My lovely angel Chap.5 Author : Mizuira kumiko, - TopicsExpress



          

My lovely angel Chap.5 Author : Mizuira kumiko, T Disclaimer : Masashi Kishimoto Genre : Romance/Fantasy/Hurt/Comfort Rated : T Warning : AU, OOC Chapter 5 ##My Lovely Angel## Seorang gadis berambut merah muda panjang nampak tertidur dengan pulasnya ketika seorang laki-laki berambut coklat panjang itu berdiri di ambang pintu. Di kedua tangannya terdapat nampan yang di atasnya berisi semangkuk bubur dan segelas air putih. Laki-laki berbadan tegap itu berjalan mendekat menuju sisi ranjang dan menaruh nampan itu di atas buffet kecil di sisi ranjang. Sebuah senyuman yang teramat manis terlukis di bibir tipisnya. Sepasang mata lavender itu nampak berkilauan karena tertimpa cahaya matahari yang menyeruak masuk melalui jendela yang terbuka. Angin berhembus menggoyangkan gorden berwarna manila itu dengan lembut, mengantarkan kesejukan di dalam ruangan kamar yang cukup luas itu. Dengan serta membuat beberapa anak rambut merah muda gadis itu bergerak-gerak menutupi wajahnya yang putih, teramat putih. Dan sebuah tangan menyapukan anak rambut itu untuk kembali ke tempatnya. Seperti malaikat… atau jangan-jangan kau memang seorang malaikat, Sakura, gumam laki-laki itu dan mengelus-ngelus pipi Sakura. Tak ayal karena gerakan yang di buat oleh Neji itu membuat Sakura jadi terbangun dari alam bawah sadarnya. Dengan perlahan kedua kelopak mata itu terbuka dan menampilkan sepasang bola mata giok yang cantik. Ngg… Neji, ucapnya sambil tersenyum. Hn. Sudah lebih baik kah? tanya Neji dan membantu Sakura untuk bangun dari tidurnya menjadi duduk. Menaruh beberapa bantal untuk menjadi sandaran punggung gadis itu. Dengan semangat Sakura menjawabnya hanya dengan anggukan kepala. Lalu kedua mata emeraldnya mengerling ke arah jendela. Melihat keadaan langit yang sangat bersahabat. Angin sejuk kembali menyeruak masuk. Suara kicauan burung di luar sana menjadi penyambut gadis itu ketika bangun. Neji mengikuti arah pandang Sakura. Hn. Cuaca hari ini sungguh bagus. Mendekat kearah sisi jendela. Menyibakan gorden itu untuk membiarkan cahaya sang matahari lebih banyak masuk kedalam ruangan itu. Uhm… Ne-Neji.. panggil Sakura gugup. Hn. Apa aku benar-benar boleh tinggal di sini. Bersama dirimu dan… Hinata? Sejenak kedua mata lavender itu memandang wajah sang gadis berambut merah muda dengan pandangan yang sangat sulit di artikan oleh sang gadis. Tentu saja. Kau boleh tinggal di sini semaumu. Entah kenapa Sakura sedikit merasakan perasaan aneh ketika mendengar penuturan Neji. Be-begitu. Terima kasih. Hn. Mereka terdiam selang beberapa menit. Yang terdengar samar-samar oleh keduanya adalah suara hembusan angin dan kicauan burung di langit. Namun, tak beberapa kemudian terdengar suara gaduh dari kamar sebelah, kamar Hinata. Dan sebuah suara yang amat berisik dan agak cempreng terdengar dari arah kamar itu. Yang dapat di kenali oleh Sakura dan Neji bahwa pemilik suara itu adalah seorang laki-laki berambut kuning seperti matahari, Naruto. Dia menginap di sini, ucap Neji menjawab pandangan bertanya yang Sakura lemparkan kepadanya soal perihal suara berisik itu. Tunggu sebentar! Aku akan segera kembali, ucap Neji dan berjalan pelan meninggalkan sisi jendela. Akh..terlupakan. Sakura… makanlah bubur itu. Dibandingkan sebuah ucapan melainkan itu merupakan sebuah perintah bagi indera pendengar Sakura. Baik! Kedua mata emerald itu memandang ke atas buffet di samping tempat tidurnya. Semangkuk bubur yang masih mengeluarkan kepulan asap tipis. Diraihnya mangkuk itu dan memandangnya dengan tatapan yang tak biasa. Ini… apa makanan yang sering di makan oleh manusia jika waktu pagi yach? gumam Sakura dan memandang lekat-lekat isi dari mangkuk itu. Banyak gundukan berwarna putih seperti awan yang di atasnya terdapat potongan-potongan kecil berwarna hijau, berserakan seperti sebuah daun. Terlebih nama makanan ini aneh, komentar Sakura lagi. Apa rasanya juga aneh yach? Sakura kembali berkomentar namun kali ini sebelah tangannya terjulur untuk mengambil sebuah sendok. Di isinya sendok itu oleh bubur dengan penuh dan dia dekatkan dengan mulutnya. Sedikit ragu terpatri di wajahnya ketika akan menempelkan sendok itu ke bibirnya. Dengan mata yang sengaja di tutupnya dia memasukan sendok itu kedalam mulutnya. Sensasi aneh yang tak pernah dia dapatkan terasa