Nisfu Sya’ban adalah sebutan untuk hari ke-15 dalam bulan - TopicsExpress



          

Nisfu Sya’ban adalah sebutan untuk hari ke-15 dalam bulan Sy’aban penanggalan Hijriyah. Muslim percaya pada malam Nisfu Sya’ban, catatan amalan dan dosa mereka akan dibawa naik oleh malaikat yang ditugaskan untuk mengambil dan menukarnya dengan lembaran catatan yang baru setelah setahun berlalu. nisfu sya’ban Nabi Muhammad mencontohkan kepada para pengikutnya untuk bangun malam dan berjaga serta beriktikaf sepanjang malam selama malam Nisfu Sya’ban. Muslim percaya bahwa hal ini dilakukan untuk mencegah catatan amal dan dosa mereka diangkat sedangkan mereka dalam keadaan tidur atau lalai. Syaaban adalah salah satu bulan yang mulia. Bulan ini adalah pintu menuju bulan Ramadlan. Siapa yang berupaya membiasakan diri bersungguh-sungguh dalam beribadah di bulan ini, ia akan akan menuai kesuksesan di bulan Ramadlan. Dinamakan Syaaban, karena pada bulan itu terpancar bercabang-cabang kebaikan yang banyak (yatasyaaabu minhu khairun katsir). Menurut pendapat lain, Syaaban berasal dari kata Syiab, yaitu jalan di sebuah gunung atau jalan kebaikan. Dalam bulan ini terdapat banyak kejadian dan peristiwa yang patut memperoleh perhatian dari kalangan kaum muslimin. Pindah Qiblat Pada bulan Syaaban, Qiblat berpindah dari Baitul Maqdis, Palistina ke Kaabah, Mekah al Mukarromah. Nabi Muhammad Shollallahu alaihi wasallam menanti-nanti datangnya peristiwa ini dengan harapan yang sangat tinggi. Setiap hari Beliau tidak lupa menengadahkan wajahnya ke langit, menanti datangnya wahyu dari Rabbnya. Sampai akhirnya Allah Subhanahu Wataaala mengabulkan penantiannya. Wahyu Allah Subhanahu Wataaala turun. aSungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya.a (QS. Al Baqarah; 144) Diangkatnya Amal Manusia Salah satu keistimewaan bulan Syaaban adalah diangkatnya amal-amal manusia pada bulan ini ke langit. Dari Usamah bin Zaid radhiyallahu aanhuma, dia berkata: aSaya berkata: aYa Rasulullah, saya tidak pernah melihatmu berpuasa dalam suatu bulan dari bulan-bulan yang ada seperti puasamu di bulan Syaaban.a Maka beliau bersabda: aItulah bulan yang manusia lalai darinya antara Rajab dan Ramadhan. Dan merupakan bulan yang di dalamnya diangkat amalan-amalan kepada rabbul aalamin. Dan saya menyukai amal saya diangkat, sedangkan saya dalam keadaan berpuasa.a (HR. Nasaai). Keutamaan Puasa di Bulan Syaaban Rasulullah ditanya oleh seorang sahabat, aAdakah puasa yang paling utama setelah Ramadlan?a Rasulullah Shollallahu alai wasallam menjawab, aPuasa bulan Syaaban karena berkat keagungan bulan Ramadhan.a Dari aAisyah radhiyallahu aanha berkata: aAdalah Rasulullah shallallahu aalaihi wa sallam berpuasa sampai kami katakan beliau tidak pernah berbuka. Dan beliau berbuka sampai kami katakan beliau tidak pernah berpuasa. Saya tidak pernah melihat Rasulullah menyempurnakan puasa satu bulan penuh kecuali Ramadhan. Dan saya tidak pernah melihat beliau berpuasa lebih banyak dari bulan Syaaban.a (HR. Bukhari, Muslim dan Abu Dawud). Sepintas dari teks Hadits di atas, puasa bulan Syaaban lebih utama dari pada puasa bulan Rajab dan bulan-bulan mulia (asyhurul hurum) lainnya. Padahal Abu Hurairah telah menceritakan sabda dari Rasulullah Shollallu alaihi wasallam, aPuasa yang paling utama setelah Ramadhan adalah puasa di bulan-bulan