Menjadi bos itu pasti, menjadi pemimpin itu pilihan Tulisan ini - TopicsExpress



          

Menjadi bos itu pasti, menjadi pemimpin itu pilihan Tulisan ini adalah refleksi saya dalam hal kepemimpinan sekitar > 10 tahun. Tidak mau menyinggung siapa-siapa, tetapi kalau memang akhirnya tersentil, saya hanya mau bilang bahwa no body perfect. Tak ada gading tak retak, tetapi bukan alasan untuk kita tidak terus menyempurnakan diri. Kita berproses untuk terus menjadi. Seperti juga halnya bawahan yang selalu ada saja salahnya di mata atasan, begitu juga sejujurnya tidak ada atasan yang sempurna yang berperan sebagai pemimpin sejati. Justru karena ketidaksempurnaan masing-masing peran tersebutlah, maka kita harus berefleksi secara jujur mengenai ketidaksempurnaan masing-masing. Siapa yang memberikan pendapat mengenai kepemimpinan, bukan berarti dirinya sempurna, termasuk saya yang jauh dari sempurna. Seperti John C Maxwell berkata dalam pembahasan tentang 21 hukum kepemimpinan, bahwa ia sendiripun belum bisa melakukan keseluruhan 21 hukum tersebut. Semua manusia hanya berjalan menuju kepada kesempurnaan, hingga pada satu titik tertentu ia disempurnakan oleh rahmat Ilahi, bukan hanya sekedar usahanya saja, tetapi karena rahmat Tuhan kepada manusia yang melihat kesungguhan hatinya. Untuk menjadi seorang pemimpin, kita terlebih dahulu harus bisa menjadi pengikut. Ada Hukum Bos, yang selalu berkata: hukum pertama adalah bahwa saya selalu benar, sehingga bunyi hukum kedua berkata bahwa jika saya salah, lihatlah hukum pertama. Kalau menurut saya, hukum kepemimpinan malah berlaku sebaliknya bahwa pemimpin yang bertanggungjawab atas anak buah/pengikutnya. Bertanggungjawab berarti bahwa ia secara sadar & bertanggungjawab atas apa yang dilakukan anak buahnya/pengikutnya. Seringkali banyak dari kita mengatakan, bahwa pemimpin itu dilahirkan, tetapi apakah itu benar…? Kita seringkali melihat orang-orang yang dominan, pandai berkomunikasi & pandai mengatur sesuatu, dan kita menamakan orang-orang yang berperilaku tersebut sebagai pemimpin. Tapi saya percaya, nilai seorang yang dianggap pemimpin, bukan hanya hal-hal tersebut di atas. Ada nilai integritas, ada nilai kekuatan pengaruh yang tidak melalui kata-kata yang bagus & sangat meyakinkan, tetapi lebih kepada kesesuaian antara tindakan dan kata-kata. Ada nilai pengorbanan dalam setiap tindakannya, ada nilai kebijakan, dan masih banyak nilai-nilai lainnya. Saya lebih percaya, jika seorang bos itu dilahirkan. Kok bisa…? Ya, tentu saja bisa. Jika seseorang dilahirkan di keluarga kaya & mempunyai bisnis bagus, otomatis bukankah dia sudah terlahir menjadi bos. Kembali, ketika sudah terlahir menjadi bos, ada suatu pertanyaan yang menggema, apakah ia bisa menjadi pemimpin…? Kembali yang perlu diingat adalah, menjadi pemimpin itu pilihan. Menjadi pemimpin sejati itu susah, itu malah berkorban, dan kesemuanya itu tidaklah mengenakkan. Ketika kita menjadi ‘pemimpin’ (semu) hanya karena kita mempunyai jabatan yang tinggi, apalah artinya. Ketika kita bisa menjadi ‘pemimpin’ (semu), hanya karena harta yang kita miliki, apalah juga artinya. Tetapi ketika, ada seseorang, yang karena visinya, karena karakternya & karena pengaruhnya bisa menggerakkan banyak orang untuk melakukan sesuatu, itu baru two thumbs up (mengikuti penilaian jika film itu bagus). Beberapa orang yang saya lihat, mereka adalah pemimpin yang sejati, malah memiliki kesederhanaan dalam sikap dan tindakan mereka. Mereka tidak melihat apa yang mereka lakukan hanya untuk kepentingan mereka, mereka memperjuangkan nilai-nilai luhur yang terkadang bahkan sering membuat mereka berkorban waktu, tenaga, uang & bahkan berkorban hati yang rela melayani. Sangat jarang orang-orang seperti itu, tetapi bukannya tidak ada. Merekalah sang penggerak sejati, yang melalui tindakan-tindakannya, meninggalkan jejak abadi dalam keabadian. Sering mereka melakukan yang tidak populer, hanya melalui tindakan-tindakan kecil yang mereka lakukan, yang saya merasakan ada cinta ilahi dalam setiap tindakan pelayanan yang mereka lakukan. Untuk mereka, saya suatu saat akan mau berkarya, mencipta orang-orang seperti mereka, memodel apa saja yang bisa kita lakukan untuk menghasilkan karya masterpiece Tuhan, sehingga bisa meninggalkan jejak cinta kasih di dunia. Kembali dalam dunia pekerjaan. Kadang tidak adil menuntut keidealisan seorang pemimpin sejati dalam dunia kerja. Menurut Ram Charan (konsultan manajemen tingkat dunia yang juga salah satu konsultannya Jack Welch, GE), tuntutan kepemimpinan di dunia kerja berbeda. Dunia kerja atau bisnis pada umumnya, menuntut output yang berbeda. Terkadang sebagai seorang manager, harus ‘menuntut’ tingkat pekerjaan berat & tinggi kepada bawahannya. Terkadang seorang manager juga harus mem-PUSH anak buahnya agar menghasilkan sesuatu. Terlepas betapa kerasnya dunia kerja, kembali ukuran yang menjadikan bos (atau manager ke atas) tersebut dikatakan pemimpin adalah, ketika suatu saat orang tersebut tanpa jabatan, tanpa kekuasaan & tanpa uang; orang masih mengikuti yang bersangkutan. Hanya pemimpin yang bisa menghasilkan pemimpin, seringkali membentuk orang untuk menjadi pemimpin tidak semudah membalikkan telapak tangan, dan terkadang bukan hanya dengan cara halus saja untuk menjadikan seorang menjadi pemimpin tangguh, tetapi juga cara yang keras, seperti Robby Djohan (Pernah menjadi DIR-Utama di Garuda, Mandiri & CIMB Niaga) dalam mendidik salah satunya Agus Martowardoyo (kini Menteri Keuangan RI). Dunia itu keras, jika kita bersikap keras terhadap diri kita, dunia akan lunak terhadap kita; tetapi ketika kita lunak terhadap diri kita, dunia akan keras terhadap kita. Mengasah orang untuk menjadi pemimpin dibutuhkan seni memimpin, hanya pemimpin yang bisa menghasilkan pemimpin.
Posted on: Thu, 04 Jul 2013 07:59:21 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015