di dalam mulutnya. Lidahnya terasa menemukan sesuatu yang lembut ketika menyentuh gundukan putih itu. Setelahnya dia menelan habis semua yang ada di dalam mulutnya. Kedua matanya kembali terbuka. Rasanya… enak juga, gumam Sakura dan tersenyum senang. Dia kembali mengambil makanan yang bernama bubur itu untuk sendok yang kedua, dan seterusnya. . . Bisakah di sepagi ini kau pelankan suaramu, Naruto? Neji mengatakannya dengan agak sinis. Kedua mata lavendernya memandang Hinata yang sudah ikut juga terbangun. Gadis berambut indigo tersebut terduduk dengan lesu di atas tempat tidurnya. Walaupun terlihat sudah jauh lebih dari kata baik namun tetap saja.. ekspresi wajahnya nampak kelelahan dan pucat, sangat pucat. Neji… bagaimana kalau kita jalan-jalan pagi bersama Hinata dan Sakura? celetuk Naruto tanpa tahu situasi di kamar itu. Dan juga tak melihat ataupun jeli dengan keadaan Hinata yang lemah. Naruto.. lirih Hinata sedih dan teramat pelan. Mengertilah, Naruto! Kondisi Hinata masih sangat lemah. Cerca Neji dan duduk di samping tempat tidur Hinata. Membantunya untuk kembali berbaring, menyelimutinya dengan selimut tebal. Setelahnya dia membuka jendela yang menuju ke balkon kamar Hinata. Membiarkan sinar mentari masuk dan menghangatkan tubuh Hinata. Begitu. Ya, sudah. Ucap Naruto tak semangat dan berjalan keluar dari kamar Hinata dengan lunglai, seperti sama sekali tak ada tenaga. Ngomong-ngomong, Hinata… kenapa Naruto bisa ada di kamarmu? tanya Neji setelah sosok Naruto menghilang di ambang pintu, entah pergi kemana sepertinya pemuda berambut coklat itu tak perduli. Kulit di kedua pipi Hinata bersemu merah, kedua jari telunjuknya bermain di depan dada. A-aku juga tidak tahu ke-kenapa Na-Naruto bisa ada di kamarku, jawabnya malu-malu. ##My Lovely Angel## Ruangan luas itu di dominasi oleh warna biru tua dan hitam. Di dalamnya hanya ada sebuah tempat tidur king size, juga sebuah lemari besar yang menempel di dinding kamarnya, lalu sebuah meja belajar beserta sebuah laptop di atasnya dan satu rak buku kecil berisi buku-buku yang lumayan tebal. Sedangkan lantai dari kamar itu di lapisi dengan karpet tebal bermotif awan merah. Dan tak lupa sebuah televise berukuran sedang beserta ruang kamar mandi. Di atas tempat tidur itu terbaring seorang pemuda berambut emo dengan posisi terlentang. Kedua mata onyx-nya menatap langit-langit kamarnya sendiri. Pandangan matanya menerawang jauh pada saat di hari dia bertemu dengan seorang gadis yang berbeda menurutnya. Dari sikap, cara bicara, pandangan matanya, gerakan tubuhnya, semuanya. Di benak pemuda berambut emo itu terbayang sosok seorang gadis berambut cherry dengan mata giok indahnya. Bibirnya yang mungil terbayang tengah tersenyum ke padanya. Tak ayal membuat pemuda berambut emo itu juga menyunggingkan senyuman. Setelahnya dia menggulingkan badannya ke samping kiri membelakangi pintu kamarnya sendiri. Tiba-tiba saja dia menutup kepalanya dengan bantal dan terdengar dera tawa di kamar sunyi itu. Baru pertama kali ini seorang Uchiha seperti dirinya dibuat tertawa-tawa sendiri oleh seorang gadis yang baru di temuinya. Jika ada yang melihatnya sedang seperti ini pasti orang itu akan langsung pingsan karena sangat tak biasanya pemandangan yang dilihatnya. Sakura… Haruno… sangat pantas sekali, gumam Sasuke. . . Tidak mudah mencari satu orang gadis yang menolong adikmu di kota sebesar ini, Itachi, keluh seseorang dari sebrang telefon. Suaranya terdengar berat dan serak basah menandakan jika yang berbicara tadi adalah seorang laki-laki. Yeah…aku tahu itu. Terdengar dari sebrang telefon helaan nafas berat dan terdengar kembali suara baritone itu. Baiklah! Akan ku carikan. Lalu di mana adikmu di temukan? Angel street… kau tahu kan daerah itu? ucap Itachi dan menutup kedua mata ony-nya sesaat. Akan ku cari gadis itu dari sana. Tunggu saja kabar dariku! Terima kasih. Kau memang benar-benar sahabatku, Pein, ucap Itachi dan tersenyum sumringah. Sedetik kemudian dia menutup sambungan telefon karena tidak ada yang perlu di bicarakannya dengan rekannya itu. Setelahnya dia berdiri dari duduk santainya di depan laptop yang terbuka. Layar laptop yang menampilkan sesosok bidadari berambut pendek senada dengan warna bunga sakura. Itachi berjalan santai menuju balkon kamarnya. Udara mentari pagi di selingi kicauan burung membuat suasana hatinya tergambar