mulia (asyhurul hurum).a Menurut Imam Nawawi, hal ini terjadi karena keutamaan puasa pada bulan-bulan mulia (asyhurul hurum) itu baru diketahui oleh Rasulullah di akhir hayatnya sebelum sempat beliau menjalaninya, atau pada saat itu beliau dalam keadaan udzur (tidak bisa melaksanakannya) karena bepergian atau sakit. Sesungguhnya Rasulullah Shollallu alaihi wasallam mengkhususkan bulan Syaaban dengan puasa itu adalah untuk mengagungkan bulan Ramadhan. Menjalankan puasa bulan Syaaban itu tak ubahnya seperti menjalankan sholat sunat rawatib sebelum sholat maktubah. Jadi dengan demikian, puasa Syaaban adalah sebagai media berlatih sebelum menjalankan puasa Ramadhan. Adapun berpuasa hanya pada separuh kedua bulan Syaaban itu tidak diperkenankan, kecuali: 1. Menyambungkan puasa separuh kedua bulan Syaaban dengan separuh pertama. 2. Sudah menjadi kebiasaan. 3. Puasa qodlo. 4. Menjalankan nadzar. 5. Tidak melemahkan semangat puasa bulan Ramadhan. Turun Ayat Sholawat Nabi Salah satu keutamaan bulan Syaaban adalah diturunkannya ayat tentang anjuran membaca sholawat kepada Nabi Muhammad Shollallu alaihi wasallam pada bulan ini, yaitu ayat: aSesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.a (QS. Al Ahzab;56) Syaaban, Bulan Al Quran Bulan Syaaban dinamakan juga bulan Al Quran, sebagaimana disebutkan dalam beberapa atsar. Memang membaca Al Quran selalu dianjurkan di setiap saat dan di mana pun tempatnya, namun ada saat-saat tertentu pembacaan Al Quran itu lebih dianjurkan seperti di bulan Ramadhan dan Syaaban, atau di tempat-tempat khusus seperti Mekah, Roudloh dan lain sebagainya. Syeh Ibn Rajab al Hambali meriwayatkan dari Anas, aKaum muslimin ketika memasuki bulan Syaaban, mereka menekuni pembacaan ayat-ayat Al Quran dan mengeluarkan zakat untuk membantu orang-orang yang lemah dan miskin agar mereka bisa menjalankan ibadah puasa Ramadhan. Malam Nishfu Syaaban Pada bulan Syaaban terdapat malam yang mulia dan penuh berkah yaitu malam Nishfu Syaaban. Di malam ini Allah Subhanahu wataaala mengampuni orang-orang yang meminta ampunan, mengasihi orang-orang yang minta belas kasihan, mengabulkan doa orang-orang yang berdoa, menghilangkan kesusahan orang-orang yang susah, memerdekakan orang-orang dari api neraka, dan mencatat bagian rizki dan amal manusia. Banyak Hadits yang menerangkan keistimewaan malam Nishfu Syaaban ini, sekalipun di antaranya ada yang dloaif (lemah), namun Al Hafidh Ibn Hibban telah menyatakan kesahihan sebagian Hadits-Hadits tersebut, di antaranya adalah: aNabi Muhammad Shollallhu alaihi wasallam bersabda, aAllah melihat kepada semua makhluknya pada malam Nishfu Syaaban dan Dia mengampuni mereka semua kecuali orang yang musyrik dan orang yang bermusuhan.a (HR. Thabarani dan Ibnu Hibban). Para ulama menamai malam Nishfu Syaaban dengan beragam nama. Banyaknya nama-nama ini mengindikasikan kemuliaan malam tersebut. 1. Lailatul Mubarokah (malam yang penuh berkah). 2. Lailatul Qismah (malam pembagian rizki). 3. Lailatut Takfir (malam peleburan dosa). 4. Lailatul Ijabah (malam dikabulkannya doa) 5. Lailatul Hayah walailatu aIdil Malaikah (malam hari rayanya malaikat). 