Motif Eskalasi Sanksi Barat terhadap Iran Sabtu, 2013 Juli 06 - TopicsExpress



          

Motif Eskalasi Sanksi Barat terhadap Iran Sabtu, 2013 Juli 06 15:30 AS kembali melancarkan sanksi baru terhadap Iran. Hari Senin,1 Juli 2013, Obama menandatangani draf embargo ekonomi baru atas Tehran. Wall Street Journal dalam laporannya Minggu (30 Juni) mengungkapkan berdasarkan undang-undang sanksi baru tersebut, perusahaan dan organisasi dari negara selain AS dilarang melakukan transaksi di bidang energi, industri perkapalan, penjualan logam mulia, granit, baja dan software terhadap industri Iran. Selain itu, aturan tersebut juga melarang transaksi menggunakan mata uang Iran, Rial, dan perusahaan maupun organisasi yang masih memasok suku cadang dan layanan jasa bagi industri otomotif Iran akan dijatuhi sanksi dari Gedung Putih. AS baru-baru ini menjatuhkan rangkaian babak baru sanksi terhadap Iran. Pada tiga Juni lalu, mata uang Iran, Rial dan industri otomotif negara itu masuk dalam list baru embargo ekonomi AS terhadap Tehran. Sanksi tersebut bertujuan menutup seluruh transaksi yang menggunakan mata uang Rial oleh individu, perusahaan maupun organisasi, baik pemerintah ataupun swasta. Sanksi tersebut juga mengincar lembaga finansial maupun perusahaan yang memiliki aset dalam bentuk mata uang Rial. Berdasarkan aturan baru anti-Iran itu, institusi keuangan asing yang melakukan transaksi menggunakan Rial, atau memiliki rekening di luar Iran dengan mata uang Rial termasuk pihak yang dikenai sanksi. Untuk pertama kalinya AS menjatuhkan sanksi terhadap mata uang Iran, Rial. Gedung Putih mengklaim sanksi terhadap mata uang Rial selama ini efektif, dan nilai mata uang Iran hilang setengahnya sejak sanksi valuta asing diberlakukan sekitar satu setengah tahun lalu. Sanksi baru AS juga melarang memberikan bantuan material terhadap pihak yang masuk daftar sanksi. Selain itu, Washington menjatuhkan sanksi bagi pihak yang masih memasok maupun memberikan layanan jasa atau suku cadang bagi sejumlah industri strategis Iran. Industri perkapalan termasuk industri strategis Iran yang masuk dalam daftar sanksi AS. Sebelumnya, sekitar dua bulan lalu, Direktur Eksekutif Perusahaan Pelayaran Iran memperingatkan pengaruh sanksi AS terhadap industri pelayaran dan perkapalan Iran. Dalam seminar mengenai perkapalan beberapa waktu lalu Direktur Eksekutif Perusahaan Pelayaran Iran mengungkapkan urgensi menghadapi sanksi baru AS terhadap Iran yang diberlakukan pada satu Juli. Menurutnya, selain mempengaruhi industri pelayaran Iran, sanksi itu secara tidak langsung mempengaruhi ekspor petrokimia negara itu. Pada 31 Mei lalu, industri petrokimia Iran secara terpisah menjadi sasaran sanksi departemen keuangan AS.Tidak hanya itu, akhir Mei 2013, sebanyak 20 perusahaan dan individu yang terkait dengan industri transportasi Iran dimasukan dalam daftar pihak yang dijatuhi sanksi AS. Bukan itu saja, sejumlah pejabat dan lembaga Iran juga masuk dalam list sanksi dengan alasan klise AS mengenai klaim hak asasi manusia dan kebebasan berekpresi. Sebagian besar rangkaian sanksi sepihak AS atas Iran kebanyakan dilancarkan dengan klaim Barat mengenai penyimpangan dalam program nuklir sipil Iran yang telah dibantah oleh Tehran. Faktanya, hingga kini berbagai laporan IAEA sendiri menunjukkan bahwa program nuklir Iran bertujuan damai. Pada Jumat 31 Mei lalu, Washington menyatakan bahwa delapan perusahaan industri petrokimia Iran masuk dalam daftar sanksi AS. Dalam pernyataan tertulis, Departemen Keuangan AS mengumumkan sanksi terhadap delapan perusahaan petrokimia Iran yang "dimiliki atau dikendalikan" oleh pemerintah Iran. Perusahaan petrokimia itu antara lain: Bandar Imam Petrochemical Company, Bou Ali Sina Petrochemical Company, Mobin Petrochemical Company, Nouri Petrochemical Company, Pars Petrochemical Company, Shahid Tondgooyan Petrochemical Company, Shazand Petrochemical Company, dan Tabriz Petrochemical Company. Pada pertengahan Mei, pemerintah AS juga mengumumkan akan menerapkan sanksi terhadap penjualan emas oleh individu maupun pemerintah Iran yang mulai diberlakukan sejak satu Juli 2013. Dengan membatasi masuknya emas, logam mulia dan valuta asing ke Iran, AS berupaya memaksa negara-negara dunia