Mendedah Konsep Cinta dalam Al-Quran Resensi kecil* Selama ini - TopicsExpress



          

Mendedah Konsep Cinta dalam Al-Quran Resensi kecil* Selama ini masih sangat sedikit para sarjana Islam yang berkecimpung dalam bidang kajian Al-Quran membahas tentang hakikat “cinta” yang terdapat dalam Al-Quran. Sebagian besar karya-karya yang dihasilkan hanya berkutat pada ranah akidah, syariat, keindahan, kemukjizatan, retorika Al-Quran, kisah-kisah, atau sejarah yang terkandung di dalamnya. Padahal, cinta juga memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan individu dan masyarakat. Munculnya tindak kekerasan dan terorisme juga disebabkan karena hilangnya rasa cinta kasih pada diri manusia. Hal itulah yang ternyata mendorong Dr. Muhammad Said Ramadhan Al-Buthy untuk menulis sebuah buku berjudul Al-Hubb fi Al-Quran wa Daurul Hubb fi Hayatil Insan (Cinta dalam Al-Quran dan Peranannya dalam Kehidupan Manusia). Dalam bukunya ini, Dr. Al-Buthy—demikian beliau akrab disapa—mengajak kita untuk menggali Al-Quran dalam menemukan rahasia mendapatkan cinta Ilahi. Tidak mudah memang, tetapi Dr. Al-Buthy meyakinkan kita bahwa cinta-Nya bisa digapai dengan kekuatan nalar dan hati sekaligus. Buku yang ditulis oleh seorang ulama yang ceramahnya mampu menyebabkan isak tangis ribuan jamah ini mengulas pandangan Al-Quran perihal cinta Allah kepada manusia, cinta manusia kepada Allah, cinta manusia kepada sesama manusia, dan peranan cinta dalam kehidupan manusia. Menurut Dr. Al-Buthy, dalam menafsirkan kata “cinta” harus merujuk kepada mazhab salaf. Yaitu dengan menggabungkan antara makna yang terkandung dalam cinta dan upaya penyucian Allah dari penyerupaan dengan makhluk. Tidak seperti pemahamannya para filosof yang sangat dihindari oleh para ulama ahli tafsir. Allah mencintai hambanya tidaklah semata-mata karena orang tersebut terjaga dari perbuatan dosa. Akan tetapi, setiap pelaku maksiat yang mau bertobat dan kembali ke jalan Allah juga akan menerima cinta-Nya. Hal ini bisa dilihat dari keimanannya yang terus bertambah dari waktu ke waktu, lebih semangat dalam menjalankan ibadah, dan selalu memperbanyak zikir kepada Allah. Sedangkan cinta manusia kepada Allah dapat diwujudkan dengan tiga perkara. Pertama, memperbanyak muraqabatullah (merasa diawasi oleh Allah) dan berzikir kepada-Nya dengan menafakuri dan mengingat-ingat nikmat Allah yang diberikan kepada manusia. Kedua, menjaga diri secara maksimal untuk menjauhi makanan haram. Kerena, makanan haram yang dikonsumsi akan menyebabkan pelakunya berperangai keras. Ketiga, duduk bersama-sama orang saleh, menjauhi tempat-tempat orang fasik dan tempat-tempat kemaksiatan. Buku yang ditulis dengan bahasa yang apik dan bernas ini juga memaparkan gagasan toleransi yang bersumber dari Al-Quran. Di mana persaudaraan antarsesama manusia kapan pun selalu berlangsung dan tak seorang pun mengingkarinya, baik karena satu keyakinan maupun beda keyakinan. Adapun perintah memerangi orang-orang kafir, sebagaimana disebutkan dalam Al-Quran, bukan semata-mata karena kekufuran mereka, tetapi karena mereka memerangi umat Islam terlebih dahulu. Jihad sendiri hanya diperbolehkan jika memenuhi dua ketentuan: menghindari serangan musuh atau membalas gempuran musuh. Selain itu, dalam buku ini Dr. Al-Buthy juga menjelaskan pentingnya memiliki rasa cinta kasih bagi seorang dai. Di mana dengan adanya cinta kasih inilah yang nantinya akan melahirkan etika terhadap sesama hamba Allah. Bahkan kepada seorang pelaku maksiat atau orang kafir sekalipun. Seorang dai harus bisa membedakan antara pribadi pelaku dan kemaksiatan. Perihal maksiat, kita wajib membenci dan menghindarinya. Sementara itu, pada pelaku maksiat, mestinya kita menaruh simpati dan kasihan lantaran ia lemah dan terjerat. Begitulah tuntunan Rasulullah dalam hal berhubungan dengan sesama, baik muslim maupun nonmuslim. Autokritik yang amat tajam juga tidak terlewatkan dalam bahasan buku ini. Di mana dalam menjelaskan peranan cinta dalam aktivitas dakwah, Dr. Al-Buthy mengkritisi praktik-praktik ajaran tarikat yang telah melenceng dari syariat Islam. Dan cenderung memaksakan (takalluf) dalam menenamkan rasa cinta di hati para pengikut tarikat tersebut. Secara garis besar buku ini sangat bermanfaat dalam rangka mengampanyekan Islam sebagai agama yang rahmatan lil alamin. Dengan hadirnya karya ini diharapkan mampu menepis stereotype terhadap Islam yang tengah berkembang selama ini. Kelebihan lain dari buku ini, Dr. Al-Buthy tidak hanya mampu menulis buku ini secara ilmiah. Akan tatapi, ia juga dapat merepresentasikan isi buku ini dalam tutur kata dan perilakunya yang santun. Karena bagaimanapun, secara psikologis, masyarakat Indonesia memerlukan kedalaman dan keteladanan sekaligus. Inilah buku penyejuk dahaga sekaligus pelita bagi yang mendamba cinta dan kasih sayang-Nya. * hasil copas dari zainal fanani
Posted on: Mon, 19 Aug 2013 00:04:52 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015