My Cold Hero Cast : Cho Kyuhyun as Marcus Cho Lee Harin And - TopicsExpress



          

My Cold Hero Cast : Cho Kyuhyun as Marcus Cho Lee Harin And the others Length : Oneshoot Genre :Thriller (maybe), Mystery (maybe), little bit of Romance Note : Bagi yang tahan dengan adegan tembak-menembak, silahkan membaca FF ini. Bagi yang gak tahan, mending gak usah ya. Daripada nanti ngeri sendiri? Hehehe. Kalo nekat, saya gak tanggung jawab lho, hohoho. Thanks ^_^ *** “Berapa yang akan kau bayar padaku untuk melaksanakan tugas ini?” “Aku akan membayar sesuai keinginanmu. Aku mohon, lakukanlah untukku” “Hmm, baiklah. Aku minta data-data mengenai orang tersebut” “Ne ini semua datanya,sampai tingkah-tingkah konyolnya pun ada, gomawo” “Ne. Kau sangat memperhatikanya, Tuan. Kapan aku harus memulai tugasku ini?” “ Lebih cepat lebih baik!” *** Harin POV Aku berjalan, mengikuti jalan setapak taman ini yang akan menuntunku untuk mengelilingi taman. “Eomma..,” lirihku pelan. Ya, beberapa hari yang lalu, aku ditinggalkan orang yang sangat kucintai, Eomma. Dan kalian tahu? Tragis sekali mengingat kejadian saat itu. Pembunuhan. Rumahku telah menjadi tempat pembunuhan. Bagaimana perasaanmu saat pulang ke rumah dengan disajikan pemandangan yang sangat memeras hati, yaitu ibumu menjadi korban…. pembunuhan. Ah, sudahlah. Aku tak mau mengingat dan meyebutkannya lagi. Aku melirik jam tanganku, pukul 5 sore. Waktunya aku pulang. Kalian mungkin bertanya, dimana ayahku? Entahlah. Rupanya saja aku tak tahu. Aku ditinggalkannya bahkan saat aku masih di kandungan ibuku. Sejak saat itu, Eomma yang berusaha keras bekerja untuk menghidupiku. Makanya aku sangat sayang pada Eomma. Sekarang? Aku bekerja sendiri, dan tinggal seorang diri di rumah yang masih meninggalkan duka yang mendalam.. Teman? Aku tak punya. Bahkan aku tak pernah berkuliah. Lalu, bagaimana aku mendapat pekerjaan? Ya, aku hanyalah seorang pelayan di sebuah kafe. Setidaknya, gaji itu cukup untuk kebutuhan hidupku. *** Author POV Harin berjalan melewati gang rumahnya yang sempit. Namun, ia tak ada pilihan lain. Hanya gang sempit itu satu-satunya jalan agar dia bisa sampai ke rumah. Tiba-tiba, datang 3 orang pria mabuk mengikutinya dari belakang. “Halo, Nona manis? Sendirian?”,tanya salah seorang yang berjalan sempoyongan mendekati Harin. Harin menengok kearah sumber suara dan begitu kagetnya melihat 3 pria itu. Ia mulai terlihat ketakutan. Sangat. Namun, ia berusaha bersikap tenang dengan berjalan lebih cepat meninggalkan mereka. Hingga akhirnya, 2 dari mereka menangkap tubuh Harin. Sedangkan satu orang lainnya mengangkat kepala Harin yang tertunduk. “hei, Nona manis. Jangan pergi! Temanilah kami bermain! Hahahaha..” “SHIREOOO!!”,teriak Harin yang sebelumnya hanya dapat terdiam. “Ahh, tidak ada penolakan!”, mereka pun ingin langsung menyerang Harin. Harin segera memejamkan matanya sangat rapat, seakan-akan tak mau melihat dunia lagi. Hingga.. “Hei! Berani sekali kalian mengganggu seorang yeoja!” Mereka semua menenok kearah sumber suara. Seorang namja. Namja itu pun membantu Harin melepaskan pegangan para pemabuk tadi. Tanpa peduli tatapan aneh dari pria-pria mabuk tadi dan juga Harin. “Hei, kau pikir kau siapa,huh?!”, gertak si pemabuk lalu mulai mengeroyok si namja. Namun, ternyata namja itu sudah tau bahwa ini akan terjadi sehingga dia dapat menangkis pukulan pertama. Sang namja pun berkelahi melawan 3 orang pemabuk itu. Harin hanya bisa melihat dengan ngeri sambil terduduk lemas. Dia tak tahu harus melakukan apa. Sampai akhirnya, para pemabuk tadi sudah mulai lunglai melawan si namja, sehingga mereka pun berhasil di taklukkan. “Masih berani mengganggu