My Choice, My Right Warning : Jangan mengcopy cerita yang saya - TopicsExpress



          

My Choice, My Right Warning : Jangan mengcopy cerita yang saya post. Murni dari hasil pemikiran saya. Maaf jika ada kata kata yang kurang berkenan. Hasil buah tangan saya. Mengcopy? Go to hell! Tangannya, bibirnya, dadanya, tubuhnya, dan aromanya mengingatkanku pada bayangan aku berada di padang rumput yang luas, langit biru, dan aku ada di dekapannya. Hanya aku dan dirinya – Kristen Stewart *** Aku tidak pernah membayangkan bahwa hidupku akan seperti ini. Aku ingin mati sekarang. Aku tidak tahu bagaimana peristiwa kebodohanku terjadi begitu saja. Pantas saja dia tidak mau mengajakku pergi keluar bersama, dia hanya menemuiku di tempat yang tertutup. Aku menangis tersedu sedu sekarang di apartment-nya. Tempat dimana aku dan dengannya menumpahkan rasa cinta dan rindu yang mengelagak di hati ini. Tempat dimana aku melakukan sesuatu kebodohan yang berakibat fatal. Sekarang, aku hamil 2 minggu. Aku ingin meminta pertanggung jawaban. Mengapa aku tidak tahu bahwa dia sekarang sudah mempunyai istri? Jadi, sekarang statusku adalah selingkuhannya? Astaga, aku ingin mati sekarang. Aku merasa bersalah dengan istrinya yang asli. Bagaimana aku bisa bodoh dan tidak mengorek ngorek informasi bahwa dirinya sekarang sudah mempunyai istri. Aku hanya percaya dengan apa yang dia katakan ‘percayalah padaku’. Apakah selama ini pernyataan ‘aku mencintaimu di luar pikiranmu’ hanyalah topeng belaka? Hanyalah hiburan semata agar aku tidak menangis karena aku sekarang berstatus selingkuhannya? Aku menundukan kepala dan menangis tersedu sedu. Suara pintu apartment dibuka. Dan aku tahu, Rob sekarang datang tepat waktu untuk menemuiku. Siapa lagi kalau bukan dia? Apartment ini digunakan khusus antara aku dan dia. Aku masih menundukkan kepala, menangis sekeras mungkin. Melepaskan beban yang ada di kepala walaupun tidak sampai semuanya. Suara langkah kaki mendekatiku. “Kenapa kau menangis, sayang?” Rob mencoba menyentuhku. Aku menepis tangannya. “Jangan sentuh aku!” aku menangis tak kalah hebat. “Lihat aku, baby!” dia memaksa aku untuk melihat ke dalam matanya yang penuh dengan kebohongan semata. Bisa bisanya aku tertipu dengan tatapannya yang tulus. Aku hanya ingin mencakar cakar wajahnya. “Kenapa kau menangis?” raut mukanya panik dan tatapannya yang tulus membuatku terlena dalam sekejap tapi aku tersadar dalam sebuah fakta bahwa dia selama ini membohongiku sampai aku hamil seperti ini. “Kenapa kau tidak bercerita bahwa kau sudah menikah? Kenapa kau dengan teganya membohongiku selama ini.” Raut mukanya terkejut, mendadak tubuhnya kaku. Dan lantas, dia menarikku ke dalam pelukannya. “Maafkan aku, maafkan aku.” Dia mengusap ngusap kepala dan punggungku dengan penuh kasih. “Apakah dengan minta maaf itu bisa mengobati lukaku yang sudah perih ini? Kau dengan teganya membohongiku selama kurang lebih 5 bulan terakhir ini. Apakah kau puas dengan statusku sekarang? Kau puas dengan statusku sebagai selingkuhanmu? Kau puas nanti masyarakat memanggilku sebagai wanita pengganggu hubungan orang, wanita yang menyebabkan suami istri yang saling mencintai bercerai.” Dia tertegun. Aku memberontak dalam pelukannya. Dia melepaskanku. Aku menangis tak kalah hebat. Air mataku seakan tahu perasaanku. “Apakah selama ini kau memberi pernyataan kepadaku bahwa kau mencintaiku semuanya palsu?” Dia