Menengok Dinamika Muslim Indonesia di Korea DDHK News, Korea — - TopicsExpress



          

Menengok Dinamika Muslim Indonesia di Korea DDHK News, Korea — Mayoritas umat Islam di Korea Selatan (Korea) adalah pendatang atau orang asing. Jumlahnya masih sedikit. Banyak kegiatan yang mereka lakukan untuk ibadah dan dakwah. Di sana ada 7 masjid utama di bawah naungan Korea Muslim Federation (KMF). Seoul Central Mosque di Seoul Itewon, Ar Rabita di kota Anyang, Alhuda di kota Incheon, Daejon Islamic Center di kota Daejon, Alfatah di kota Busan, Umar bin Khatab di kota Gwangju. Ada beberapa masjid di kota lain, yakni di kota Pocheon, Gwangju, dan Chungju, ditambah dua masjid bangunan permanen hasil pengumpulan infak Muslim Indonesia yaitu Shirothol Mustaqim di kota Ansan dan Sayidina Bilal di kota Changwon. Jamaah membaur dari berbagai negara, termasuk Indonesia dan warga korea sendiri. Namun, hanya ketika sholat jumat. Setiap akhir pekan ada jamaah tablig yang berkumpul di masjid utama Seoul dan masjid lainnya. Meraka dari Bangladesh, Pakistan, Uzbekistan, Indonesia, dan Malaysia. Kegiatanya setelah sholat Isya dan Subuh adalah ta’lim tentang Islam Halal Food mudah didapatkan. Banyak tersedia di Asia Mart, Word Food, dan banyak produk Indonesia yang masuk ke sana. Hampir semua merata, kecuali di tempat-tempat terpencil. Komunitas Muslim Indonesia mendirikan organisasi Ikatan Keluarga Muslim Indonesia (IKMI Korea). Di mushola IKMI berkumpul bersama saudara-saudara Muslim yang lain. Mereka berkumpul dan bertatap muka hanya seminggu sekali, Sabtu malam. Dalam satu bulan, di minggu pertama dan ketiga ada kajian tentang siroh dan akidah. Di minggu kedua dan empat belajar tahsin Al- Quran, memperbaiki bacaan, tajwid dan hafalan. Ba’da Subuh ada taklim yang diisi oleh ustadz dan para pengurus sebagai pelatihan mental berbicara di depan orang banyak, dilanjutkan dengan belajar bahasa Korea, Arab, dan komputer jika memungkinkan. Untuk musim panas biasanya ada olahraga bersama seperti main bola. Di minggu ketiga ada pelatihan seperti mengurus jenazah, pernikahan, public speaking, dan sebagainya. Mereka juga melakukan penggalangan dana untuk bencana, pembangunan masjid, dan kemanusiaan serta menerima zakat maal ataupun fitrah dengan menggandeng sebuah lembaga, seperti PKPU, Dompet Dhuafa, dan PCI NU. Kegiatan lainnya dilakukan pada liburan, seperti tadabur alam, naik gunung atau main ski dengan tetap merangkainya dalam beribadah kepada Allah. Di Korea ada dua event besar, yaitu tablig akbar dan silah akbar yang dilaksanakan satu kali dalam setahun, pada liburan musim panas dan musim dingin. Untuk tablig akbar dilaksanakan di dua tempat, yaitu di utara dan di bagian selatan di bawah naungan Komunitas Muslim Indonesia (KMI). Dengan menghadirkan ustadz dari tanah air, acara ini dilaksanakan untuk penggalangan dana dan untuk pembangunan masjid yang kini sudah jadi di di daaerah Changwon dan Ansan. Ada sekitar 33 mushola Indonesia, tersebar di seluruh korea, dan dua masjid yang di- handle oleh para pengurus yang tinggal di sana. Ketua IKMI Korea, Ar Rasyid, yang baru delapan bulan menjadi pengurus mengatakan, respons orang Korea pertama agak susah. “Memang perlu diskusi dan kemauan yang keras dari kita untuk meminta waktu ibadah,” katanya. “Yang saya alami untuk sholat lima waktu tidak ada masalah, sholat Jumat diberi izin sebulan dua kali. Untuk yang lain ada yang tidak bisa sholat Jumat dikarenakan berbagai hal, seperti tidak terdapat masjid atau mushola, juga tidak dapat izin dari atasan.” Ia berharap IKMI bisa terus dan lebih memberi kemanfaatan dan bisa menjadi bagian dari tersebarnya Islam di bumi Gingseng. (Rima Khumaira/ddhongkong.org).*
Posted on: Wed, 13 Nov 2013 06:19:24 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015