yeoja? Hah?!”, bentak namja itu. “Err.. err”, setelah bergumam seperti itu, mereka pun kabur meninggalkan Harin yang ketakutan bersama si namja. “Gwenchana, Noona?” “Ne, gomawo dan.. maaf membuatmu seperti ini”, jawab Harin. Ya, dia merasa bersalah setelah melihat beberapa lebam di wajah namja tadi. Si namja mengulurkan tangan untuk membantu Harin berdiri dan Harin pun menerimanya. “Tak apa, itu sudah tugasku sebagai namja untuk melindungi yeoja,benar kan?” “Ah,ne. kau benar. Sekali lagi, aku sangat berterima kasih padamu” Namja itu hanya menatap Harin sekilas tanpa ekspresi, lalu pergi seolah-olah tak ada yang terjadi. *** “Kau melakukannya dengan sangat baik. Aku berterima kasih padamu,” “Ah, ne. Tak perlu berterima kasih. Itu sudah tugasku” “Hahaha, untuk bayaran, aku sudah menyiapkannya untukmu” “Tak perlu kau memikirkan bayaran. Lagian pula, misi ini baru dimulai dan belum selesai, Tuan” *** Kriingg.. Kriinngg.. Jam alarm Harin berbunyi. Dengan malas harin mematikannya. “Ahh, mengganggu sekali”, guman Harin kesal. Harin pun bangun dari tidurnya dan berjalan menuju kamar mandi. Hari ini dia bekerja di kafe tersebut, seperti biasa. Walaupun dia tak terlalu suka bekerja keras, namun dia harus melakukannya. Bagaimana dia bisa hidup jika tidak bekerja seperti ini? Beberapa saat, Harin pun sudah siap. Dia hendak keluar rumah jika dia tak melihat foto seorang yeoja manis bersama yeoja yang lebih tua sambil tersenyum. Terlihat keriput-keriput halus pada wajahnya yang juga cantik. Ya, itu adalah foto Harin bersama Eomma nya yang diletakkan di tembok berwarna putih itu. “Annyeong eomma? Bagaimana kabarmu disana? Apakah kau bahagia? Ahh,ne. kau pasti bahagia disana. Tidak ada anakmu yang usil ini,hehehe,” “ Eomma, akhirnya aku berusaha menghidupi diriku dengan hasil keringatku. Aku hebat bukan? Ne, tentu saja anakmu ini sangat hebat. Maaf, aku belum sempat ke pemakaman saat ini. Aku takut untuk ke pemakaman tanpa teman. Kan biasanya eomma yang selalu menemaniku. Benarkan eomma? Aku sangat merindukanmu,” “ Eomma.. Hiks.. Eomma..”, Harin mulai menangis saat sedang berusaha tegar di depan foto itu. Namun, tangisannya terhenti ketika terdengar teriakan seseorang dari luar, “Omoo! Aku akan terlambat bekerja di hari pertama!” Saat itu juga, Harin tersadar bahwa dia harus bekerja. Ia berhenti menangis dan menghapus sisa-sisa air matanya. “Annyeong eomma. Aku harus bekerja. Doakan aku ya? Aku juga akan selalu mendoakanmu”, kata Harin sebelum dia berangkat lalu member kissbye kearah foto itu. “Kurasa, itu suara namja yang kemarin?” *** Harin kembali melewati gang yang hampir menjadi saksi akan diserangnya dirinya oleh 3 orang pemabuk. Karena itu, dia lebih waspada hari ini. “Hei! Kemarin kau boleh selamat, tapi tidak hari ini. Hahaha!” DEG! Itu suara salah seorang dari 3 orang preman tadi. Ia datang dari arah berlawanan dengan Harin, tak seperti kemarin. Keringat dingin mulai mengucur di dahinya. Tubuhnya pun sudah mulai gemetaran. Harin ingin berlari, tapi rasanya seperti dia tak punya tenaga. Kakinya pun terasa sangat kaku untuk melangkah meski hanya untuk 1 langkah saja. Harin menengok ke belakang, tak ada seseorang pun. Percuma jika ia teriak, kerena lidahnya pun terasa kelu untuk berucap. “Kenapa?! Mencari pahlawanmu itu?! Hahaha!”, gertak si pemabuk. Namun, Harin tak takut mendengar kata-kata itu, bahkan ia hanya tersenyum. Ketakutan yang tadi dirasakannya berangsur menghilang. “Ya, pahlawannya sudah ada disini”,kata seorang namja di belakang si pemabuk. “K-kau.. Arrgghh!”, jawab si pemabuk lalu kabur dan pergi melewati Harin. Senyum Harin terkembang melihat namja itu. “Gomawo. Kau