langsung menarikku ke dalam pelukannya. Memelukku dengan erat, sangat erat. Seakan akan aku akan kabur darinya. Tangannya mengusap ngusap punggungku dan rambutku. Dia mencium puncak kepalaku. “Asal kau tahu saja, aku sangat sangat mencintaimu melebihi istriku yang sah. Aku mencintaimu ketika kau menumpahkan kopimu di kemeja putihku. Aku mencintaimu ketika kau menatapku dengan warna mata yang sama persis dengan warna mataku. Aku mencintaimu dengan gaya tomboymu. Aku mencintaimu di luar pikiranmu. Jangan tinggalkan aku. Kau sudah menggenggam hatiku selama ini. Jika kau ingin menangis, menangislah sepuas hatimu di kemajaku. Jika kau ingin memukulku, pukulah sesuka hatimu di dadaku hingga perih. Ingatlah, aku tidak akan melepaskanmu dengan mudah meskipun kau menganggap dirimu sendiri selingkuhanku. Aku mengganggap kau adalah seorang malaikat yang jatuh terlambat. Aku tidak akan melepaskanmu dengan melupakan fakta bahwa aku sangat sangat mencintaimu. Aku akan bertanggung jawab dengan apa yang sudah aku lakukan.” Dia berbicara panjang lebar dengan bibir gemetar. Aku menangis tak kalah kencangnya. Membuat kemejanya penuh dengan air mata. Dia terus menerus mencium puncak kepalaku. Memelukku dengan erat sampai terasa tubuhku akan remuk. Tapi, sebagian kecil hatiku terasa nyaman karena pengakuannya tadi. Dia tidak akan melepaskanku dengan mudah. Akhirnya, aku menangis sampai lelah dan membuatku tertidur di dekapannya yang erat. Aku tidak akan melupakan fakta bahwa dia mencintaiku dan tidak akan melepaskanku dengan mudah dan akan bertanggung jawab atas apa yang telah ia lakukan. *** “Wanita brengsek! Sialan!” bentaknya keras sambil menampar wajahku berkali kali. Pipiku memerah. Cairan darah sudah keluar dari kedua sudut bibirku. Dan betapa bodohnya, aku tidak melakukan apa. Aku hanya menangis seperti orang bodoh. Caroline, istri sah dari Rob tiba tiba mendobrak pintu apartmentku ketika aku sedang membuat susu untuk bayi yang ada diperutku. Tanpa ditanya dan permisi dia langsung menamparku habis habisan. Dia berteriak dengan sumpah serapahnya yang bergejolak di dadanya. Aku tahu aku salah, tapi aku tidak bisa terus disalahkan dengan aku penyebabnya. Caroline mendorongku ke lantai. Dengan sepatu hak tingginya dan runcing, dia menendangku di bagian punggung dan kaki. Seluruh tubuhku ditendang olehnya. Aku meringkuk seperti bayi dan menangis. Merasakan semua pedih ini dengan hanya tangisan. Menurutku ini sudah cukup. Silahkan saja Caroline menyalahkanku habis habisan, aku rela dia menendangku sampai memar, berdarah darah atau patah tulang saja sekalian. Asalkan, jangan sakiti bayi ini. Dia tidak salah. Ini salahku. Ini salahku yang membuat kebodohan yang akhirnya menyakitkan. “Dasar kau wanita penggoda! Tega teganya kau bermain belakang dengan Rob. Apa kau tahu dia sudah punya istri? APA KAU TAHU DIA MENCINTAIKU?” dia melanjutkan sumpah serapahnya. Aku tidak menjawabnya karena aku tahu aku salah. Kakinya terus menendang nendang kakiku. Aku tidak kuat untuk menanggungnya. Aku tidak kuat. Sebuah teriakan keras menghentikan tendangan kaki Caroline. Aku bernafas sesaat. Aku merasakan rasa anyir di bibirku. Campuran dari karatan besi dan garam. Aku merasakan tulangku kejang di bagian punggung. “APA YANG KAU LAKUKAN DISINI? CAROLINE!” sebuah teriakan keras tidak cukup menghentikan Caroline menendang nendang tubuhku. Hanya matanya dialihkan oleh