Minggu-minggu awal perkuliahan di ITB menorehkan begitu banyak - TopicsExpress



          

Minggu-minggu awal perkuliahan di ITB menorehkan begitu banyak cerita. Tidak sedikit orang yang mengenal ITB akan sepakat mengatakan bahwa anda akan sulit masuk namun lebih sulit keluar dari ITB, pasalnya tugas akan menjadi ‘teman hidup’ anda, disiplin menjadi prilaku yang wajib. Aha…pucuk dicinta ulam pun tiba, baru aja mulai perkuliahan tugas sudah ngantri. Membuat Portal berbasis Learning Managament System untuk mata kuliah LMS, membuat Game Mobile berbasis Java untuk mata kuliah Mobile Game (deadline 2 pekan, allamakkk!!) dan untuk mata kuliah Engine Game For Education lebih ‘gila’ lagi, masa di wajibkan membuat report project dalam waktu semalam suntuk, besoknya harus dipersentasikan, waduh, ta’ boleh tidur kita dan ta’ boleh santei, matilah….(upin ipin style). Bagi saya ini cara yang ‘kebangetan’ untuk membuat orang seperti saya dan beberapa teman untuk membuat game mobile berbasis Java, wong tahu terminologi java baru kemaren siang, ini disuruh buat game. Tapi lagi-lagi inilah nasib, saya jadi teringat perkataan Pak Gatot “sekali masuk ITB harus berani berenang, urusan tenggelam bekangan yang penting berenang dulu”, hehehe..siapa suruh masuk ITB!!! Gebrrakkkk!!!! Gaya bahasa yang beragam ikut menjadi penyemarak kegiatan perkuliahan kami. Ada yang dari ujung paling barat Indonesia, Aceh, Bali, Jakarta, Jember, Bantul, Bandung, Tegal, Kalimantan, Makassar hingga Manado, semuanya memiliki keunikan tersendiri dalam bahasa dan cara pengucapan kata-kata, suasana perkuliahan kami terasa ramai dah pokoknya. Tapi, itu belum cerita yang paling menariknya. Yang satu ini paling gak ngebosenin untuk di ceritakan, kalian juga dah pasti tahu dong si Cinta itu apa dan bagiamana ia beraksi? kalau sudah berurusan sama si Cinta yang lain ma lewaattt, iya gak she? Bagi saya yang paling menarik adalah mahluk satu ini, spesies perasaan tertua ini kini menjelma bagai bola salju yang terus menggelinding dengan liarnya dan menghinggapi hati beberapa mahasiswa D4 ITB. Istilahnya seh ‘Cinta Lokasi’ gitu atau kalau teman saya bilang Cinta gak tahu malu, masa teman sendiri di embat! Tapi namanya juga cinta, tidak bisa di bendung atau di tawar-tawar, kilah teman saya yang lainnya. Rasa-rasanya apapun yang dilakuin kalau gak ada si Cinta gak semangat rasanya hidup ini bagai sayur tanpa garam, hambar!!! Buktinya Teman saya (sebut saja Doni) hamper setiap saat membicarakan si dia, tidak di jalan, waktu ngumpul bahkan sebelum tidur pun selalu aja ngomongin si dia, lebih parahnya lagi si Doni g nafsu ame yang namanya makan, bawaannya kenyang terus (hehehe…). But Waiiitt….kayaknya bukan hanya Doni deh, si Roni, Toni, Beni, Banong juga mengalami hal yang sama. Dari desas desus yang berkembang terjadi persaingan di antara mereka untuk memperebutkan si doI, saya jadi bertanya-tanya apa seh yang dimiliki wanita itu hingga sehebat itu pesonanya. Diliat dari sudut pandang manapun doI biasa-biasa saja, tapi yah itulah namanya cinta, selalu sulit untuk di bahasakan kenapa ia ada pada seseorang dan hanya kepada seseorang itu, sedangkan bagi seseorang yang lain tidak. Heemmm….good idea, sampai saat ini saya kan belum punya konsep tentang tugas game, gimana kalau konsepnya tentang cinta, alur ceritanya simple aja seh, si pemain akan mencari jalan yang paling jitu untuk menggait sang pujaan hati, game ini akan ditambahkan Artificial Intelegence Kompleks (AIK), ini pasti seru neh, karena semakin banyak tips pemain maka dengan sendirinya semakin mampu membuat perasaan sang putri untuk melabuhkan hati padanya. Pointnya bisa-bisa 50 kalau bisa jadi game ini, soalnya baru kali ini ada