menyelamatkan ku lagi. Gomawo”, kata Harin sambil membungkukkan badan berkali-kali. “Sudah kubilang, itu sudah tugas seorang namja untuk melindungi yeoja,” “Tapi, kenapa bisa sangat kebetulan sekali ya?” “Tak perlu dipikirkan. Bukankah sudah cukup baik jika kau diselamatkan?” “Cih, dasar namja dingin. Tapi bagaimanapun, aku berhutang banyak padanya”batin Harin. “Cih, dasar namja dingin. Tapi bagaimanapun aku berhutang banyak padanya. Aku benar kan?” kata namja itu tiba-tiba. “M-Mwo?” Harin sontak membelalakkan matanya mendengar namja itu bisa mengungkapkan pikirannya. “Aku tau, kau pasti berpikir bagaimana caranya aku bisa membaca pikiranmu? Heh, semua yang kau pikirkan dan rasakan bisa kulihat dari raut wajahmu serta matamu” jawab namja itu tenang. Harin hanya terdiam mendengarnya. Tak tahu harus menjawab apa. Hingga akhirnya tanpa terasa mereka sudah sampai di jalan raya. Namja itu tetap mengikutinya sehingga membuat Harin sedikit tenang namun juga risih. “Mengapa kau mengikutiku? Kau takut aku diserang preman lagi?!” “Cih, jangan terlalu berharap!” jawab namja itu lalu berlalu pergi meninggalkan Harin dan menyeberang jalan. Harin hanya melengos sebal melihatnya. Akhirnya ia pun ikut menyeberang jalan. Namun, ketika Harin sedang meyeberangi jalan tersebut.. TIIINN TIIINNN “Kyaaaa!!” teriak Harin. Harin menutup matanya. “Eomma kurasa kita akan bertemu lagi..,” pikirnya yang sudah pasrah. Namun ia merasa ada seseorang yang ,memeluknya lalu mendorongnya hingga akhirnya ia terguling sampai ke trotoar yang tak jauh bersama dengan orang yang menolongnya itu. Harin membuka matanya, “Ternyata aku masih hidup. Mwo? Kau lagi-lagi…. menyelamatkanku. Aku benar-benar berhutang banyak padamu. Gomawo” Namja tadi hanya tersenyum miring mendengar pernyataan Harin. “Babo! Menyeberang saja tidak bisa” jawab namja tadi sambil terkekeh pelan. *** Sebuah bus berhenti tepat di depan mereka. Harin sudah menaiki bus tersebut, dan duduk dengan tenang di kursi dekat dengan pintu. Sampai ia melihat, “Omo! Mengapa ia mengikutiku lagi?” batin Harin ketika melihat namja itu juga memasuki bus yang dinaikinya dan duduk di sebelah Harin. “Mengapa kau mengikutiku terus? Aku ini ingin kerja!”, kata Harin pada namja itu. “Mwo? Siapa yang mengikutimu. Aku juga ada urusan, makanya aku menaiki bus ini. Sudah kubilang, jangan terlalu berharap!” “Yak! Huh, kalau aku tak mengingat hutang-hutangku itu, sudah kutarik mulutmu itu sejak tadi” kata Harin dalam hati. “Jangan tarik mulutku atau kau akan diserang ketiga pemabuk itu lagi!” “Jangan baca pikiranku lagi,” *** Harin turun dari bus tersebut ketika sudah sampai di tempat tujuannya. Jung’s Café. “Mengapa kau turun disini?” Tanya sebuah suara yang mengagetkannya. “Justru aku yang bertanya, mengapa kau disini? Ini tempat kerjaku,” Namja itu tak membalas ucapan Harin, ia malah masuk ke café tersebut dan duduk di salah satu bangku meninggalkan Harin yang sedang menatapnya kesal diluar. Kring kring Bunyi pintu ketika Harin membukanya. “Hariin!! Kau terlambat 5 menit! Cepatlah bantu aku, dari tadi aku yang menggantikan posisimu ini. Huh!” teriak seorang yeoja ketika Harin masuk. Harin mendekati yeoja itu lalu berbisik sambil melirik kearah para pengunjung café, “Kau ini jangan berteriak disini. Kau tidak malu pada para pengunjung hah?! Baiklah, mianhae. Tadi ada beberapa insiden yang membuatku terlambat,” bisik Harin. *** “Aiissshh! Kenapa namja itu kesini tapi tak memesan apa-apa?!” Kring kring Bunyi pintu dari Jung’s Café, tanda ada orang yang masuk. Seorang pria dengan perawakan tinggi mendekati Harin. Tentu saja karena Harin yang bertugas menerima pesanan. “Annyeong Haseyo, selamat datang di Jung’s Café. Mau pesan apa?” Tanya Harin dengan nada ceria. Diam-diam, seseorang dari mejanya tersenyum melihat tingkah yeoja tersebut. “Hm, aku hanya pesan 2 vanilla latte.” “Baik, pesanan akan siap 5 menit lagi. Terima kasih” jawab Harin sambil tersenyum. Namja tadi pun membalas senyumnya dan berjalan menuju salah satu meja, meja…. “Mwo? Ternyata dia teman si namja dingin” Setelah beberapa menit, pesanan mereka sudah jadi. Harin mengantarkan ke meja mereka. “Permisi. 