sama dengan cuaca langit yang cerah. Pandangan matanya menerawang jauh ke atas. Apa dia tidak ingat padaku? Apa dia gadis yang sama yang aku tolong waktu itu? Dua pertanyaan itu terus saja melekat di pikirannya setelah dia bertemu dengan seorang gadis bernama Sakura Haruno kemarin. Benarkah dia seorang malaikat yang berasal dari langit di atas sana? tanya Itachi pada dirinya sendiri. ##My Lovely Angel## Benda ini seperti menyimpan suatu kekuatan aneh, batin seorang gadis berambut merah marun yang tengah duduk di kursi depan meja riasnya. Kedua mata yang sewarna dengan berlian rubby itu menatap lekat sebuah benda yang menggantung di tangan kanannya. Sebuah kalung dengan rantai putih dan berbandul sepasang sayap yang juga berwarna putih. Menghela nafas berat dia kembali memakaikan kalung itu di lehernya. Namun, tiba-tiba saja kedua alisnya berkerut satu sama lain. Gadis itu sedang berpikir sesuatu. Apa aku bisa bertemu dengan pemuda yang ku tolong itu lagi tidak yach? sebuah pertanyaan meluncur dari bibir gadis berambut merah itu. Dan ternyata hal itu yang sedang di pikirkannya. Atau lebih tepatnya mengganggu pikirannya. Pasalnya dia sama sekali tidak bisa melupakan wajah orang yang di tolongnya. Seorang pemuda berwajah tampan dengan kedua mata onyx-nya yang memukau walaupun di tengah gelapnya malam. Dan suara baritone yang di keluarkan oleh pemuda itu. Juga sebuah segaris senyum yang melengkung di bibirnya. Ukh.. sungguh tak bisa gadis berambut merah itu lupakan. Di dalam hatinya dia optimis pasti dia akan bertemu dengan pemuda itu lagi dalam keadaan yang lebih baik. Bukan dalam keadaan buruk sewaktu dia tergeletak di jalanan dengan luka seperti itu. Gadis itu membentuk sebuah senyuman di bibirnya. Pasti. Aku yakin kita akan bertemu, batinnya dan kemudian mengambil sebuah sisir untuk menyisir rambut merah panjangnya dengan pelan. Tok.. tok.. tok.. Karin… ayo sarapan! sebuah suara lembut namun ada ketegasan di dalamnya terdengar dari arah luar pintu kamar berukuran sedang itu. Iya, bu. Aku segera ke meja makan, balas gadis yang di panggil Karin itu dan mempercepat gerakan menyisir rambutnya itu. . . Mangkuk yang tadinya berisi sepenuh bubur itu sudah tandas ketika seorang pemuda berambut kuning jabrik masuk kedalam kamar Sakura yang tak di kunci. Sebuah senyuman yang cerah terpatri di bibirnya. Selamat pagi, Sakura, sapa Naruto dan berjalan mendekat pada gadis itu yang tengah berada di dekat jendela. Gadis itu yang merasa di panggil namanya menoleh sedikit untuk memastikan apakah benar orang itu adalah Naruto sesuai dengan aura yang dirasakannya. Selamat pagi juga, Naruto, balas Sakura ramah. .. Sakura maupun Naruto sama-sama terdiam setelah ucapan selamat pagi itu. Pasalnya mereka kan baru bertemu dan belum akrab satu sama lain. Jadi, keduanya bingung akan membicarakan topik apa. Sudah merasa lebih baik? Akhirnya Naruto menemukan arah pembicaraan yang tepat. Sakura berjalan menuju balkon kamarnya sendiri. Uhm.. sudah, jawabnya tanpa menengok Naruto yang berjalan mengikutinya di belakang. Terima kasih sudah menanyakan keadaanku, Naruto. Kau memang sangat baik pada orang asing, ucap Sakura dan pandangan matanya menerawang jauh keatas langit. O-oh, sama-sama. Jawab Naruto kaku. Dia menyenderkan punggungnya pada pagar kayu yang berplitur hitam, di samping Sakura yang tengah menopangkan kedua sikutnya untuk menahan wajahnya. Hinata juga sudah membaik keadaannya, tutur Naruto kembali membuka topic pembicaraan. Kau tahu? Menurutku hukum di dunia ini tidak adil, ucap Sakura dan pandangan matanya tertuju pada langit. Naruto mulai tidak mengerti arah pembicaraan yang di maksud gadis di sampingnya ini. Memberikan sebuah cobaan yang berat pada orang yang lemah hatinya,Sakura kembali bersuara.Juga membebani pikiran orang itu. Aku tidak mengerti sama sekali.. ucap Naruto dan menautkan kedua alisnya satu sama lain. Keningnya sedikit terlipat. Apakah itu sudah takdir yang di gariskan Tuhan kepadanya? gadis berambut merah jambu itu kembali mengucapkan kata-kata yang tidak di mengerti oleh Naruto. Takdir? Uhm… takdir untuk selamanya terkurung oleh aturan dan hukum yang sudah di tetapkan, jawab Sakura dan melirik Naruto dengan ekor matanya. Apa dia membicarakan Hinata? batin Naruto berbicara. Salah satu takdir yang harus ku jalankan di atas sana… menjadi tuan putri dan menikah dengannya. Batin