menghentikan impor minyak dari Iran. Sanksi ini bertujuan untuk menekan pemasukan Iran dari sektor penjualan minyak. Pada 15 Mei lalu, Deputi Menteri Keuangan AS Bagian Intelejen Keuangan dan Terorisme, David S. Cohen menyatakan bahwa pemerintah AS akan melarang semua pihak baik negara maupun swasta yang melakukan transaksi penjualan emas dengan Iran. Sanksi ini menargetkan sistem perbankan dan ekspor minyak yang selama ini menjadi basis kekuatan ekonomi Tehran. Menurut Cohen, AS memperluas sanksi di sektor energi Iran, baik ekspor maupun impor ke negara itu. Sementara itu, Deputi Menlu AS urusan Politik, Wendy Sherman dalam pertemuan dengan komisi hubungan luar negeri Senat mengklaim sanksi menyebabkan ekspor minyak Iran kelabakan. Berbagai fakta menunjukkan bahwa target utama sanksi Iran, sebagaimana dijelaskan oleh mantan menlu AS, Hillary Clinton, untuk melumpuhkan perekonomian Iran. Sejatinya, para pengambil kebijakan AS sejak dua tahun lalu hingga kini berkesimpulan bahwa sanksi Dewan Keamanan PBB tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap ekonomi Iran, dan Tehran pun tidak menunjukkan sikap tunduk terhadap Barat terkait program nuklir sipilnya. Dengan pertimbangan tersebut, AS bersama Uni Eropa melancarkan babak baru sanksi terhadap Iran. Meski demikian, AS dan Israel berulangkali mengancam akan melancarkan opsi invasi militer jika sanksi internasional dinilai gagal menghentikan program nuklir sipil Iran. Pada saat yang sama para pejabat AS berulangkali mengungkapkan sikapnya yang siap berunding dengan Iran. Tapi maksud Barat mengenai perundingan adalah menekankan ambisinya terhadap Tehran, bukan pertukaran pandangan untuk menemukan solusi kolektif. Untuk itulah Republik Islam menolaknya. Terkait hal ini Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah Udzma Sayid Ali Khamenei menegaskan bahwa dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi saat ini, Republik Islam Iran bukan hanya tidak akan merevisi pandangannya, bahkan semakin yakin akan melanjutkan jalan yang telah ditempuh bangsa Iran. Koran AS, Washington Post mengutip statemen resmi pejabat teras AS dalam laporannya beberapa waktu lalu mengatakan bahwa tujuan pemerintah Obama menjatuhkan rangkaian sanksi terhadap Iran adalah untuk melemahkan Republik Islam dengan cara menyulut protes dan ketidakpuasan dari masyarakat Iran. Babak baru sanksi sebagai bagian dari rangkaian tekanan Barat terhadap Iran menunjukkan bahwa sanksi sebelumnya telah gagal. AS dan sekutunya melancarkan sanksi terhadap Iran dengan mengulang alasan klise mengenai dugaan adanya menyimpangan dalam program nuklir Iran dari tujuan sipilnya. Ironisnya tudingan infaktual itu dikemukakan tanpa menyajikan data dan fakta yang bisa dipertanggungjawabkan.Padahal selama ini Badan Energi Atom Internasional (IAEA) menegaskan tidak adanya bukti mengenai terjadinya penyimpangan dalam program nuklir Iran. Jelas kiranya sejumlah negara Barat terutama AS memiliki tujuan terselubung di balik rangkaian sanksi anti-Iran. Kini muncul pertanyaan besar, jika selama ini program nuklir Iran terbukti tidak menyimpang dari tujuan damainya, lalu mengapa Barat tetap melancarkan sanksi yang semakin masif terhadap Tehran? Washington mengklaim Iran tidak sedang membuat senjata nuklir, namun memiliki ambisi untuk membuat senjata pemusnah masal itu. Pertanyaannya, apakah sebuah dugaan saja cukup menjadi alasan bagi AS untuk menekan Iran melalui berbagai sanksi ? Realitasnya, berbagai tekanan sanksi yang dilancarkan Barat terhadap Iran merupakan tindakan ilegal di dalam perspektif hukum internasional. Tapi mengapa sanksi itu terus berlanjut dengan frekuensi yang semakin masif? Salah satu alasan utamanya adalah Israel yang menjadi "anak emas" AS. Doktrin nuklir Tel Aviv adalah tidak boleh ada sebuah negarapun di Timur Tengah yang menguasai teknologi nuklir, kecuali Israel. Kini, kemajuan besar yang dicapai Iran di bidang teknologi nuklir sipil memicu kekhawatiran Israel. Rezim Zionis melalui tekanan sanksi ekonomi sekutunya terutama AS terhadap Iran, berupaya menjegal kemajuan program nuklir sipil Iran dengan berbagai cara.(IRIB Indonesia/PH)
Posted on: Sat, 06 Jul 2013 11:20:50 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015