kedatangan Rob. Aku tidak melihat semua kejadian yang berlalu disini. Aku memejamkan mata dan hanya merasakan sebuah tragedi yang aneh yang menggerogot hati. “Kau lihat! Aku sedang menyakiti selingkuhanmu seperti kau menyakitiku.” Teriak Caroline. Aku tidak merasakan tendangan keras dari kaki Caroline lagi. Aku merasakan sebuah tubuh yang keras menelungkupi tubuhku yang kecil dan membentuk janin yang meminta dilindung. Nafasnya terasa di pipiku. Rob menelungkupiku dari semua tendangan keras Caroline. “Hah, kau mau maunya melindungi seorang bajingan licik. Kau mau aku menyakitimu? Kau mau merasakan rasa sakitnya dia karena ditendang oleh kakiku? Baiklah.” Caroline sangat kejam. Aku tidak bisa berbuat apa apa karena tubuhku mati rasa. Malah sebaiknya, panca inderaku berubah menjadi intens. Lebih peka. Dari apa yang seharusnya. Aku mendengar tendangan kaki Caroline membentur sebuah tubuh yang keras. Astaga! Dia menendang tubuh Rob. “Jangan kau menyebutnya BAJINGAN LICIK KARENA AKU MENCINTAINYA LEBIH DARI YANG KAU TAHU. AKU LEBIH MENCINTAI DIRINYA DARIPADA DIRIMU.” Lalu, tubuh Rob tidak menelungkupi tubuhku lagi. Mataku melihat, Rob bangkit dan menggertak Caroline. “Kau tahu? Bahkan aku TIDAK PERNAH SEDIKITPUN mencintaimu. Sejak awal aku sudah bilang jika pernikahan ini sudah seharusnya sudah terjadi dan aku sudah bilang jika aku bisa mencintai orang lain.” “Kau berani benar terhadapku Rob. Kau tidak tahu apa yang akan terjadi jika kau memutuskan ikatanku denganmu? Keluargamu akan hancur.” Rob tertegun sejenak. “Persetan dengan ikatan perjanjian dengan keluargamu itu. AKU SUDAH MUAK TERHADAPMU DAN KELUARGAMU. Ingat! Aku menikah denganmu hanya paksaan agar keluarga kita menjalin komunikasi yang stabil lagi denganmu hanya untuk mendapatkan uang menyelamatkan perusahaan. Secepatnya aku akan mengurus surat perceraian dan aku bisa menikahi dia secara hukum yang sah.” Dia menunjuk kepadaku yang sedang berbaring seperti layaknya janin yang meminta diselubungi. Lantai ini terlalu dingin untuk kutiduri. Aroma darah berkuar di hidungku. Seluruh tubuhku nyeri. Caroline menstabilkan nafasnya yang memburu dan segera dia berbalik pergi. Rob diam sejenak dan teralihkan oleh suara rengekan tangisku. Aku sudah tidak bisa melakukan pergerakan apapun. Aku hanya meminta dilindungi. Rob segera membungkukan badannya dan membopongku ke sofa yang terdekat. Aku masih ada di pangkuannya. Aku tidak tahu apa yang terjadi sekarang. Rob menangis bersamaku di rambutku. Aku merasakan sakit yang amat sangat. Secara fisik maupun jiwa. Aku menenggelamkan kepalaku di dadanya. Kami terguncang hebat. Suara tangisnya sangat menyakitkan. “Kau tidak apa apa? Mana yang sakit?” Rob bersuara di sela sela tangisnya. Aku melihat ke matanya. Matanya berair. Menunjukkan semua kesakitannya. Tangisannya seakan akan dia tahu sakitnya aku bagaimana. “Semuanya, Rob. Semuanya. Jangan tinggalkan aku!” aku tahu aku memang egois seharusnya aku membiarkannya pergi bersama istrinya. Tapi aku tidak bisa ditinggalkan jika kondisi jiwa dan fisikku seperti ini. Aku butuh sandaran. “Aku tidak akan meninggalkanmu. Selamanya. Aku akan pergi jika kau menyuruhku untuk pergi.” Dia mengusap darah di ujung bibirku. “Maafkan aku!” dia kembali menangis. Menciumi seluruh luka yang ada di wajahku. Dia mengelap darah di ujung bibirku dengan bibirnya. Aku terguncang. Seluruh tubuhku terguncang. “Bagaimana