game edukasi dalam masalah cinta pake AIK pula, betul…betull…betulll. (eh…jangan jiplak konsepku yo? Dah di copy right lho!) Wakakakak… Rupanya apa yang saya research (masya Allah…segitutunye) selama ini bukan hanya isapan jempol belaka. Suatu ketika saya membaca status FB teman, tanpa sengaja melihat perbincangan yang ada ternyata memang lagi membicarakan si do’i, hampir di setiap status membicarakan dia, statusnya seh “Besok balik Bandung g yach?”, “Hari ini bingung mau ngapain?”, “Komputerku rusak neg, tapi mau kerja tugas, gmn dong?” tapi perbincangannya tetap contentnya tentang si do’i. Luaaarr biasa!! Sehebat itukah getaran cintanya sehingga melulantahkan keperkasaan lelaki seperti teman-teman saya di atas? Dan rupanya level satu game cinta ini masih berkutat pada wilayah pengumpulan dukungan dan salah satunya melalui FB, sepertinya satu blok supporter memberikan loyalitas dukungannya pada teman yang satu ini, teman yang satunya lagi memperlihatkan gelagatnya yang masih ingin mencoba kekuatan pemain yang lainnya, program maping serta storyboard cintanya harus di susun detail agar dia mampu memenangkan game cinta ini, yah itung-itung nyari pengalaman katanya. Buat cinta kok pake coba-coba!! Tapi yang paling ‘menyedihkan’ buatku adalah teman yang memilih untuk mundur dari gelanggang pertarungan game cinta sebelum babak terakhir berkahir, malang niang nasibmu kawan, aku turut berbelasungkawa, kuhanya mendoakan agar semangatmu kembali berkobar seperti dahulu kala. Ceilee….. Sampai berita ini diturunkan, belum ada informasi yang pasti tentang perkembangan permainan level 1 ini. Menurut do’i ketika dikonfirmasi melalui saluran handphonenya, “dia belum bisa menentukan kepada siapa ia akan menyerahkan hatinya”, di tempat terpisah juga kami sempat mewancarai salah seorang di antara petarung mengenai kedekatannya dengan do’i, tapi malah di jawab dengan santai “dia? Saya kan cuman berteman sama dia, itu aja kok” imbuh si Banong ketika wartawan kami memergokinya sedang berbelanja sesuatu untuk seseorang, entah untuk siapa cincin indah itu. Ckckck..(kayak wartawan infotaiment aja neh…hiks…hiks….). Udah ah…sampai di sini cerita cinta itu, memang indah, menghangatkan jiwa (apa iya?), membuat bahagia, menentramkan batin dan tiada matinya! Puassss? Tapi Berikut ini izinkanlah saya (dan yg udah terlanjur baca, diterusin lho yah?) untuk mengupas lebih jauh tentang cinta dalam sudut pandang Islam. Sepakat? Kalau gak sih juga gak apa-apa, anda bisa menutup jendeloa browser anda atau mengganti alamat URL di atas. Kalau ia, mangga, kita lanjutin. Okeeyyy… Cinta dalam frame Islam Dalam pandangan barat naluri seks (penampakannya berupa cinta, kasih saying, dll) adalah kebutuhan yang harus dipenuhi, maka jangan heran jika di barat mereka menjadikan norma kebebasan dalam bergaul karena mereka memahami naluri seks itu harus dilampiaskan, sehingga berpakaian seksi bagi wanita, berdua-duan dalam kamar, berciuman bahkan sampai pada level ‘bercinta’ adalah hal yang wajar bahkan kebutuhan, hasilnya? Tingkat perawan yang semakin bergerak menuju titik 0, lahirnya anak di luar nikah, semakin berkurangnya populasi penduduk disebabkan karena keengganan pasangan untuk hidup berumah tangga, toh apa yang diperoleh ketika berumahtangga bisa didapatkan dengan tidak menikah, penyakit AIDS, hilangnya penghormatan kepada wanita, kaum hawa hanya menjadi hiasan di etalase toko untuk memperlaris barang dagangan, bahkan wanita terkadang (atau terlampau sering) menjadi komoditas / barang dagangan, mereka di perjualbelikan layaknya barang dagangan yang bisa dibeli dan dijual kapan saja dan di mana saja. Lantas siapakah yang akan melahirkan dan membentuk karakter anak yang tangguh