VsaXN0;_ylg=X3oDMTJyaWVtZmdlBGludGwDaWQEbGFuZwNpZC1pZARwc3RhaWQDMWM2NDg5NmUtYzVkZi0zNDcxLTk3ZTEtM2RjZDRkMjA5YzljBHBzdGNhdANuYXNpb25hbARwdANzdG9yeXBhZ2U-;_ylv=3 Indonesian Buddhist Face-bookers (IBF)
Posted on: Fri, 07 Jun 2013 21:05:21 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015