aku bisa tahu jika kau tidak akan meninggalkanku?” “Lihat mataku baby, dan rasakan jantungku disini.” Dibimbingnya tanganku ke dada kirinya. “Apakah mataku menunjukkan aku berbohong, rasakan debaran jantungku disini. Jantungku berpacu keras dan asalkan kau tahu. Hatiku sakit ketika kau disiksa seperti itu oleh istri sialanku.” Aku merasakan semuanya. Semua yang dirasakannya mengalir melalui sengatan listrik di kulitku. “Kau hanya harus percaya padaku, baby. Aku mencintaimu lebih dari yang kau pikir bahkan seluruh orang yang ada di dunia pun tidak bisa menjabarkan rasa cintaku ini terhadapmu.” Aku percaya semua apa yang dikatakannya. Aku kehilangan orientasi waktu dan pandanganku kabur. Aku merasakan kegelapan yang tenang. *** Aku tidak tahu apa yang dipikirkannya untuk beberapa lama ini. Apakah dia lupa apa yang dijanjikannya waktu itu. Aku tidak bisa memikirkannya secara mendetail karena aku merasakan sakit hati yang amat sangat. Dia berubah, semuanya berubah. Dia sepertinya mengingkari janjinya. Beberapa bulan ini, dia sepertinya berubah. Aku tahu pikiran ini egois. Tapi, aku percaya akan janjinya. Aku tidak tahu apa penyebabnya dia seperti ini. Dia mendadak berubah dan melupakan janjinya. Dulu, dia sering kali mengunjungiku tapi sekarang dia jarang menemuiku. Aku bertemu dengannya hanya seminggu sekali dan kalaupun ia datang dia datang dalam keadaan lelah dan emosinya tinggi. Dia tak kadang marah marah terhadapku hanya melakukan kesalahan yang dianggap dulunya hal yang remeh. Aku hanya menunduk dan tidak bisa menjawab apa apa. Pernah waktu itu, aku membuatkan kopi dan rasanya tidak seperti apa yang dia inginkan. Dia langsung membanting cangkir kopi dan marah marah terhadapku. Aku tidak tahu apa yang hilang dari dalamnya. Aku tidak tahu apa yang membuatnya berubah. Maka dari itu setiap dia datang walaupun jarang, aku berusaha menjaga jarak dengannya tapi sia sia. Cacian dan makian yang keluar dari mulutnya untukku. Aku tidak bisa berbuat apa apa dalam keadaan hamil besar seperti ini. Hamil besar seperti ini waktunya untuk ngidam. Tapi ngidamku kutahan karena aku tidak tahu aku bisa menyuruh seseorang kepda siapa. Tidak mungkin aku marah marah dalam kondisi hamil besar seperti ini. Apapun yang dibuat oleh sang induk akan berpengaruh kepada sang janin. Aku tidak mau membawa pengaruh buruk untuk janinku. Dan suatu keadaan membuatku ingin segera pergi dari semua ini. Rob datang dan marah marah padaku karena aku lagi lagi tidak bisa membuat kopi sesuai seleranya. “Kau tahu, aku sedang dalam keadaan capek untuk ini. Dan lagi lagi kau tidak bisa membuat kopi sesuai seleraku.” Bentaknya. Aku menunduk dan memunguti semua pecahan beling. “Jangan kau tanya kenapa aku seperti ini. Aku melakukannya semua demi untukmu.” Deg. Jantungku berhenti dan tidak tahu kenapa ujung jariku tergores dan mengeluarkan darah. Jika dia melakukan semua demi aku kenapa dia jadi seperti ini. “Kau berubah.” Ucapku pelan dan menunduk. Bersusah payah untuk bangkit berdiri karena kandunganku besar. “Aku tidak berubah. Aku masih sama seperti dahulu.” “Kau berubah karena aku melihatnya. Aku mengatimu. Kau tahu, semua bentakanmu ketika aku hamil seperti ini aku mencoba untuk menahannya untuk tidak menjawab atau membalas semua caci makimu karena tidak becus membuat kopi. Dan sekarang aku tidak tahan karena aku punya hati dan perasaan.” Aku menjawab ucapannya karena kau