jika seperti itu realitasnya? Bagaimana mungkin peradaban manusia menuju pada martabat yang tinggi jika creator instrument peradaban adalah makhluk yang melabrak segala norma serta kodratnya sebagai manusia? Bisa di pastikan barat suatu saat akan hancur oleh pola pikir sesat mereka sendiri, jika masih mengadopsi pola hidup serba berkebabasan! (kok jadi serius gini yah? Hehehhe…). Adapun Islam yang diturunkan oleh Allah SWT adalah agama sekaligus system hidup yang mengatur seluruh hal. Mulai dari persoalan Aqidah, Ibadah, Pakaian, Makanan, Minuman hingga aspek Muamalat dan Uqubat (sanksi atas perlanggaran muamalat, red). Nah, urusan cinta masuk dalam wilayah muamalat karena melibatkan 2 insan yang di dalamnya terjalin suatu interaksi / bergaul. Dan ingat, islam sebagai system hidup juga mengatur masalah pergaulan yakni interaksi antara kaum adam dan hawa’. Gak sembarangan seperti barat (orang-orang sekuler), kalau sembarangan alias seenak kita berarti Islam gak paripurna atau istilah kerennya gak kaffaah dong? Yang pasti nggaklah! Dalam sebuah Kitab disebutkan bahwa dalam penciptaan manusia oleh Allah telah disertakan kepadanya 3 potensi kehidupan; Akal (al aql), Kebutuhan Jasmani (al hajatul ‘uduwiyah) dan Naluri (al ghoraiz –jamak dari gharizah). Kita akan bahasa satu persatu mengenai ini sebelum kita menghukumi cinta dan segala bentuk derivasinya. Kebutuhan jasmani itu seperti rasa ingin makan, minum, tidur, istirahat, buang air. Cirinya, manusia akan mengalami lapar, haus, ngantuk, capek, mules dan ini terjadi karena rangsangan dari dalam diri manusia. Contoh, seorang yang ingin makan di sebabkan karena isi perutnya telah habis terkuras oleh aktivitas yang menyerap makanan yang telah di makannya, secara otomatis siklus tubuh akan bereaksi meminta dipenuhi, biasanya ditandai dengan kondisi tubuh yang lemas dan begitu telah dipenuhi maka berhentilah dorongan tersebut, kita kembali kuat, maka tidak ada ceritanya orang yang sudah makan kenyang 5 menit yang lalu bahkan makannya sampai didada kemudian pada saat melihat makanan enak dia jadi lapar kembali, kalau pun anda demikian, maka andalah yang memecahkan rekor MURI karena mampu mengisi paha dan betis anda sebagai kantong makanan. Hehehe…ini berlaku sama untuk semua kebutuhan jasmani lainnya. Ohiya, satu lagi, biasanya ketika kebutuhan ini ingin dipenuhi, akan ada tanda-tanda yang muncul, misalnya mau makan kan lapar dulu, mau istirahat kan capek dulu, kan tidak lucu kalau orang yang mau tidur tidak ada tanda-tandanya, pas lagi menerbangkan pesawat karena pilotnya tidak ada tanda-tanda mau tidur lansung tidur aja, Rossi yang lagi balapan karena tidak ada tanda-tanda ingin tidur tiba-tiba tertidur begitu aja. Atau ada dosen anda yang sedang mengajar di depan kelas, sambil mempersentasekan materinya tiba-tiba ia terjatuh dan tertidur. Hehehe, gak adalah yang seperti itu, adanya semua pasti punya tanda-tanda!…Subhanallah….Itulah mengapa Allah menciptakan tanda-tanda pada setiap kebutuhan yang butuh pemenuhan. Sama halnya dengan kebutuhan jasmani, naluri memiliki penampakan, dorongan, dan butuh pemenuhan. Bedanya, naluri terbagi tiga, ada naluri mempertahankan diri, naluri mengkultuskan sesuatu dan naluri kecintaan. Ketiganya akan muncul jika ada doronga eksternal yang merangsangnya. Anda akan menyaksikan Naluri mempertahankan diri akan muncul jika ada sesuatu yang mengancam eksistensi diri kita, keluarga kita atau orang-orang yang kita cintai, sebagai contoh, teman saya ketika datang ke rumah guru mate-matika SD kami harus lari terbirit-birit karena dikejar anjing, istri pak RT dekat rumahku selalu mendesak suaminya untuk membelikan kulkas 5 pintu hanya karena tetangga sebelah rumahnya