Merah Putih 14-17 Agustus saya atas izin Allah melakukan lawatan - TopicsExpress



          

Merah Putih 14-17 Agustus saya atas izin Allah melakukan lawatan ke Propinsi Bali. Dalam rangka proses membeli hotel kedua untuk ummat. Hotel pertama, hotel yang insya Allah dijadikan hotel haji umrah di deket bandara Soekarno Hatta, yang sempet dipermasalahkan dari cara saya mengumpulkan dana masyarakat. Alhamdulillaah kawan-kawan sedang memproses arahan OJK, sambil memproses pula pendirian Koperasi. Hotel ini bukan milik saya. Saya hanya menggerakkan masyarakat saja, supaya ikutan menikmati segala potensi ekonomi di negerinya. Jangan selalu menjadi obyek, tapi juga ikutanlah menjadi subyek, pelaku. Jangan selalu menjadi customer, tapi ikut menjadi owner. Gerakan investasi merah putih, begitu belakangan kawan- kawan menyebutnya. Ada pula yang ikut menamakan gerakan ini sebagai Gerakan Indonesia Berjamaah. Alhamdulillaah, dengan kemudahan Allah, sudah berdiri hotel pertama, dengan 2 tower, masing-masing 12 lantai, 280 kamar. Tinggal penyempurnaan saja. Aamiin. Hotel kedua yang dibidik berikutnya adalah Bali. Potensi turis domestiknya banyak dan besar sekali. Turis domestik yang relatif banyak muslimnya, perlu hotel – yang walau tidak berlabel syariah – tetap perlu yang bersertifikasi makanan halal. Sambil tetap perlu memperhatikan kenyamanan dan kesenangan liburan di Bali. Satu catatan, bagi turis dunia, dan domestik, Bali sepanjang tahun adalah berarti liburan. Semakin banyak dan besar bila waktu liburan secara kalender, datang. Kota lain yang juga menjadi bidikan adalah Jogja, Bandung, Medan, Malang. Kota yang asyik untuk kota investasi. Saatnya memang investasi merah putih yang masuk. Investasi dari masyarakat sendiri. Yang kaya, boleh saja bertambah kaya. Tapi saudara- saudaranya yang masih miskin harus ikut berubah. Tapi berubah bukan karena diberi bantuan. Berubah karena ikut berubah. Nah, ketika lawatan ke Bali, saya yang sudah membiasakan diri untuk tidak kaget dengan angka yang besar sekali dari kekuatan dana ummat, tetap aja terkaget- kaget. Dalam satu sarapan, kawan- kawan Bali memberitahu, “Ustadz, alhamdulillaah saldo kas dari sekitar 700 masjid di Bali, berjumlah Rp 117 milar.” Asli saya masih kaget. Bertambah-tambah kagetnya ketika dapat informasi Propinsi Yogyakarta pernah melakukan QuickCount Sedekah di salah satu hari Jum’at. Jadi, usai Jum’atan, relatif semua masjid di Jogja melaporkan perolehan dana sedekah tromol Jum’atan. Berapa jumlahnya? Nyaris Rp 270 milyar! Angka yang selama ini diem tidak berputar di roda ekonomi langsung. Dan itu hanya 1x Jum’at, dan baru di Jogja saja. Subhaanallah maasyaa Allah. Berbagai fakta menyenangkan ini, mudah-mudahan menjadi penyemangat. Andai diberi kesempatan bagi masyarakat bawah, atau masyarakat banyak, untuk ikut memajukan negerinya, ikut diajak ngomong, ikut diajak berinvestasi, ikut diajak bergerak, berpartisipasi, maka negeri ini akan maju semaju- majunya, dalam keadaan berkah seberkah-berkahnya. Indonesia ini sebenernya negara super kaya, bahkan mungkin terkaya di dunia. Kita ini, konon, 30 x lebih besar daripada Qatar, dari sisi pendapatan, misalnya. Dua fakta kecil dari potensi dana ummat dari berbasis masjid saja, sudah cukup buat saya mengaminkan. Apalagi kemudian water-test investasi masyarakat berwujud hotel pertama, sudah bergulir. Ini akan jadi satu kekuatan dahsyat. Jangan-jangan, masyarakat Indonesia malah akan menjadi negara investor bagi negara- negara asing. Bukan selalu negara asing yang menjadi investor atau tuan besar di negeri super besar ini. Doakan saya. Segala tuduhan yang dialamatkan ke saya, ini bisnis saya, menjadikan saya kian semangat, bahwa harus ada yang bergerak dan menggerakkan. Dan saya butuh saudara semua. Salam merah putih!. (tulisan ini juga di muat di harian Republika).
Posted on: Mon, 19 Aug 2013 03:59:51 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015