2 vanilla latte?” Tanya Harin. “Ne. Gomawo” jawab namja yang tadi memesan. Harin hanya tersenyum namun pandangan matanya kearah ‘si namja dingin’ menunjukkan bahwa ia sedang kesal dengan namja itu. Lalu, ia pun meninggalkan meja tersebut. “Yeoja tak tahu terima kasih,” *** Harin memperhatikan dua namja tadi yang duduk di salah satu sudu café ini. Entah hanya perasaannya atau bukan, ia merasa bahwa sedari tadi mereka beberapa kali melirik kearah Harin. Terlihat dari raut wajah mereka, mereka sedang membicarakan sesuatu yang serius. Namun Harin tidak ingin tahu lebih jauh pembicaraan mereka. Ia memilih untuk kembali serius pada kerjaannya. “Annyeong Haseyo. Selamat datang di Jung’s Café. Mau pesan apa?” *** “Mungkin ini akan menjadi tugas terakhirmu. Jika kau berhasil, bawa dia untuk bertemu denganku, arra? Aku sangat berharap kau berhasil.” “Ne. Aku berjanji akan berhasil. Lihat saja nanti” “Tapi kau tahu kan seberapa ambisiusnya orang itu?” “Tentu saja, aku tahu” “Baiklah. Lagipula, aku sudah menyiapkan surat cerai padanya” “Terserah padamu, Tuan. Aku hanya berusaha menjalankan tugas ini dengan baik” *** Harin POV Tumben sekali hari ini aku tak melihat namja ‘misterius’ itu. Ya, dulu aku menjuluki nya ‘si namja dingin’ , sekarang aku menjulukinya ‘ si namja misterius’. Bagaimana tidak misterius jika ia selalu ada setiap kau kesulitan? Saat aku dikejar anjing, dimarahi pemilik café, saat aku hampir terjatuh, dan segalanya. Aku tidak marah atau apapun. Justru aku selalu senang ia selalu menolongku. Bahkan ia selalu datang ke café tempatku bekerja setiap hari. Misterius memang. Tapi aku suka. Aku sudah terbiasa dengan kehadirannya selama dua bulan ini. Hingga hari ini, aku tak melihat namja itu. Bahkan sampai saat sekarang ini, saat aku dalam perjalanan pulang dari tampat kerjaku itu. Kesal? Tentu saja. Kecewa? Hm, sangat. *** Krieekk Bunyi pintu rumahku saat kubuka. Kututup lagi pintu tersebut lalu menghidupkan lampu. Aku merasa sangat haus hingga akhirnya aku berjalan menuju dapur untuk mengambil minum. “Ahh, leganya” kataku setelah aku minum segelas air putih dingin dari kulkas. Ketika aku akan kembali ke ruang tengah, baru selangkah aku menjalankan kakiku.. “Nona Lee..” lirih seseorang. Author POV Harin kaget bukan main saat mendengar suara seseorang. Bagaimana bisa ada orang yang masuk, pintu rumah sedari tadi sudah kukunci! “Hahaha, aku disini,” Harin menoleh kearah sumber suara. Seorang pria berusia kira-kira 30 tahun berdiri beberapa meter di depan pintu masuk rumah sambil mengarahkan sebuah pistol kearah Harin. Omo! Apa aku akan dibunuh sekarang juga? Seperti Eommaku? Keringat dingin mulai mengucur di sekitar pelipis Harin. Kakinya mulai gemetar. Matanya terbelalak lebar. Pandangannya lurus melihat sebuah pistol yang mulutnya sedang mengarah padanya. Pistol yang seakan-akan menjadi saksi kematiannya sesaat lagi. “Ada kata-kata terakhir, Nona Lee?” kata namja itu lagi. Harin tak menjawab apa-apa. Lidahnya amat sangat merasa kelu untuk berbicara. Ia sudah pasrah pada takdir yang sudah Tuhan berikan kepadanya. Ia menutup matanya, lalu tersenyum. “Eomma, kita akan bertemu lagi,” DOORR Suara tembakan