Sakura miris mengingat kejadian apa sebelum dia pergi dari tempat itu. Sakura… aku akan pergi ke rumah sakit bersama Hinata. Keberatankah kau untuk menjaga rumah kita sementara waktu? Sakura menengok ke asal suara dan memandang senang ke arah pemuda berambut coklat panjang itu. Tentu saja aku mau, jawabnya semangat. Rasanya kabut yang berada di dalam hatinya mulai menghilang setelah mendengar ucapan Neji yang menyebutkan rumah kita bukan rumahku. Kata-kata itu berarti Sakura sudah sepenuhnya di terima oleh Hinata dan Neji. Neji memandang sinis ke arah Naruto yang sedang senyum-senyum tak jelas. Kau ikut juga, perintah Neji dan keluar begitu saja dari kamar Sakura. Kita lanjutkan ngobrolnya nanti lagi. Ya, Sakura? ucap Naruto dan menepuk pelan bahu kiri Sakura. Iya. Tentu. Dan dengan jawaban terakhir dari Sakura itu sosok Naruto meninggalkannya sendirian. Berendam sepertinya menyenangkan, gumam Sakura dan berjalan pelan meningglkan balkon kamarnya menuju kamar mandi. Di bukanya pintu kamar mandi itu dan di tutupnya kembali. Selang beberapa menit terdengar suara kran di buka dan bunyi gemericik air. ##My Lovely Angel## Dua pulih menit berlalu semenjak Neji, Hinata dan Naruto meninggalkannya sendirian di rumah sebesar itu. Hmm, tak sendirian juga sich. Ada beberapa pembantu yang berjalan mondar-mandir sekedar membersihkan ruangan atau mengecek sesuatu. Sakura tak terlalu memikirkan hal itu. Dan kini setelah sepuluh menit yang lalu dia bergulat dengan sebuah lemari yang berisi berbagai macam pakaian, akhirnya dia selesai dengan memakai pakaian terusan selutut berwarna putih tangpa lengan dengan kerutan di perut juga sebuah pita besar yang terjahit di bagian belakang pinggangnya. Kedua ujung dari pita besar itu begerak-gerak kesana kemari karena hembusan angin yang lumayan kencang jika dari atas balkon ini. Kedua kaki jenjang yang putih mulus yang di bungkus dengan sepatu mungil berwarna putih itu mulai berjalan mendekati pagar kayu pembatas. Sebuah keraguan nampak jelas di kedua mata emeraldnya. Aku masih bisa merasakannya. Kekuatanku belum hilang sama sekali. Terbukti aku mengenali aura orang yang mendekatiku seperti halnya Naruto tadi. Pikir Sakura keras. Namun ada pikiran lain yang mengganggunya. Dia harus mencari kalungnya, sumber kekuatan sejatinya yang terjatuh entah di mana. Ukh..ini sungguh mengesalkan menurut Sakura. Sakura memejamkan kedua matanya sejenak, dan kemudian membukanya kembali bersamaan munculnya sepasang sayap putih cantik di belakang punggungnya. Sakura mulai menggerak-gerakan kedua sayapnya seirama membuat suara kepakan halus di tempat itu. Dan tak lama kemudian kedua kakinya yang menapak di lantai sudah tak menyentuhnya sama sekali. Melayang. Tubuhnya yang seolah ringan itu melayang. Dengan perlahan-lahan naik tinggi ke atas. Yang kini terlihat hanyalah balkon kamarnya yang berukuran kecil jika di lihat dari atas seperti ini. Maka Sakura kembali mengepakan kedua sayapnya untuk terbang lebih tinggi lagi, lagi, dan lagi. Dan yang kini terlihat adalah rumah besar kediaman Hyuuga menjadi sangat, sangat kecil dari atas. Udara yang berhembus di langit, yang lumayan sedikit kencang menggoyangkan dress yang dia kenakan dan rambut mera mudanya. Dengan sebuah senyuman terlukis di bibir mungilnya Sakura mulai terbang ke depan. Kedua tangannya menyentuh dadanya sendiri. Akan ku cari, ucapnya. . . Kau mau pergi kemana, Sasuke? Tanya Ibunya, Mikoto Uchiha ketika melihat anak bungsunya berjalan turun menuruni anak tangga dengan sedikit terburu-buru dari ruang tengah. Hn. Jalan-jalan, jawabnya singkat. Menurutku pakaian yang kau kenakan seperti akan kencan saja, Sasuke, ucap Itachi jahil dari ruang tv. Sedikit rona merah terlihat di kedua pipi Sasuke. Memangnya apa yang salah dengan penampilannya. Hanya atasan kemeja berwarna putih polos berlengan panjang, namun sengaja Sasuke gulungkan sebatas siku. Bawahan hanya celana jeans biru. Tak aneh dengan gaya rambutnya juga karena bergaya seperti biasanya. Tidak. Sanggah Sasuke dan cepat-cepat berjalan melewati Itachi dan ibunya yang tersenyum aneh melihatnya. Dengan segera sebelah tangannya mencapai knop pintu bersiap keluar sepenuhnya dari kediaman Uchiha. Namun, terdengar samar-samar bahwa Ibunya tengah memberondong Itachi dengan pertanyaan yang menyangkut kepergian dirinya. Dengan kata lain bertanya apakah Sasuke