juga membeli kulkas, atau contoh paling sering menimpa dunia percintaan yakni sikap cemburu bercampur marah jika seseorang di depan mata kita sedang menganggu pacar kesayangan kita. Reaksinya satu! Mempertahankan diri! Dan inilah bentuk naluri itu, hanya saja cirri-cirinya lain-lain, ada yang takut, iri, cemburu, dll. Dan rangsangannya dari eksternal, bukan internal, mana ada orang cemburu, takut, iri tiba-tiba? Kalau g waras mungkin. Sampai di sini masih sanggup melanjutkan? Kita belum membahas cinta dalam pandandan islam loh, hanya saja kita harus menginisialisasi objek cinta terlebih dahulu baru kemudian di buatkan methodnya (kok malah ngomongin java toh! hehehe), selanjutnya naluri mengkultuskan, seorang Anak muda sangat mengidolakan group band the Virgin, Dewa, dll, semua stylenya dicontek habizzz olehnya, Pohon besar menjulang tinggi, berakar panjang dan berusia ratusan tahun, dekat rumahku di kampung dipercaya kalau memiliki kekuatan, sebagian manusia di dunia ini ada yang menyembah batu, patung, sampai penyembahan pada Allah SWT, semua ini adalah penampakan naluri mempertuhankan/mengkulutuskan tersebut. Dorongannya juga lahir karena faktor eksternal pada manusia, mereka menganggap bahwa ada sesuatu yang di luar dirinya yang memiliki kekuatan lebih darinya sehingga sesuatu itu harus di puja dan di sembah. Yang terahir tentang naluri kecintaan, si Doni yang saya bicarakan di atas sangat menyukai si doi; saya, anda, dan hampir semua manusia mencintai orang tua, keinginan kita untuk memiliki istri, rumah yang megah, uang yang banyak adalah contoh penampakan dari naluri ini. Iapun muncul karena adanya dorongan dari eksternal manusia, sebut saja Doni menyukai doi karena dia bertemu dengannya, saya begitu mencintai ibu saya karena saya seorang anak. Ciri-cirinya adalah kesukaan, kecintaan, askih sayang keinginan untuk terus manambah harta, dll. Ketiga naluri di atas butuh pemenuhan, orang bisa bekerja karena naluri mempertahankan dirinya, dia takut jika tidak bekerja akan sengsara. Orang menyembah patung, pohon bahkan Allah Swt karena naluri mempertuhankan yang dimilikinya, dia merasa tenang dsb. karena penyembahan tersebut. Pacaran, menikah, saling menyayangi, sikap protektif adalah karena naluri kecintaan kita. Semuanya sekali lagi butuh pemenuhan, hanya saja ketiganya tidak pernah memaksa kita untuk memenuhinya, naluri mempertahankan diri tidak memaksa kita untuk bersikap iri, cemburu; naluri bertuhan pun juga tidak mengharuskan kita menyembah sesuatu dan begitupun naluri kecintaan tidak memaksa manusia untuk pacaran, menikah atau berzina. Butuh bukan berarti harus karena memang naluri tidak membawa pada kematian jika tidak dipenuhi, sehingga ketiganya memang tidak harus dipenuhi. Kok bisa? Yah bisalah, coba anda tengok orang yang enggan bekerja, orang yang dalam hatinya tidak iri, tidak cemburu, apa mereka mati? Atau contoh lebih kongkrit, seorang suami melihat istrinya dicium, dipeluk, dst, tidak akan mati jika membiarkan istrinya diperlakukan demikian adanya dengan paksa di hadapannya, nggak percaya? Coba aja, ada pacar anda, di hadapan mata anda seorang lelaki memeluknya dengan mesra, diciuminya dsb, seharusnya sikap anda kan (krn punya naluri mempertahkan diri) adalah marah dan cemburu yang akhirnya meluncurkan pukulan ke wajah lelaki itu, tapi coba anda jangan lakukan itu, anda liat saja sampai ia puas, dan apakah anda mendapati diri anda mati saat itu? Saya rasa tidak! Kurang contoh lagi? Ok, seorang atheis (anda bisa mendapatinya di korea dan rusia), bahkan di sana mayoritas tidak percaya pada konsep ketuhanan, bagi mereka tidak ada tuhan, ini jelas bertentangan dengan naluri mempertuhankan yang dimilki oleh setiap