menggema di seluruh penjuru rumah ini. Namun, Harin tak merasakan perubahan pada dirinya. Perlahan, Harin pun membuka matanya. Mata Harin terbelalak sempurna ketika melihat pemandangan di depannya. Namja yang tadi akan membunuhnya sudah tergeletak di lantai dengan kepala berlumur darah. Di belakangnya, ia bisa melihat seseorang yang sepertinya tadi menembak ‘mantan calan pembunuh’ Harin. Si namja misterius. “Gwenchana, Harin-ah?” tanyanya kepada Harin. Ia bisa melihat betapa pucatnya wajah Harin saat ini. Ia pun berjalan mendekati Harin. “G.. Gwe.. Gwenchana.. Oppa” kata Harin terbata. Ia tak percaya bahwa namja ni juga akan tetap melindunginya. Dan.. Inilah pertama kalinya memanggil si namja misterius ‘Oppa’ Namja itu pun tersenyum. Senyuman yang berbeda dari biasanya. Senyuman yang sangat hangat. “Hahahahaha! Sudah kuduga ka akan datang, Marcus Cho!” sebuah suara berasal dari luar mengalihakan pembicaraan mereka berdua. Perlahan, pintu terbuka sehingga mereka bisa menyaksikan siapa pemilik suara tersebut. “Nyonya Park..” lirih Kyuhyun. Sedang Harin hanya bisa diam di tempat dan berpikir dalam hati, “Ternyata namamu… Marcus Cho,” “Ani. Bukan Nyonya Park, tapi Nyonya Lee! Hahaha” “Cih! Kau hanya merebut Tuan Lee dari Lee Cheonsa” Harin kaget bukan main saat mendengar nama Eommanya disebut. Bagaimana bisa namja ini tahu nama Eommanya dan tahu bahwa Appanya direbut wanita ini sedangkan dirinya tidak tahu. “A-apa m-maksudmu?” Tanya Harin terbata. “Huh! Dasar Lee Harin dan Lee Cheonsa! Pengganggu hidupku. Aku sudah berhasil menyisihkan Lee Cheonsa, sekarang giliranmu Lee Harin!” katanya sambil menatap tajam pada Harin. “Tak semudah itu, Nyonya Park,” balas Marcus Cho tak kalah tajamnya. “Diam kau, Marcus Cho! Aku ingin bercerita pada si pengganggu ini!” Harin hanya menatapnya geram saat mengetahui bahwa wanita ini yang telah merebut Appanya dari Eommanya, dan wanita ini pula yang sudah membunuh Eommanya. Sekarang… Ia ingin membunuh dirinya? “Sudah siap mendengar ceritaku? Hm, baiklah. Aku, Cheonsa, dan Donghae, Appamu itu, sudah bersahabat sejak kuliah. Kami bersahabat dengan sangat baik hingga mulai kusadari bahwa aku mencintai Donghae. Namun, tanpa kusangaka, Donghae menyatakan cintanya pada Cheonsa, bukan padaku. Hei! Apa dia buta? Aku jauuhh lebih cantik darinya!” “Namun hati dan pikiran Lee Cheonsa jauh lebih cantik” bantah Marcus Cho. “Diam kau!Aku belum selesai bercerita!” bentaknya kepada Marcus Cho lalu kembali bercerita. “Setelah kami lulus, Donghae melamar Cheonsa dan akhirnya menikah. Hei! Aku dilupakan oleh mereka. Perasaanku saat itu sangat sakit. Hatiku serasa remuk. Sejak saat itu, aku berusaha membalas dendam pada LEE CHEONSA!” Harin merasa hatinya sangat panas mendengar sebagian cerita dari wanita itu. Air mata mulai membanjiri pipinya. Wanita itu benar-benar bercerita seperti sedang membaca skrip sebuah drama. “Menangislah, Lee Harin! Hahaha. Aku mempunyai cara tersendiri untuk menyingkirkan Cheonsa. Setelah mereka menikah, aku selalu berkata padanya segala tentang kejelekan Cheonsa..” “yang kau rekayasa. Am I right?” potong Marcus Cho dengan cepat. “Ne, kau benar. Aku berkata bahwa Cheonsa itu berselingkuh, wanita jalang..” “Tapi kau lah wanita jalang itu!” kini Harin yang memotong. “Hei dengarkan aku dulu! Aku tak suka dipotong saat bicara! Kalian berdua sama saja!” “ Huh, Awalnya Donghae tak percaya. Namun, aku membuat foto rekayasa Cheonsa sedang bermesraan dengan namja lain. Dan saat itu juga, Donghae marah besar lalu membuat surat cerai, dan akhirnya mereka bercerai saat Cheonsa sedang hamil 7 bulan. Hahahaha! Selang beberapa bulan, Donghae melamarku dan