benar-benar berkencan dengan seorang gadis atau tidak. Hei… Itachi.. dengan siapa? Tidak usah buru-buru, bu. Jika sudah waktunya pasti Sasuke akan memperkenalkannya. Jawab Itachi enteng tak mengucapkan sama sekali apa yang ingin Mikoto dengar. . . Sasuke melajukan mobil sport berwarna biru-nya dengan kecepatan sedang. Hitung-hitung sambil memikirkan tujuannya sekarang ini. Memutuskan untuk jalan-jalan kemana dan dengan siapa? Ups, sepertinya seorang Uchiha Sasuke lupa bahwa dirinya belum mempunyai seorang kekasih untuk di ajak berjalan-jalan. Sedikit perasaan tertinggal dari teman-temannya yang lain hinggap di benaknya. Bisa saja pria setampan dirinya yang nyaris sempurna memilih salah satu teman perempuan di sekolahnya. Namun, jika di pikirkan dari segi criteria dan perasaan tidak ada sama sekali. Walaupun banyaknya warga Konoha berjenis kelamin perempuan tak ada yang bisa membuat hatinya berdebar-debar seperti dia. Ya, benar. Seperti seorang gadis berambut merah jambu yang tengah melintas di lampu merah tepat di depan mobilnya berhenti. Tunggu dulu. Menyebrang tepat di depan mata onyx-nya? Cepatlah sadar, Sasuke Uchiha. Gadis yang sedang dari tadi kau lamunkan ada di depanmu. . . Sakura yang sedang menyebrang jalanan yang cukup ramai itu sedikit kesulitan karena tubuhnya yang kecil di apit oleh orang-orang yang berbadan lebih besar darinya. Pada akhirnya dia memutuskan untuk jalan-jalan sebentar di sela dirinya mencari kalungnya. Dengan jalan kaki tentunya bukan dengan terbang di langit. Dengan susah payah Sakura berhasil menyebrang ke sisi jalan yang satunya. Namun, karena ada yang menyenggol badannya secara tidak sengaja dari depan. Tubuh mungilnya kehilangan keseimbangan dan menyebabkan tubuhnya memutar seperti sedang melakukan gerakan balet dengan kedua kaki berjinjit. Sakura menutup kedua matanya ketika dirasakannya tubuhnya akan terhempas keras ke jalanan aspal ini. Tetapi tak dapat di sangka dan di duganya ada yang menangkap tubuh mungilnya. Mendekapnya erat. Sakura sendiri menyadari bahwa sebelum dia menutup matanya, di depannya berdiri seorang laki-laki berambut emo yang pernah dia lihat sebelumnya. Jantung Sakura berdetak dengan kencangnya. Kedua pipinya merona merah sudah di pastikan oleh dirinya sendiri. Kau tidak apa-apa? Sakura menjawabnya hanya dengan anggukan kepala. Sampai saat ini keduanya belum melepaskan pelukannya satu sama lain. Dan hal itu mengundang perhatian orang-orang yang berlalu lalang di jalan itu. Ada yang menunjukan wajah marah dan geli melihat kejadian itu. Bisa kau lepaskan? Tanya Sakura hati-hati tanpa ingin menyakiti hati orang yang menolongnya. Pasalnya Sakura mulai merasakan tatapan tak nyaman dari orang-orang itu dan degupan jantungnya yang di luar batas normal takut terdengar oleh pria yang menolongnya. Ingin rasanya Sasuke membenturkan kepalanya ke sebuah tembok karena kebodohanya di hadapan gadis itu. Ma-maaf, ucapnya menahan malu. Tidak apa-apa. Dan terima kasih..err.. Sakura lupa akan nama orang yang di kenalnya. Dasar! Sasuke.. ucap Sasuke sedikit kesal karena namanya terlupakan oleh Sakura. Akh..tentu saja. Terima kasih sudah menolongku, Sasuke, ucap Sakura sedikit tak enak hati. Dan semuanya di bayar dengan sebuah senyuman teramat manis yang dia berikan pada Sasuke. Sasuke memalingkan wajahnya dengan beberapa garis merah tipis di kedua pipinya. Hn. Sedang apa di sini? Apakah sama sepertiku untuk jalan-jalan? Tanya Sakura antusias dan mencondongkan tubuhnya ke depan, ke arah Sasuke. Sekali lagi gadis itu membuat Uchiha bungsu itu mem-blush ria karena wajahnya terlalu dekat dengan wajahnya. Hn. Apakah aku boleh ikut denganmu? Sasuke mencerna baik-baik ucapan Sakura. Tapi, apa dia tak salah dengar mendengar tawaran yang paling di inginkannya keluar dengan sendirinya dari bibir gadis itu? Melihat ada kesempatan bagus ini tak boleh dia sia-siakan. Boleh saja, jawab Sasuke dan tersenyum tipis, sangat tipis. Namun, di dalam hatinya pasti dia sudah tersenyum lebar-lebar karenanya. Benarkah? Terima kasih…karena rasanya tidak seru jika jalan-jalan hanya sendirian saja. Hn. Baiklah. Ayo, Sasuke! ucap Sakura dan berjalan memimpin duluan dari tempat berdirinya Sasuke. Sasuke memandang punggung gadis itu dan menyeringai. Tak ayal membuat beberapa gadis yang kebetulan lewat di sana menjerit histeris, bahkan ada yang sampai terjatuh