sudah tidak kuat lagi. Aku sudah tidak kuat lagi untuk bertahan dan giliran untukku menyerang. Mata Rob terbakar emosi dan sebentar lagi aku tahu karena aku mengenalnya dia akan mengeluarkan semua caci maki yang dipendamnya. Aku bersiap siap untuk bertahan lalu menyerang. “Mengapa aku bodoh? Mengapa dari dulu aku tidak memilih saja Caroline jika kau melawanku seperti ini.” Deg, sret. Hatiku sakit seperti diremas oleh sebuah alat peremas. Tatapan mata kami bertemu. Tatapan mata yang tadinya penuh dengan emosi kini menjadi tatapan mata bersalah. Tubuhnya yang tegang sekarang menjadi rileks. Mataku berair. Dadaku sakit. Aku ingin segera keluar dari permasalahan ini. Aku ingin pergi jauh membawa darah dagingnya. “Maafkan aku, kata kataku salah. Maafkan aku.” Aku menunduk dan menangis kembali. Cukup sudah aku mengeluarkan air mataku lagi. Ini terakhir kalinya aku menangis. Aku ingin berlari. Rob mencoba mendekatiku dan aku melangkah mundur menjauhinya. Aku menagis keras dan tersedu sedu. “Keluar dari sini!” aku menunjuk pintu. Rob kaget akan titahanku. “Maafkan aku!” matanya memohon menandakan kesakitan. “Kau bilang kau akan pergi jika aku bilang kau pergi. Sekarang aku bilang, PERGI DARI SINI! Jangan temui aku lagi.” “Maafkan aku.” “PERGI DARI SINI!” dengan lambat dia menuju pintu dan keluar. Terakhir kali aku melihatnya , aku meresap semua seluk beluk tubuhnya. Aku melihat dia untuk terakhir kalinya. Menyerap dan mengenang semua memori yang indah dari dirinya. Dan dia keluar dengan tatapan kesakitan. *** Robert Pattinson Point of View Demi Tuhan, aku tidak bermaksud mengatakan seperti itu waktu itu. Itu hanya refleks kekesalanku terhadap pekerjaanku yang selama ini sangat berat. Aku tahu betapa sakitnya dia ketika aku mengatakan semua cacian dan makian yang diluar kendali. Aku harus meminta maaf kepadanya dan memulai semuanya lagi. Aku tidak tega, aku meninggalkannya dalam keadaan hamil besar 5 bulan. Dan di waktu seperti itu, wanita sering seringnya ngidam dan aku tidak berada di sisinya. Dan hari ini, detik ini juga aku berada tepat di depan apartmentnya – apartmentku yang ditinggali olehnya tepatnya – seperti orang bodoh. Sudah 3 hari ini aku tidak bertemu dengannya. Aku terlalu pengecut untuk bertemu dengannya. Aku menstabilkan debaran jantungku dan semua getaran dikulitku. Aku mempunyai kunci cadangan di apartment ini sehingga aku bisa leluasa masuk keluar dari apartment ini. Aku masuk. Keadaan rumah seperti biasanya. Sepi seperti biasa dan rapih. Seluruh rumah tampaknya sepi untuk golongan rumah berpenghuni. Biasanya Kris akan duduk membaca majalah ibu hami atau bayi atau membuat makanan di dapur tapi ini terlalu sepi. Sangat sepi. Aku panik. Bagaimana jika sesuatu terjadi dengannya? Dengan cepat, aku segera menelusur seluruh ruangan. Hasilnya nihil. Dia tidak berada dimana mana. Aku panik, keringat dinginku keluar. Bagaimana jika sesuatu terjadi apa apa dengannya? Astaga, aku bodoh sekali mengingat dia sedang hamil 5 bulan. Dan sesuatu menghentikan langkahku. Sebuah surat yang terlipat rapih diletakkan diposisikan di samping figura fotoku dan dengannya yang tengah asyik menonton tv. Aku membuka suratnya dengan perlahan lahan seakan akan itu sebuah kartu matiku. For : My Life, My Choice, My Right, Robert Pattinson Aku tahu kau akan panik jika kau datang ke apartmentmu dan menemukanku tidak ada disana seperti biasanya. Percayalah