manusia, apakah itu berarti tidak semua orang punya naluri itu? Tentu tidak! Mereka hanya memilih untuk tidak melampiaskannya dalam bentuk penyembahan dan buktinya mereka tidak mati, bahkan populasi mereka banyak. Nah lho? Fakta terakhir jika anda memang belum percaya kalau naluri itu memang g harus dipenuhi, dulu seorang Imam abu Hanifah (salah satu imam mazhab) menghadap keharibaan Allah SWT dalam keadaan membujang, teman saya tidak pernah pacaran dan usianya sudah memasuki usia 30an, imam Abu Hanifah dan teman saya tadi tidak mati kok gara-gara tidak melampiaskan naluri seksnya yaitu menikah ataupun dengan pacaran. Jadi kesimpulannya, Kebutuhan jasmani adalah kebutuhan yang wajib dipenuhi karena jika tidak akan membawa pada kematian sedangkan naluri adalah butuh pemenuhan dan namun tidak harus memenuhinya, hanya saja ia perlu di atur pemenuhannya. ok Nah, sekarang kita membahas potensi manusia selain kebutuhan jasmani dan naluri, yaitu Akal. Allah menciptakan akal untuk digunakan oleh manusia untuk berfikir. Sebelumnya saya jelaskan sedikit tentang akal itu apa dan bagimana ia bekerja. Akal itu adalah berfikir itu sendiri, dimana ia terdiri dari 4 komponen; otak, panca indra, fakta dan informasi awal. Proses berfikir / akal adalah ketika mengindra fakta dengan panca indra maka fakta tersebut akan di repleksikan melalui panca indra ke dalam otak, selanjutnya otak akan mencoba mencari informasi awal yang berkenaan dengan fakta yang diinderanya tersebut, jika otak mendapatkan informasi awal mengenai benda yang dilihatnya maka ia akan menghukumi benda yang diinderanya, jika tidak ada maka dia akan mengatakan tidak tahu atau sok tahu. Bingung? Gini deh, ketika kita melihat suatu benda yang bisa memotong, (benda yang memotong itu adalah faktanya dan melihat itu adalah panca indranya) maka benda tersebut direfleksikan ke dalam otak dan selanjutnya dikaitkan dengan informasi awal yang kita terima sebelumnya bahwa benda yang berkarakter demikian adalah pisau/silet/atau apapun yang kita lihat dan kita beri nama. Sebaliknya jika benda yang indera tersebut baru kali pertama kita indera maka kita hanya bisa menduga, menerka tentang benda tersebut namun kita tidak disebut berfikir. Ketika salah satu dari komponen di atas tidak ada, maka fungsi akal/berfikir akan hilang. Contoh, jika ada teman anda yang sejak lahir buta, maka cobalah anda ajak ia ke pantai paranghitis dan anda gambarkan betapa indahnya sunset di sana (sunset adalah fakta, dia punya otak, dan ada informasi awalnya yakni apa yang anda sampaikan), tapi apakah ia mampu memahami indahnya sunset? Tentu tidak! Mengapa? Karena salah satu komponen berfikirnya tidak berfungsi, yakni penglihatan! Dia tidak melihat sunsetnya, sehingga gambaran indah, warna serta suasana sunset (informasinya), tidak mampu ia refleksikan ke dalam otak untuk kemudian ia tafsirkan sunset itu dengan informasinya. Contoh lagi, ketika kita mencoba memikirkan Allah, maka sungguh itu tidak disebut berfikir, mengapa? Karena komponen berfikir berupa fakta (Allah) tidak dapat diindera. Kita punya otak, panca indera serta informasi dari al-qur’an bahwa Allah itu ada, tapi minus fakta yang tidak dapat diindera oleh kita. Maka siapapun yang mencoba untuk memikirkan Allah maka sungguh ia telah terjebak dalam suatu kesesatan. Mungkin anda bertanya, lantas bagaimana mungkin kita berimana kepada Allah jika faktanya tidak dapat diindera? Tentu ini pertanyaan keliru, bukankah kita mengimani Allah bukan atas faktanya yg terindera, tapi eksistensi atau keberadaan Allah yang kita imani. Orang yang disebut beriman kan bukan karena pernah menginderanya namun karena yakin dan percaya bahwa Allah itu ada. Sehingga keberadaannya harus