karena menabrak tiang listrik ketika matanya terpancang pada wajah Uchiha bungsu itu. Sakura menghentikan langkahnya dan membalikan tubuhnya. Tersenyum canggung dan menahan malu. Arah mana? tanyanya. Sasuke menahan dera tawanya karena melihat kelakuan gadis yang berdiri tak jauh di depannya itu. Aku bawa mobil. Kita pergi ke Konoha Land saja. Kau pasti senang. Sasuke mengucapkannya hanya dengan satu tarikan nafas. Kata-kata terpanjang yang dia ucapkan di hadapan seorang gadis. Sakura memikirkan baik-baik kata-kata Sasuke yang pertama yatitu Aku bawa mobil. Mobil? Tanya Sakura balik. Hn. Sasuke menunjuk mobilnya sendiri yang terparkir di bawah pohon oak tak jauh di dekatnya. Jadi benda berbentuk aneh itu di sebut mobil yach? gumam Sakura pelan. Dia memang pernah ke bumi sebelum ini namun tak pernah tahu namanya. Sakura berjalan mendekat pada Sasuke dan tersenyum. Sepertinya hari ini akan menyenangkan, ucapnya. Hn. Sasuke berjalan mendekati mobilnya dan Sakura mengikutinya dari belakang. Dibukakannya pintu mobil di samping kemudi itu untuk Sakura oleh Sasuke. Setelah Sakura masuk sekarang giliran Sasuke yang masuk ke pintu satunya. Dan beberapa detik kemudian mobil itu meluncur lurus ke depan. ##My Lovely Angel## Tak butuh waktu yang lama untuk sampai di taman bermain Konoha Land. Sebuah taman ria dengan luas yang sangat, sangat luas. Berbagai macam wahana bermain yang menguji adrenalin kita ketika menaikinya. Dan sudah lewat dari satu jam yang lalu kedua makhluk dengan kepala berambut pink dan biru ikut membaur bersama orang-orang di sana. Kau tidak apa-apa? Seharusnya jika kau tidak suka permainan tadi tidak usah di paksakan seperti ini, ucap Sasuke dan memandang khawatir pada keadaan Sakura. Kini mereka berdua tengah duduk di salah satu bangku panjang yang ada di sisi jalan tempat beramin itu. Mereka berdua barusan saja keluar dari permainan rumah hantu. Dan Sakura yang tidak tahu hal itu ikut-ikut masuk saja mengikuti Sasuke. Tak terbayang di dalamnya dirinya berteriak-teriak histeris dan sesekali mencengkram lengan Sasuke di tambah menarik-narik kencang pergelangan tangannya supaya cepat keluar. Betapa malunya dia tadi. Namun, karena hal itu juga kini badannya sedikit gemetar. Jantungnya masih saja berdetak dengan kencang. Warna kulit wajahnya terlihat pucat sekali. Sasuke yang melihatnya miris juga. Seharusnya dia tidak masuk dan mengajak Sakura lebih awal tadi. Sasuke mengedarkan pandangannya menjelajahi sudut-sudut tempat itu. Dan kedua mata onyx-nya menemukan sesuatu yang bagus. Tunggu di sini! Jangan pergi kemana-mana! perintah Sasuke. Sebenarnya tak perlu di perintahkan pun Sakura tidak akan beranjak dari tempat duduknya, tidak dengan keadaannya yang hampir pingsan itu. Lima menit kemudian Sasuke kembali ke padanya dan berjongkok di depan Sakura. Mensejajarkan tingginya. Tangannya terlulur memberikan sebuah mangkuk kecil berisi eskrim strawberry lengkap dengan taburan kacang dan coklat di atasnya. Sakura menerimanya dengan pandangan aneh. Ini? Makanlah! Aku yakin kau akan lebih baik, ucap Sasuke dan duduk di samping Sakura. Di tangannya juga terdapat mangkuk yang sama dengan eskrim rasa blueberry yang diatasnya hanya tertutupi oleh bubuk kacang dan susu putih. Sasuke mengambil sesendok eskrimnya dan mendekatkankannya ke dalam mulutnya. Sakura mengikuti apa yang di lakukan oleh Sasuke. Seketika rasa dingin, manis mengecap indra perasanya. Memberikan sensasi yang tak pernah Sakura rasakan sebelumnya. Ini enak! ucap Sakura dan kembali menyendokkan banyak-banyak makanan yang bernama eskrim itu. Hn. Ucap Sasuke dan tersenyum senang melihat Sakura memakan eskrim seperti anak kecil yang tak pernah di beri eskrim sebelumnya. . . Aku ingin mencoba menaiki itu, ucap Sakura dan menunjuk Giant Wheel dengan jari telunjuknya. Sasuke mengerutkan keningnya sedikit dan ingatan semasa kecilnya berputar-putar di dalam kepalanya. Membuatnya meringis kecil melihat benda raksasa yang di tunjuk oleh Sakura. Lebih seru jika menaiki itu, ucap Sasuke dan menunjuk sebuah benda berbentuk kereta panjang yang bergerak melingkar-lingkar seperti ular. Woooaaa.. benarkah? Kalau begitu, ayo! Sakura menarik tangan Sasuke. Sedangkan Sasuke langsung bernafas lega dan mengusap dadanya. Pasalnya tidak ada yang boleh tahu jika dia takut menaiki Giant Wheel itu walaupun sudah sebesar ini. Peristiwa yang