kami pun menikah. Hahahaha! Namun, 1 tahun setelah kami menikah, Donghae selalu mengigau nama Cheonsa dan namamu. Ya, walaupun mereka sudah bercerai, ia tetap mencari segala info tentang anaknya. Aku muak dengan semua itu.” “Hingga akhirnya, ia berkata padaku bahwa ia menyesal telah meninggalkanmu dan Cheonsa. Hei! Aku istrinya dan dia bilang dia menyesal meninggalkan dua orang wanita lain? Seperti biasa, aku selalu bersaha membalas sakit hatiku ini! Beberapa tahun kemudian, tepatnya tahun ini, aku menjalankan aksiku ini. Membunuh Lee Cheonsa. Aku berhasil seperti yang kau tahu, hahaha! Setelah Donghae tahu Cheonsa meninggal, dia terlihat sangat depresi, tentu saja aku berkata bahwa mungkin dia meninggal karena sakit” “Sejak saat itu, ia tak pernah mengigau nama Cheonsa lagi, tapi namamu. Karena itulah, aku ingin MEMBUNUHMU!” teriak wanita itu pada akhirnya. Tubuh Harin gemetar mendengar cerita itu. Dasar! Wanita kejam kau! batin Harin. “K-kau.. tega sekali menghancurkan keluarga ini, membunuh Eommaku! Dan sekaramg, kau mau membunuhku hah?! Hanya karena masalah pribadi, kau akan membunuh dua orang hah?!” bentak Harin. Emosnya benar-benar memuncak sekarang. “Aku akan melakukan apa saja demi kebahagiaanku, hahaha!” “Sudah cukup ceritanya? Tapi aku rasa, kau tak bisa begitu saja membunuh Harin, Nyonya Park” lirih Marcus Cho. “Memang bukan aku yang akan membunuhnya!” jawab Nyonya Park sambil mengeluarkan pistol yang diarahkan ke arah Marcus Cho yang berada tepat di depan Harin. Marcus Cho pun ikut mengarahkan pistolnya kearah wanita tersebut. Sebenarnya, Marcus Cho dan Harin kaget bukan main. Jadi, apa maksud dari semua permainan wanita ini sebenarnya? Dan benar saja, tiba-tiba sebuah pistol sudah berada di pelipis kanan Harin. Seorang pria berkacamata hitam yang berada di belakangnyalah yang memegang pistol itu. Pria itu menyeringai tipis. Ia menunggu perintah selanjutnya dari Nyonya Park. “Sepertinya akan ada 2 korban hari ini! Hahaha!” kata Nyonya Park sambil tertawa khasnya. Sedang Harin yang terlihat panik, Marcus Cho sedang memikirkan jalan keluarnya. “ Ia orang yang mudah terkejut,” Kata-kata itu terngiang di kepala Marcus Cho hingga akhirnya ia berteriak, ”Harin-ah,tetap fokus perhatikan aku!” Harin yang tak tahu harus melakukan apa pun menuruti permintaan ‘konyol’ Marcus Cho. Namun ia yakin, itu adalah jalan terbaik untuknya. Nyonya Park hanya tersenyum miring mendengar teriakan Marcus Cho, lalu perlahan, ia mulai menekan pistolnya, hingga.. DOORR Sebuah peluru meluncur. Namun, Marcus Cho berhasil menjatuhkan diri. Harin yang sdari tadi fokus memperhatikannya pun ikut menjatuhkan diri. Kejadian itu berlangsung cepat hingga Nyonya Park dan anak buahnya tak dapat melakukan aksi apapun. Peluru yang diluncurkan Nyonya Park pun berhasil mengenai dahi anak buahnya, dan kesempatan jatuh marcus Cho pun tak disia-siakannya. Ia meluncurkan sebuah tembakan kearah lengan tangan wanita itu yang sedang memegang sebuah pistol. DOORR “Arrgghh, sialan kau Marcus Cho!” umpat Nyonya Park sambil memegangi lengan kanannya yang terluka. Harin menatap tak percaya pemandangan di depannya. Rumahnya yang dulu damai, sekarang menjadi… tempat pembunuhan. Lalu, Marcus Cho pun mengeluarkan walkie talkie dari saku celananya. “Misi berhasil. Ulangi, misi berhasil” ujar Marcus Cho pada alat tersebut. Tiba-tiba, datanglah beberapa orang dari kepolisian menangkap Nyonya Park dan membawa jasad 2 anak buahnya. “Arrgghh!! Lepaskan!!” teriak Nyonya Park. “Kau ingin dilepas setelah menjadi biang pembunuhan Lee Cheonsa?! Hah?!” gertak salah seorang polisi yang ternyata pria yang dulu ditemui Marcus Cho di Jung’s