dijelaskan oleh informasi yang harus pasti benar atas eksistensiNya. Kalau begitu apa kaitannya akal dengan kedua kebutuhan di atas? Yah, Allah begitu sempurna dalam sagala hal, Allahlah ‘script writing, designer, programmer’ tercanggih dan tidak ada yang manandinginya. Kedua kebutuhan yang telah kita bahas sebelumya butuh pemenuhan (ada yang wajib dan ada yang tidak harus), apa yang baik bagi manusia untuk pemenuhan atas kedua kebutuhannya berbeda-beda, dalam istilah Arab “kullun ra’sun, kullun ra’yu” artinya: setiap kepaka, setiap itupula pendapat yang lahir. Jadi, bagi saya minum bir bintang itu adalah buruk tapi bisa jadi baik bagi penjual birnya. Menikah adalah baik bagi saya (selainnya tidak baik) jika ingin melampiaskan keinginan seks tapi bagi yang lain pacaran dan seks di luar nikah alias zina itu adalah baik. Tidak bertuhan / atheis, menyembah patung, pepohonan adalah baik bagi yang lain namun bagiku itu buruk. Jadi untuk memenuhi kebutuhan jasmani dan naluri tergantung baik dan buruk menurut manusia, akibatnya adalah ini akan sangat subjektif, bagi pelacur dia akan mengatakan zina itu boleh karena memang itu profesinya, pengusaha minuman keras akan mengatakan minuman itu baik karena dia mendapatkan keuntungan dan mempekerjakan jutaan orang, tapi apa iya itu baik? Itu buruk, tidak! Itu baik, buruk…baiikkk…baurukkk..baikkk…alah…g jelas!!! Lantas siapakah yang pantas menentukan mana perkara yang baik dan buruk? Bagi ummat islam (tentu setelah membuktikan kebenaran islam) seharusnya menggunakan akalnya bahwa hanya dengan islamlah pemenuhan kebutuhan tersebut sehingga ia disebut baik. Selainnya, yang mengikuti segala hawa nafsunya adalah tidak baik. Dan suka ataupun tidak, demikianlah adanya bahwa hanya islam (al-qur’an dan as Sunnah) standart kebaikan dan keburukan, bukan pendapat kita, jadi setuju atau pun tidak kita harus setuju itu! Kalau dah begini kan enak, kita harus satu pandangan dulu terhadap suatu pijakan / sudut pandang yang pantas untuk menilai sesuatu. Dan kita sudah sepakat menjadikan Islam sebagai pijakan, kalau setuju mari kita bahas bagaimanakah Islam memandang Cinta! Sistem islam dalam pergaulan Dalam banyak dalil, entah itu al-qur’an maupun as-sunnah telah disebutkan batasan dalam bergaul. Dalam surah an-nur ayat 30 – 31 di sebutkan perintah bagi lelaki dan wanita agar menundukkan pandangan dan memelihara farji (kemaluan) mereka dari hal yang di larang, tentu larangan melihat aurat di sini ditujukan kepada mereka yang bukan mahrom (mahrom = boleh di nikahi) dan mahrom (dengan batas aurat tertentu). Dalam hadist juga disebutkan larangan memegang lawan jenis, bahkan kata Rasulullah, lebih baik ditusukkan sebatang tombak dari dubur hingga kepala dari pada menyentuh lawan jenis yang bukan mahrom. Dalam hadist yang lain juga disebutkan larangan untuk berdua-duan dengan lawan jenis. Maka pertanyaannya sekarang adalah bagaimana mungkin cinta itu diwujudkan dalam bentuk pacaran jika bertatapan mata, berdua-duan / berkholwat dan menyentuh lawan jenis saja tidak boleh? Sampai di sini jelas larangan cinta itu ketika diwujudkan dalam bentuk yang melanggar aturan di atas apalagi yang namanya pacaran! Jadi cinta itu adalah anugrah terindah yang diberikan oleh Allah, ia sifatnya netral, sehingga yang menentukan apakah cinta itu baik ataupun buruk adalah derivasi (turunan) dari cinta itu sendiri, derivasinya berupa pemenuhannya, apakah dengan pacaran vs menikah atau membujang selamanya? Lantas bagaimana jika cinta itu hanya dalam hati? Yups, islam itu tidak menghukumi perasaan, tetapi apa yang lahir dari perasaan itu yang akan dihukumi. Seperti teman saya, dia sudah 5 tahun JODI (jomblo di tinggal mati), setiap lebaran