terjadi pada dirinya sewaktu kecil membuatnya trauma. Yaitu ketika dia menaikinya sendiri di salah satu tempat itu, mesin penggeraknya macet dan sialnya gerakan Giant Wheel itu berhenti di puncak yang di dalamnya terdapat Sasuke kecil. Alhasil Sasuke langsung menangis dengan kencangnya mengundang semua perhatian orang di sana. Mikoto panic luar biasa sedangkan Itachi malah mengabadikannya lewat handicam dan beberapa lembar photo. Rasanya seperti apa menaiki itu? Tanya Sakura berhasil membuyarkan ingatan Sasuke tentang masa kecilnya. Nanti juga kau akan tahu, jawab Sasuke dan berjalan mendahului Sakura. Sekaligus menarik pergelangan tangan Sakura. . . Aku tidak mau menaikinya lagi. Kepalaku rasanya sakit sekali, keluh Sakura ketika mereka sudah menaiki Rollercoaster. Dan kini mereka dalam perjalan pulang. Sedangkan Sasuke hanya menahan tawanya melihat Sakura mengeluh seperti anak kecil itu. Kau lucu sekali, Sakura, ucapnya dan menepuk pelan puncak kepala Sakura. Rindu. Entah kenapa Sakura merasakan perasaan rindu dan nyaman atas perlakuan Sasuke kepadanya. Dia tersenyum menatap punggung Sasuke. Dia kembali melangkah mengejar Sasuke yang lumayan berada jauh di belakangnya. Tepat bersamaan melewatnya seorang gadis berambut merah dengan di lehernya terlilit sebuah kalung putih. Jantung Sakura kembali berdetak kencang setiap kali dia merasakan keberadaan kalungnya. Dia menghentikan langkahnya dan hendak menghampiri gadis itu. Namun, secara tak sengaja kakinya tersandung batu dan Sakura terjatuh. Dan ketika dia sudah berdiri kembali sosok gadis itu sudah menghilang dari pandangannya. Dengan geram Sakura berjalan tergsa-gesa menerobos kerumunan orang menuju tempat sepi. Dia memutuskan untuk mencari gadis itu lewat udara. Dengan kata lain dia akan terbang. Sasuke yang merasa tidak terdengar suara Sakura membalikan badannya mencari sosok gadis itu. Dan dia melihat gadis itu berjalan tergesa-gesa menembus kerumanan orang dan pergi ke tepi jalan itu yang sangat sepi. Mau pergi ke mana, Sakura? batin Sasuke dan mengikuti kemana Sakura pergi. Harus cepat, ucap Sakura dan berhenti berjalan ketika sudah sampai belokan yang menunjukan jalan buntu. Dia menengokan kepalanya ke belakang. Melihat apakah ada yang mengikutinya atau tidak. Dengan segera saja dia mengeluarkan sepasang sayap yang dia sembunyikan. Dan beberapa detik kemudian tubuh Sakura melayang, terbang ke langit dengan kecepatan tinggi. Dan akibat karena kecepatanya terbang itu beberapa helai bulu dari sayapnya lepas dan terjatuh ke tanah. Bersamaan dengan kehadiran Sasuke di jalan itu. Kedua mata onyx-nya menjelajahi jalanan itu. Berharap dia menemukan Sakura. Namun, nihil. Yang di dapatnya hanyalah kekosongan dan kedua mata onyx-nya menatap langit yang sangat cerah. Pikiran yang mustahil hinggap di benaknya. Apakah Sakura terbang ke langit, batin Sasuke. Sejurus kemudian dia menggeleng-gelengkan kepalanya bahwa hal itu mustahil. Memangnya Sakura punya sayap untuk terbang ke atas langit. Namun, sedetik kemudian kedua mata onyx-nya menatap sehelai bulu putih. Di pungutnya bulu putih itu. Dan Sasuke merasakan kelembutan di tangannya ketika bersentuhan dengan bulu halus itu. Sakura kau di mana? teriak Sasuke menyeruakan nama Sakura kencang. Dan dia memili pergi dari situ untuk mencari Sakura. Sasuke tak melihat bahwa beberapa meter di atas permukaan jalan itu ada Sakura. Tengah menatap ke bawah dengan kedua mata emeraldnya. ##My Lovely Angel## Tidak ku temukan, keluh Sakura ketika dia berada di kamarnya saat ini. Dia sudah menjelajahi seluruh area taman bermain itu dari atas namun tak juga menemukan gadis berambut merah yang memakai kalungnya itu. Di tambah Sakura sama sekali tak enak hati ketika melihat betapa khawatirnya Sasuke ketika Sakura kembali ke mobil Sasuke setelah dua jam lamanya dia mencari dari atas. Dan juga penuturan Sasuke bahwa dia mencari dirinya kemana-kemana. Dan dengan detik itu juga Sasuke mengantarkan Sakura pulang hanya sampai depan belokan menuju rumah Hyuuga atas permintaan Sakura tentunya. Mengapa demikian? Karena Sakura kan pergi ke luar tidak lewat gerbang depan melainkan terbang dari balkon kamarnya. Karena itu dia juga tidak boleh sampai terlihat oleh penjaga gerbang kediaman Hyuuga. Dia kembali ke balkon kamarnya dengan cara terbang. Dan di sinilah sekarang Sakura. Tidur karena kelelahan setelah