6. Lalilatus Syafaaah (malam syafaaat) 7. Lailatul Baroaah (malam pembebasan). Dan masih banyak nama-nama yang lain. Pro dan Kontra Seputar Nishfu Syaaban Al Hafidh Ibn Rojab al Hambali dalam kitab al Lathoif mengatakan, aKebanyakan ulama Hadits menilai bahwa Hadits-Hadits yang berbicara tentang malam Nishfu Syaaban masuk kategori Hadits dloaif (lemah), namun Ibn Hibban menilai sebagaian Hadits itu shohih, dan beliau memasukkannya dalam kitab shohihnya.a Ibnu Hajar al Haitami dalam kitab Addurrul Mandlud mengatakan, aPara ulama Hadits, ulama Fiqh dan ulama-ulama lainnya, sebagaimana juga dikatakan oleh Imam Nawawi, bersepakat terhadap diperbolehkannya menggunakan Hadits dloaif untuk keutamaan amal (fadloailul amal), bukan untuk menentukan hukum, selama Hadits-Hadits itu tidak terlalu dloaif (sangat lemah).a Jadi, meski Hadits-Hadits yang menerangkan keutamaan malam Nishfu Syaaban disebut dloaif (lemah), tapi tetap boleh kita jadikan dasar untuk menghidupkan amalam di malam Nishfu Syaaban. Kebanyakan ulama yang tidak sepakat tentang menghidupkan malam Nishfu Syaaban itu karena mereka menganggap serangkaian ibadah pada malam tersebut itu adalah bidaah, tidak ada tuntunan dari Nabi Muhammad Shollallahu alaihi wasallam. Sedangkan pengertian bidaah secara umum menurut syaraa adalah sesuatu yang bertentangan dengan Sunnah. Jika demikian secara umum bidaah itu adalah sesuatu yang tercela (bidaah sayyiaah madzmumah). Namun ungkapan bidaah itu terkadang diartikan untuk menunjuk sesuatu yang baru dan terjadi setelah Rasulullah wafat yang terkandung pada persoalan yang umum yang secara syarai dikategorikan baik dan terpuji (hasanah mamduhah). Imam Ghozali dalam kitab Ihya Ulumiddin Bab Etika Makan mengatakan, aTidak semua hal yang baru datang setelah Nabi Muhammad Shollallahu alaihi wasallam itu dilarang. Tetapi yang dilarang adalah memperbaharui sesuatu setelah Nabi (bidaah) yang bertentangan dengan sunnah.a Bahkan menurut beliau, memperbaharui sesuatu setelah Rasulullah (bidaah) itu terkadang wajib dalam kondisi tertentu yang memang telah berubah latar belakangnya.a Imam Al Hafidh Ibn Hajjar berkata dalam Fathul Barri, aSesungguhnya bidaah itu jika dianggap baik menurut syaraa maka ia adalah bidaah terpuji (mustahsanah), namun bila oleh syaraa dikategorikan tercela maka ia adalah bidaah yang tercela (mustaqbahah). Bahkan menurut beliau dan juga menurut Imam Qarafi dan Imam Izzuddin ibn Abdis Salam bahwa bidaah itu bisa bercabang menjadi lima hukum. Syeh Ibnu Taimiyah berkata, aBeberapa Hadits dan atsar telah diriwayatkan tentang keutamaan malam Nisyfu Syaaban, bahwa sekelompok ulama salaf telah melakukan sholat pada malam tersebut. Jadi jika ada seseorang yang melakukan sholat pada malam itu dengan sendirian, maka mereka berarti mengikuti apa yang dilakukan oleh ulama-ulama salaf dulu, dan tentunya hal ini ada hujjah dan dasarnya. Adapun yang melakukan sholat pada malam tersebut secara jamaah itu berdasar pada kaidah ammah yaitu berkumpul untuk melakukan ketaatan dan ibadah. Walhasil, sesungguhnya menghidupkan malam Nishfu Syaaban dengan serangkaian ibadah itu hukumnya sunnah (mustahab) dengan berpedoman pada Hadits-Hadits di atas. Adapun ragam ibadah pada malam itu dapat berupa sholat yang tidak ditentukan jumlah rakaatnya secara terperinci, membaca Al Quran, dzikir, berdoaa, membaca tasbih, membaca sholawat Nabi (secara sendirian atau berjamaah), membaca atau mendengarkan Hadits, dan lain-lain. Amalan, Tuntunan Nabi di Malam Nisyfi Syaaban Rasulullah telah