padaku bahwa aku baik baik saja walaupun aku sedang hamil seperti ini. Aku kuat meskipun tidak ada seseorang yang akan menjadi sandaran bagiku. Dan aku akan mengatakannya sekali lagi, jika kau ke apartmentmu pasti aku akan tidak ada karena aku pergi meninggalkanmu untuk saat ini dan mungkin jika Tuhan berkehendak, selamanya. Ya memang kau bodoh. Kenapa kau memilihku daripada dirinya yang secara pisikis lebih menarik daripada aku. Seharusnya kau tidak membelaku waktu itu ketika dihajar habis habisan oleh Caroline. Seharusnya kau berdiam diri dan melihat saja. Karena aku hanya seorang selingkuhan yang tidak tahu diuntung. Tapi bagaimana aku bisa menjadi seorang selingkuhan yang tidak tahu diuntung jika kau selalu mengucapkan ‘aku mencintaimu lebih dari yang kau pikir’ itu merupakan senjata hebat dan sebuah penopang untuk menjadi seorang selingkuhan yang tidak tahu diuntung. Aku dulu percaya kau mencintaimu dan sekarang aku meragukannya. Akhir ini, kau sering kali membentakku karena kesalahan yang remeh dan waktu dulu kau tidak mungkin membahasnya. Aku tahu ini manja tapi semua orang akan menganggap kesalahan yang remeh jika memang aku tidak membuatkan kopi sesuai seleramu dan tidak perlu untuk melakukan sesuatu cacian makian. Dan sekarang, aku belajar untuk mencoba melepaskanmu agar kau bisa kembali ke Caroline sesuai apa yang kau inginkan. Hidupmu pasti akan tenang dan tidak ada bayang bayang jika aku sudah meninggalkanmu. Tenanglah, aku akan hidup baik baik saja dan akan mengurus anak kita menjadi seseorang yang berdiri tegak. Dan mungkin anak kita akan menemuimu ketika dia sudah menjadi seseorang yang berdiri tegak dan sudah ingin menemuimu. Siapa Ayahnya selama ini. Asal kau tahu saja, aku tidak akan menikah lagi dengan orang lain karena aku sudah merasa klik terhadapmu. Aku membayangkan masa depan yang ada kau didalamnya dan anak kita. Tapi, semuanya malah berakhir menjadi drama. Cukup sudah surat ini aku tulis, aku akan pergi dari hidupmu mulai sekarang. Jadikan hidupmu bahagia dan berbahagialah bersama Caroline. Aku sudah menerima status sebagai selingkuhanmu dan sekarang mungkin agar berganti menjadi yang lain lagi. Aku tidak tahu lebih buruk atau lebih baik. Dan, aku memberi izin kepdamu untuk berbahagia bersama Caroline atau yang lain. Ini aneh. Apakah kau perlu perizinanku? :D Note : satu lagi. Aku sangat sangat mencintaimu dengan cara yang bodoh, hihi XD Seseorang yang dulu dicintaimu dan sekarang dan seterusnya aku masih akan sangat mencintaimu Kristen Stewart Aku menunduk dan menangis. Aku dibunuh oleh memo ini. Aku meringkuk di depan sofa. Hidupku hancur berantakan tanpa ada dirinya lagi. Aku ingin mati saja jika ini caranya. *** 2 bulan berlalu… Sekarang, aku hidup bebas. Aku bisa merasakan suatu udara segar menggelegak di hidungku. Aku sekarang menjadi pria yang bebas meskipun statusku berubah menjadi duda. Aku bisa bangkit dari keterpurukanku. Caroline menceraikanku atas dasar niatannya. Mungkin karena dia sudah tahan terhadapku yang selama ini mengabaikannya. Dan penyebab ke perusahaan yang sekarang didominasi olehku. Awalnya, perusahaanku down. Tapi, dengan suatu alasan yang membuatku bisa menjadi di atas kembali. Aku tidak pernah merasakan bagaimana hidup bebas seperti sekarang ini. Tapi, sekarang aku menghirup udara bebas. Kau tahu aku di atasku sekarang karena apa? Karena suatu memo yang membunuhku