tidak alfa mengunjugi makam calon istrinya dan sampai saat ini belum menikah. Saya tanya, kenapa tidak menikah saja? Dia bilang g mau nikah! Nah, islam memandang orang seperti dia tidak berdosa, wong membujang itukan makruh tidak wajib. Dan selama perasaan yang di miliki sekarang (akibat ditinggal mati calon istri) tidak mengakibatkan bermaksiat dan bahkan lebih taat beribadah, saya kira tidak mengapa. (mengapa makruh? karena pada zaman Rasul ada beberapa ummat islam yang sudah tua dan tinggal di masjid yang tidak menikah namun rasul mendiamkannya, dalam pemahaman fiqih ini disebut makruh karena disatu sisi rasul tidak melarang namun di sisi yang lain rasul menganjurkannya, jadi menikah itu sunnah dan tidak menikah itu makruh!. ) Apa yang harus dilakukan ketika cinta itu datang? Pertanyaan yang baik. Ketika cinta itu datang maka segeralah framing / bingkai cinta itu dengan cinta yang suci di altar pernikahan. Cinta yang berujung pada pacaran hanya menyisakan kekecewaan, istilah saya seh, pacaran itu hanya “memupuk kemunafikan cinta” karena dengan pacaran kita akan berfikir bagaimana caranya membahagiakan sang kekasih akhirnya semua hal yang baik dimunculkan dan yang buruk di sembunyikan dari hadapannya dan ketika boroknya terbuka maka terjadilah pertengkaran dan akhirnya PUTUS dan BENCI serta ikatannya rapuh. Sedangkan menikah adalah media yang baik untuk menunjukkan kesucian cinta kita, di rumah tangga itulah kita akan menghimpun 2 akal yang berbeda, kebiasaan, kekurangan dan kelebihan yang berbeda. Ini akan menarik karena di sana akan di temui kejutan-kejutan tentang pasangan kita, mulai dari hal yang terindah hingga yang paling kurang dari pasangan kita, dan tahu apa yang harus dilakukan ketika badai itu datang? Menerima dan mencoba memahami jika memang kekurangan itu tidak berakhir pada kemaksiatan pada Allah. Dan ingat, dalam al-qur’an dikatakan menikah itu adalah ‘mitsaqon ghalozho / ikatan yang kuat’. Jadi, bagi anda yang tipe lelaki atau wanita yang sering dauber-uber, penilaian yang sangat pantas bagi seorang yang menyatakan cintanya kepadamu namun ia ingin engkau pacaran maka yakin dia bukanlah tipe pasangan yang baik. Karena kecintannya padamu membiarkanmu bermaksiat di hadapan Allah. Jadi menikah adalah kata kunci bagi anda yang tidak lagi mampu hidup tanpa belahan hati, jika belum mampu untuk menikah di anjurkan untuk berpuasa, menjaga pandangan, mengatur interaksi dengan lawan jenis agar tidak intens bertemu dengannya dan berbanyak ibadah karena kelak pada suatu saat engkau akan menuai kecintaan padaNya dan inilah bentuk cinta yang paling sejati dan abadi. Kalaupun masih tidak sanggup yah menikah! Ingat menikah itu tidak membuat anda miskin, Allah tidak pernah membuat manusia miskin, apalagi dengan menikah. Justru fakta yang ada, pemuda yang membina rumah tangganya dengan kekurangan maka Allah yang mencukupkannya. Ini bukan janji, apalagi dusta. Saya sudah membuktikannya, believit or not? Kesimpulan Cinta yang diwujudkan dalam bentuk pacaran adalah HARAM. Menikah adalah jalan untuk mewujudkan cinta suci. Tapi ingat ada bentuk kecintaan yang melebihi kecintaan kita pada apapun yang ada di dunia ini, yaitu Cinta kepada Rabbul ‘alamin (Allah SWT). Dialah tujuan kecintaan kita yang sebenarnya, harta, tahta dan wanita hanyalah media yang seharusnya mengantarkan kita pada kecintaan kepadaNya. Maka jadilah muslim yang memahami cinta dan merasakan cinta. Bahwa cinta itu hanya padaNya. Wallahu’alam bis showwab….
Posted on: Thu, 20 Jun 2013 03:21:51 +0000

Trending Topics



Mary Kay Brush Collection [8043276532748||H2H70NL4] View the
Cold Steel Voyager Med. Clip Point Plain Edge Knife Rating: 4.5

Recently Viewed Topics




© 2015