Café. Harin diam tak bergeming di tempatnya. Misi? Jadi semua ini hanya misi? Bukan ‘tugas seorang namja untuk melindungi yeoja?” *** Marcus Cho membawa Harin ke sebuah gedung tinggi. Gedung perusahaan Lee Corporation. Marcus Cho membawa Harin ke sebuah ruangan, yaitu ruangan Direktur. Sat pintu terbuka, terlihat seorang pria berkacamata tengah duduk di sebuah kursi besar di belakang mejanya tersenyum kearah mereka. “Selamat datang Marcus Cho, Lee Harin” ujar pria itu. Marcus Cho berjalan mendekati pria tersebut, Harin mengikuti dari belakang dan berhenti setelah berjarak 1 meter darinya. “Kau berhasil, Marcus Cho” uar pria itu lagi. “Berhasil? Apa maksudnya ini?!” batin Harin. “Harin-ah?” panggil pria tadi. Pria itu pun bangkit dari tempat duduknya. “Annyeong. Aku.. Lee Donghae” lanjut pria itu sedikit ragu. Harin termangu tak percaya. Ia bertemu dengan sosok Appanya yang meninggalkannya saat berusia 7 bulan di kandungan Eommanya? “Mianhae..” lirih pria itu lagi. Marcus Cho tetap berdiri dengan pandangan lurus kedepan, sambil sesekali menoleh kearah belakang, kearah Harin. “N-Nae Appa?” Tanya Harin ragu. Ia memang tak membenci Appanya setelah mendengar cerita dari Nyonya Park. Matanya berkaca-kaca menggambarkan kerinduan yang amat sangat mendalam. Lee Donghae pun keluar dari mejanya dan mulai berjalan kearah Harin. “Ne” jawabnya singkat. Tanpa basa-basi lagi, Harin langsung berlari dan memeluk Appa-nya itu. Donghae yang sempat kaget kemudian tersenyum dan membalas pelukannya pada Harin. “Mianhae.. Jeongmal mianhae..”lirihnya pelan. “Ne.. Bogoshippeo Appa.. Bogoshippeo..” balas Harin denga suara pelan. Marcus Cho tersenyum melihat adegan haru didepannya. Ia ikut behagia melihat Harin senang. “Harin-ah, mulai sekarang, kau tinggal di rumah Appa, arra? Tinggalkan café itu, kau tidak perlu lagi disana” jelas Donghae setelah melepas pelukannya. Harin hanya mengangguk sebagai sebuah jawaban. Dan Donghae pun tersenyum. Pandangan Donghae beralih kearah Marcus Cho, lalu ia tersenyum. “Gomawo, Marcus Cho. Ini bayaran yang telah kujanjikan” “Sudah kubilang, aku tak memerlu..” “KAU JAHAT!” Omongan Marcus Cho terpotong saat Harin menatapnya dengan geram. “Selama ini kau hanya bilang ‘itulah tugas namja untuk melindungi yeoja’ ! Tapi nyatanya, kau melindungiku untuk mendapat bayaran? Begitu?” Marcus Cho tertegun mendengarnya. Ia ingin membela bahwa dirinya tak memerlukan bayaran. Tapi saat ini, saat melihat airmata yeoja itu, ia seakan tak berani berkata apa-apa lagi. “Aku membencimu,” kata Harin cepat sesaat sebelum ia meninggalkan ruangan Appanya. Donghae dan Marcus Cho hanya terdiam melihat kepergiannya. Terkejut melihat sikap Harin itu. *** 3 bulan kemudian.. Harin sudah tinggal di rumah Appa-nya. Semenjak insiden hamper terbunuhnya harin, ia tak diperbolehkan lagi keluar rumah sendirian. Terlebih lagi, Marcus Cho yang seharusnya melindunginya sudah tak mau menjalankan tugas itu. Harin terpukul sekali saat mendengar hal tersebut. *** “Appa..” panggil Harin saat sedang sarapan bersama. “Ne?” “Aku… Aku mau bermain ke taman hari ini,” Donghae sempat berhenti dari kegiatan makannya tersebut. Harin pun merasa bahwa ayahnya akan marah. “Kau yakin?” Tanya Donghae akhirnya. Sebagai jawaban, Harin hanya mengangguk dengan tegas. Donghae masih memikirkannya. “Baiklah, kau boleh pergi kesana. Tapi, appa punya satu permintaan terlebih dahulu,” *** “Cheonsa.. Ini aku,” lirih Donghae tepat di makam mantan istrinya tersebut. Harin pun berjalan mendekati ayahnya. “Mianhae.. Jeongmal mianhae..” “Aku.. Aku masih mencintaimu.. Sangat mencintaimu.. Maafkan aku.. Aku mohon, Cheosa-ah..” lirih Donghae yang akhirnya