waktu itu. Kristen Stewart. Namanya menjadi suatu semangat hidup. Setiap aku melakukan sesuatu, aku akan berdoa dengan menyebut namanya dengan sepenuh hati. Meskipun dia meninggalkanku tapi namanya seakan akan menjadi api yang berkobar. Dan tujuanku sekarang adalah untuk mendapatkan Kristen kembali ke dalam pelukanku. Dengan langkah semangat dan penuh gelora, aku akhirnya berjalan menuju apartmentku dahulu. *** Kristen Stewart Point of View Aku tahu ini bodoh. Betapa bodohnya aku bisa berjalan ke tempat yang tidak ingin aku kunjungi. Ini akan terasa membuka luka yang akan sembuh. Aku tidak pernah mendengar apa kabarnya dia sekarang. Mungkin, dia sudah berbahagia dengan hidupnya sekarang. Aku tidak tahu, tapi aku tidak percaya dengan pemikiranku tadi. Ya sudahlah, mengingat masa kelam dahulu apa salahnya. Ambil sisi positifnya dan jadikan sebuah pelajaran. Aku sekarang sudah hamil 7 bulan dan perutku tambah buncit. Lihat ke bawah kakiku saja aku tidak bisa. Aku sekarang sedang berdiri dengan bodoh dengan kunci yang ada ditanganku kananku. Tangan kiriku mengelus lembut perutku yang tidak tahu kenapa gelisah seperti ini. Dan dengan beraninya aku membuka pintu apartment itu dan bersiap menghadapi sesuatu yang menyakitkan. *** Tidak ini tidak mungkin, bagaimana dia bisa berada disini ketika aku ingin ke tempat ini. Tatapan kami bertemu dan terkunci selama beberapa saat. Tatapannya mendamba. Dia lebih sedikit berbeda dengan apa yang dahulu dia alami. Dia terlihat lebih fresh dan lebih muda, seakan akan dia baru menghirup udara segar. Pemikiran itu tidak tahu kenapa menyakitkan hatiku dan ingin menangis kembali. Ya, dia lebih fresh seperti ini karena aku meninggalkannya. Seharusnya aku tidak berada di tempat ini. Seharusnya aku pergi. Aku berbalik untuk pergi dengan langkah yang tersaruk saruk karena aku sedang hamil. Rob mengejarku. “Tunggu! Kau mau kemana?” dia mengejarku dan memaksa aku untuk menatap matanya atau berhadapan dengannya. Aku bertahan untuk tidak menangis. “Aku akan pergi.” “Tidak, tunggu dulu. Aku akan meluruskan semuanya. Duduk dulu terlebih dahulu.” Rob memaksaku untuk menatap matanya dan aku melihat ada ketulusan di matanya dan aku tahu dia tak akan berbohong. Aku menurutinya dan duduk di sofa. Rob dibawah tepat di lantai. Duduk di antara kakiku dan menatap mataku sedangkan aku menunduk. “Kehamilanmu sudah besar. Sudah 7 bulankah?” aku tidak tahu bagaimana dia bisa tahu. Apakah dia menghitungnya. Aku mengangguk. “2 bulan lagi kau akan melahirkan anak kita. Apa kau memberikannya nutrisi yang baik?” “Untuk makanan ya tapi untuk jiwa aku merasa terguncang.” Dia tertegun lama. “Kenapa kau bisa berbalik menjadi perhatian terhadapku? Dulu kau hanya bisa membentakku?” “Maaf untuk soal itu karena perkataanku waktu dulu itu diluar dari kendaliku.” Rob memohon. Tubuhnya masih dalam keadaan tegak seperti itu. “Aku maafkan kau toh sia sia jika aku melihat keadaanmu yang jauh lebih fresh setelah aku meninggalkanmu. Mengapa dari dulu saja aku meninggalkanmu?” dia mengernyitkan dahi dan menunjukan raut muka wajah yang lucu dan aku tidak bisa tahan untuk tertawa. Aku membalas dengan tatapan ‘apa maksudmu?’ “Hey, kau sudah salah paham selama ini. Seharusnya kau lebih pandai mengorek ngorek informasi dari koran atau majalah. Kau tidak tahu bagaiman aku sekarang? Apakah kau tidak melihat koran dan majalah karena seantero Amerika Serikat sedang membicarakan aku. Aku sudah bercerai sekarang dan sekarang aku sudah merasa bebas. Aku sekarang menjadi duda dan menunggu seseorang untuk aku dapatkan hatinya yang dari dulu aku sudah mencintainya.” Aku terbelalak tak percaya. Apa? Shit! Mengapa dengan bodohnya aku selama aku meninggalkannya aku tidak pernah membaca koran bahkan aku sudah berpikiran untuk menjauhi koran. Kerutan di dahiku memperjelas raut mukaku selama ini. Rob mencium kerutan di dahiku. “Miss Kristen Stewart, aku sudah bebas sekarang dan aku sudah duda dengan bebasnya untuk kau dapatkan. Seharusnya aku lajang karena secara harfiah aku tidak pernah mencintai dan bercinta dengan Caroline. Aku hanya bercinta denganmu saja. Dan sekarang dengan udara bebas, aku bisa mencintaimu sebesar apa yang aku inginkan. Aku bisa mencintaimu sepuasnya, sebebas bebasnya. Maka dari itu aku sudah ada disini untuk menemuimu dan sekarang aku sedang mencoba melamarmu. Jadikan ini lancar!” aku terdiam, dia mengedipkan mata. “Kristen Stewart, karena aku makhluk bebas yang tidak punya ikatan dan dari dulu aku mencintaimu, dengan bangga dan hormat. Maukah kau menikah denganku agar aku bisa memiliku seutuhnya, selamanya dan sepuasnya? Agar aku bisa bercinta lagi denganmu sepuasnya untuk memiliki anak yang banyak. Aku berpikiran jika kita akan memiliki selusin anak karena keseringan kita bercinta.” Dia nyengir. Aku tesenyum. “Aku tahu kau akan menerimaku karena dari memo dulu yang membunuhku kau akan terus mencintaiku dan tidak berpindah ke lain hati. Jika kau sudah mempunyai lagi kekasih atau suami, aku rela menjadi selingkuhanmu yang dulu kau tekuni.” Dia menghela nafas. “Maukah kau menikah denganku, Kristen Jaymes Stewart?” Tanpa ditanya dan tanpa berpikir karena aku sudah menemukan jawabannya dari dulu. “Ya, Robert Douglas Thomas Pattinson. Aku bersedia menjadi istrimu, ibu dari anak anakmu, seluruh hidupmu dan partner di ranjang.” Aku memberikan senyuman jahil yang segera dibalas oleh Rob dengan pelukan yang hangat. Akhirnya, kita bisa menemukan kebahagian kami masing masing walaupun guncangan selalu melanda kami. Kami berhak untk berpegang teguh pada kekuatan cinta kami. Kami taakan pernah melepaskan sesuatu ikatan yang sudah kita tentukan untuk saat ini. Dan aku berharap ini berlangsung selamanya walaupun hidup terkadang tidak semulus jalan tol California. Aku berharap bisa bersamanya sampai maut memisahkan dan di surga nanti kami bisa bersama. Aku tidak akan melupakan fakta bahwa aku bisa melangkah dengan genggaman Rob yang erat. Aku bisa menjalani semuanya karena aku mengingat dengan jelas, Rob ada di sisiku sekarang. Adakah yang ingin mengambil Rob dari sisiku? Anakku nanti akan mencegah perbuatanmu itu, haha. My life, my choice, my right :D Post kan? Ga php kan? Panjangkan? Ga ada waktu buat ngedit. Jadi maaf kalau kata kata yang ga susah di mengerti. TERLALU ANTUSIAS INI TEH. ONE SHOOT PERTAMA YANG DIPOST INI TEH. Hampir 4000 kata loh. Oneshoot yang pertama dibuat dalam keadaan mendesak. Aku ingin comment yang semeriah mungkin karena itu akan memompa semangat membuat oneshoot yang lain. Jelek yah? Maklum lah, lagi mendesak ini teh. Butuh comment dan like sebanyak mungkin. Kalau udah ngelike usahakan ngomment. Jangan jadi silent reades yang membaca tapi tidak meninggalkan jejak.
Posted on: Wed, 04 Sep 2013 14:17:54 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015