[Moneyball, Pengaruh Kebijakan Transfer Liverpool] Tradisi - TopicsExpress



          

[Moneyball, Pengaruh Kebijakan Transfer Liverpool] Tradisi menghambur-hamburkan dana transfer tampaknya tak lagi dipakai Liverpool untuk urusan memboyong pemain baru. Sebuah metode mengubah kebijakan The Reds dalam transfer pemain, kebijakan yang dibawa oleh pemilik mereka, John W. Henry. Strategi yang mampu memangkas pengeluaran klub demi penghematan, namun dinilai tidak mengurangi kekuatan tim. Moneyball disebut cara cerdas sebuah klub dalam bertahan di tengah kondisi perekonomian yang tak mendukung. Dengan dana pas-pasan, klub bisa stabil berada di papan atas. “Moneyball” sendiri diambil dari judul buku karangan Michael Lewis yang membongkar tradisi transfer sebuah tim bisbol Amerika Serikat, Oakland Athletics. Mereka mampu bersaing di papan atas Major League Baseball (MLB), kendati memiliki pemasukan yang jauh lebih kecil daripada para pesaingnya. Kisah Oakland Athletics bahkan sudah diangkat dalam film berjudul Moneyball, yang diperankan oleh Brad Pitt sebagai Billy Beane yang menjabat sebagai Manajer Umum klub bisbol tersebut. Metode Moneyball lebih memperhatikan pemain-pemain yang tidak konvensional. Statistik yang tidak tradisional menjadi acuan mereka dalam merekrut pemain, juga pilihan draft yang lebih tua. Oakland mampu stabil di papan atas MLB dengan anggaran gaji yang kecil. Melihat kesuksesan Oakland, klub bisbol AS lainnya, The Boston Red Sox juga tertarik menerapkan metode ini setelah bertahun-tahun memiliki tradisi pengeluaran yang tergolong boros. Red Sox pun mengecap kesuksesan dengan metode Moneyball, dan tak perlu terkejut ketika mengetahui pemilik Red Sox adalah Fenway Sports Group (FSG) di bawah pimpinan John W. Henry, yang tak lain juga pemilik Liverpool. Tanpa malu-malu, Liverpool pun mengadopsi metode ini. Mungkin secara teknis, manajemen Liverpool baru menerapkan apa yang disebut Moneyball pada bursa transfer Januari lalu. Pada paruh pertama musim lalu, Liverpool terseok-seok di kompetisi Premier League. Pembenahan pun dilakukan manajemen The Kop demi memperbaiki penampilan dan peringkat di klasemen Premier League. Philippe Coutinho dari Inter Milan dan Daniel Sturridge dari Chelsea menjadi rekrutan awal Liverpool dalam mengadaptasi metode Moneyball. Mungkin tak sedikit yang mengira kala itu Coutinho adalah salah satu contoh pemain muda Brasil yang gagal bersinar di kompetisi Eropa. Liverpool hanya mengeluarkan 8,5 juta pounds untuk Coutinho. Hal yang sama terjadi pada Sturridge, ketika dia gagal bersaing bersama striker The Blues lainnya, The Reds datang dengan tawaran 12 juta pounds. Coutinho dan Sturridge perlahan tapi pasti menjadi pemain kunci tim asuhan Brendan Rodgers. Penerapan metode Moneyball dilanjutkan The Kop musim panas ini, dengan menggaet Kolo Toure dari Manchester City (gratis), kiper Simon Mignolet dari Sunderland (9 juta pounds), Iago Aspas dari Celta Vigo (7,7 juta pounds), Luis Alberto dari Sevilla (6,8 juta pounds), Aly Cissokho dari Valencia (pinjaman), Mamadou Sakho dari Paris-Saint Germain, Tiago Ilori dari Sporting Lisbon, dan kemungkinan menyusul Victor Moses dari Chelsea. Mungkin tak ada yang pernah mendengar nama Aspas sebelum Liverpool memboyongnya. Tapi, siapa sangka statistik penyerang berusia 26 tahun ini musim lalu bersama Celta Vigo terbilang lumayan, dengan mencetak 12 gol dan membuat tujuh assist. Aspas juga berperan membawa The Reds untuk sementara memimpin klasemen Premier League dengan selalu menang di tiga laga perdana. Kompetisi memang masih sangat panjang, dan segalanya masih bisa terjadi di akhir musim. Namun, menjelang diterapkannya aturan Financial Fair Play oleh UEFA musim depan, betapa pentingnya aplikasi metode Moneyball. Klub bisa sehat secara keuangan, tanpa perlu menumpuk utang dan mampu menjauhi apa yang sering orang sebut sebagai kebangkrutan. Metode ini tentu saja menjadi canggung ketika diterapkan oleh klub sepakbola yang berlimpah dana, karena secara tradisi mereka terbiasa berbelanja besar-besaran. Statistik dinilai bukan segalanya, nama besar masih kerap dianggap jaminan sebuah klub berprestasi. Jadi, kebijakan transfer ini tentu merupakan pilihan masing-masing klub, hanya tinggal melihat siapa yang finis di posisi yang lebih tinggi.
Posted on: Mon, 02 Sep 2013 13:28:46 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015