menangis. Harin yang melihatnya pun turut menangis. “Aku selalu mengawasimu dan Harin setelah pergi meninggalkanmu, melalui seseorang.. Seseorang yang telah menyelamatkan hidup anak kita.. Tapi, ia gagal menyelamatkan hidupmu,” Harin tersentak kaget. Marcus Cho hanya berusia beberapa tahun diatasnya, namun, sudah mengawasinya sejak kecil? “Maafkan aku, aku yang terlambat member perintah kepadanya.. bahkan aku hamper tak tahu tentang pembunuhanmu ini..” “Sebenarnya.. ia anak dari sahabat kita dulu juga, kau ingat? Cho Junho,” “Bahkan ia sudah kutugaskan saat masih berusia 6 tahun..” “Maaf, aku gagal melindungimu..” *** Harin langsung pergi ka taman saat mendengar monolog Appa-nya di pemakaman tadi. Ia shock. Sungguh. Tak percaya akan mendapati suatu hal yang sangat sulit dipercaya baginya. Marcus Cho, telah mengawasi hamper seluruh hidupnya. Harin baru saja akan melangkahkan kakinya ke sebuah bangku taman jika saja tak mendapati pemandangan menyakitkan dihadapannya. Marcus Cho, sedang tertawa dengan riangnya dengan seorang yeoja. Misi baru lagi, marcus Cho? Batin Harin. Perlu diakui, bahwa dia memang sudah memendam perasaan, sejak pertama kali bertemu pada Marcus Cho. “Harin-ah..” Namja itu menyadari kehadiran Harin. Harin hanya tersenyum kecil lalu membungkuk hormat kepada namja itu, lalu ia pun pergi meninggalkan taman ini. “Kejarlah..” ucap yeoja manis yang sejak tadi bersama Kyuhyun. “Ne, Noona..” Marcus Cho segera berlari mengejar Harin. Hingga akhirnya, ia berhasil mencekal tangan Harin. “Ada yang perlu kubicarakan, Harin-ah..” *** Harin dan marcus Cho duduk di sebuah bangku taman dalam keheningan. “Aku bukan Marcus Cho,” kata namja itu akhirnya. Harin menoleh dengan pandangan bertanya-tanya. “Aku Cho Kyuhyun. Marcus Cho, hanya nama samaran,” Harin hanya mengangguk pelan tanda ia mengerti. “Apa kau benar telah mengawasiku sejak kau berusia 6 tahun?” Tanya harin akhirnya. “Akhirnya kau mengetahuinya juga,” “Saat tugas pertama itu, aku melihat kau sedang berada di ladang bunga matahari,” Harin mendengarkan dengan seksama cerita tersebut. “Aku mengikutimu masuk, namun aku kehilangan jejakmu. Aku terus mengitari ladang tersebut, namun aku tak kunjung menemukanmu. Hingga akhirnya, aku hanya duduk terdiam. Bahkan aku tak menemukan jalan keluar,” “Namun, seorang gadis kecil membantuku dengan tulusnya dan dengan senyum cerianya. Gadis itulah yang semestinya aku awasi dan aku bantu. Namun, malah ia yang membantuku.” “Sejak saat itu, aku jatuh cinta padanya. Yaa, aku memang masih terlalu kecil untuk jatuh cinta saat itu. Namun, semakin aku dewasa, aku semakin menyadari perasaan itu setiap mengawasinya,” Harin tersentak tak percaya mendengar kata-kata tersebut. Begitu manis bagi dirinya. Kyuhyun menatap Harin lama hingga akhirnya ia menarik tangan yeoja itu lalu menempelkannya di dadanya. “Inilah cepatnya jantungku saat bersamamu,” ujar Kyuhyun lagi. “Dan aku yakin, kau juga seperti itu. Karena itu.. terlihat dari matamu,” *** Kyuhyun dan Harin menuju salah satu ruangan di Lee Corporation. Tentu saja ruangan sang direktur. Saat pintu dibuka, tampak seorang Lee Donghae sedang menandatangani beberapa berkas di mejanya. “Ada yang ingin kubicarakan”, kata Kyuhyun setelah berapa 1 meter dari meja Lee Donghae. Harin berdiri disebelahnya. “Aku..ingin meminta bayaran itu, tapi bukan berupa uang”, lanjutnya lagi. Harin turut menatapnya aneh. “Lalu?” Tanya Lee Donghae mengalihkan perhatiannya dari berkas-berkas yang ingin ditandatanganinya. “Izinkan aku menikahi putrimu, Lee Harin, Tuan” END Namja Hedgehog
Posted on: Thu, 18 Jul 2013 05:53:41 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015