hampir seharian bersama Sasuke. Dan detik berikutnya juga kedua mata gadis itu terpejam. Jatuh terlelap menuju alam bawah sadarnya. . . Keesokan paginya Sakura terbangun dengan masih mengenakan pakaian yang kemarin. Dirinya juga tak mengikuti jam makan malam bersama Neji dan Hinata. Dan sekarang yang di lakukan Sakura pertama kali adalah dengan membersihkan badannya. Mandi. Setelah itu baru menemui Neji dan Hinata di meja makan untuk sarapan bersama. Kau yakin mau sekolah hari ini, Hinata, Tanya Neji untuk ke berapa kalinya di meja makan itu. Kedua mata lavendernya yang sama persis seperti milik Hinata memandang khawatir pada adik kesayangannya itu. Hinata menjawabnya hanya dengan sebuah senyuman dan anggukan kepala. Menyakinkan Neji jika dia sudah sehat di bandingkan kemarin. Tidak usah khawatir, ucap Hinata pada Neji. Percuma saja tetap melarang Hinata karena dia termasuk gadis keras kepala. Baiklah! Tapi jangan melakukan hal-hal yang berlebihan, Hinata, pesan Neji dan mengakhiri sarapannya dengan meminum segelas teh hangat. Hal yang serupa pun terjadi pada Hinata. Dia mengakhiri sarapannya dengan meminum segelas susu hangat. Sakura belum bangun? Tanya Neji ketika sadar tidak ada kehadiran Sakura di meja makan itu. Mungkin. Biarkan saja! Sepertinya dia kelelahan, ucap Hinata dan memakaikan sebuah syal biru ke lehernya dan kemudian menjinjing tasnya. Kita hampir terlambat. Ayo, lekas pergi, Hinata, ucap Neji dan merogoh saku celana seragam sekolahnya dan mengeluarkan sebuah kunci mobil. Keduanya pun berjalan pergi meninggakan meja makan dan menuju ke garasi mobil. Mereka berdua sudah akan pergi ke sekolah. . . Sakura baru saja selasai berganti baju dengan pakaian sederhana. Atasan kemeja merah marun dengan rok rempel berundak berwarna hitam di atas lutut lima senti. Sedangkan rambut panjangnya di kedua sisi di ikat dua sedikit dengan menyisakan sedikit anak rambut di kedua sisi wajahnya, dan tak lupa jidatnya yang sedikit lebar di tutupi oleh poni. Kedua matanya mengerling ke arah meja makan yang kosong tanpa kehadiran Neji dan Hinata, hanya ada pembantu di rumah itu yang sedang membereskan meja makan. Dan ketika pembantu yang berusia sekitar 30 tahunan itu melihat Sakura yang berjalan mendekat dia langsung membungkukan badannya. Selamat pagi, Nona Sakura, sapanya ramah. Selamat pagi, balas Sakura tak kalah ramah. Apa nona ingin memakan sesuatu untuk sarapan nona? Bisakah buatkan untuku makanan yang paling bibi kuasai? permintaan Sakura. Pembantu itu sedikit mengangkat kepalanya dan sejurus kemudian tersenyum senang. Baik. Akan Saya buatkan. Silahkan Nona Sakura duduk di sini. Ucap pembantu itu dan mempersilahkan Sakura duduk. Dengan segera pembantu itu pergi meninggalkan Sakura. Tetapi langkahnya terhenti ketika suara Sakura terdengar di telinganya. Panggil aku Sakura saja, tak usah dengan embel-embel nona di depannya, bi, ucap Sakura. Pembantu itu tersenyum dan mengganggukan kepalanya tanda mengerti. . . Dua puluh menit berlalu di pakai Sakura untuk menghabiskan sarapannya. Dan dia kini selesai dengan suapan terakhirnya ke dalam mulutnya. Dan di akhiri dengan meminum segelas air putih. Kedua mata emerald itu memandang wajah pembantu yang berada di sampingnya. Terima kasih, bi. Makanannya lezat sekali, aku menyukainya. Ucap Sakura dan membersihkan bibirnya dengan serbet. Nona Sakura… Sakura memandang pembantu itu dengan tatapan yang seolah mengatakan sudah ku bilang panggil aku Sakura saja. Sa… Sakura… bisakah mengantarkan ini untuk Nona Hinata? pembantu itu menyodorkan sekotak bekal makanan. Nona Hinata lupa membawanya… dan Sakura akan di antarkan oleh Pak Ibiki ke sekolah Konoha. Maaf menyusahkan, ucap pembantu itu yang di akhiri dengan bungkukan badan. Tak ambil pusing Sakura menerima kotal bekal makan siang Hinata. Berdiri menuju pintu keluar yang ketika dia keluar di sambut dengan Pak Ibiki-sang selaku supir pribadi keluarga Hyuuga. Dengan segera Sakura menaiki mobil itu dan tak lama kemudian keduanya berangkat menuju Konoha High School. Sakura sama sekali tak akan menyangka kejadian apa yang akan terjadi ketika dia menginjakan kaki ke dalam lingkungan sekolah itu. Dia akan bertemu dengan orang yang sedang di carinya beserta menemukan kalungnya yang hilang. bersambung..
Posted on: Mon, 04 Nov 2013 15:43:56 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015