memerintahkan untuk memperhatikan malam Nisyfi Syaaban, dan bobot berkahnya beramal sholeh pada malam itu diceritakan oleh Sayyidina Ali Rodliallahu anhu, Rasulullah Shollallahu alaihi wasallam bersabda: aJika tiba malam Nisyfi Syaaban, maka bersholatlah di malam harinya dan berpuasalah di siang harinya karena sesungguhnya Allah Subhanahu wataaala menurunkan rahmatnya pada malam itu ke langit dunia, yaitu mulai dari terbenamnya matahari. Lalu Dia berfirman, aAdakah orang yang meminta ampun, maka akan Aku ampuni? Adakah orang meminta rizki, maka akan Aku beri rizki? Adakah orang yang tertimpa musibah, maka akan Aku selamatkan? Adakah begini atau begitu? Sampai terbitlah fajar.aa (HR. Ibnu Majah) Malam Nishfu Syaaban atau bahkan seluruh bulan Syaaban sekalipun adalah saat yang tepat bagi seorang muslim untuk sesegera mungkin melakukan kebaikan. Malam itu adalah saat yang utama dan penuh berkah, maka selayaknya seorang muslim memperbanyak aneka ragam amal kebaikan. Doa adalah pembuka kelapangan dan kunci keberhasilan, maka sungguh tepat bila malam itu umat Islam menyibukkan dirinya dengan berdoa kepada Allah Subhanahu wataaala. Nabi Muhammad Shollallahu alaihi wasallam mengatakan, aDoa adalah senjatanya seorang mukmin, tiyangnya agama dan cahayanya langit dan bumi.a (HR. Hakim). Nabi Muhammad Shollallahu alaihi wasallam juga mengatakan, aSeorang muslim yang berdoa -selama tidak berupa sesuatu yang berdosa dan memutus famili-, niscaya Allah Subhanahu wataaala menganugrahkan salah satu dari ketiga hal, pertama, Allah akan mengabulkan doanya di dunia. Kedua, Allah baru akan mengabulkan doanya di akhirat kelak. Ketiga, Allah akan menghindarkannya dari kejelekan lain yang serupa dengan isi doanya.a (HR. Ahmad dan Barraz). Tidak ada tuntunan langsung dari Rasulullah Shollallahu alaihi wasallam tentang doa yang khusus dibaca pada malam Nishfu Syaaban. Begitu pula tidak ada petunjuk tentang jumlah bilangan sholat pada malam itu. Siapa yang membaca Al Quran, berdoa, bersedekah dan beribadah yang lain sesuai dengan kemampuannya, maka dia termasuk orang yang telah menghidupkan malam Nishfu Syaaban dan ia akan mendapatkan pahala sebagai balasannya. Adapun kebiasaan yang berlaku di masyarakat, yaitu membaca Surah Yasin tiga kali, dengan berbagai tujuan, yang pertama dengan tujuan memperoleh umur panjang dan diberi pertolongan dapat selalu taat kepada Allah. Kedua, bertujuan mendapat perlindungan dari mara bahaya dan memperoleh keluasaan rikzi. Dan ketiga, memperoleh khusnul khatimah (mati dalam keadaan iman), itu juga tidak ada yang melarang, meskipun ada beberapa kelompok yang memandang hal ini sebagai langkah yang salah dan batil. Dalam hal ini yang patut mendapat perhatian kita adalah beredarnya tuntunan-tuntunan Nabi tentang sholat di malam Nishfu syaaban yang sejatinya semua itu tidak berasal dari beliau. Tidak berdasar dan bohong belaka. Salah satunya adalah sebuah riwayat dari Sayyidina Ali, aBahwa saya melihat Rasulullah pada malam Nishfu Syaaban melakukan sholat empat belas rekaat, setelahnya membaca Surat Al Fatihah (14 x), Surah Al Ikhlas (14 x), Surah Al Falaq (14 x), Surah Annas (14 x), ayat Kursi (1 x), dan satu ayat terkhir Surat At Taubah (1 x). Setelahnya saya bertanya kepada Baginda Nabi tentang apa yang dikerjakannya, Beliau menjawab, aBarang siapa yang melakukan apa yang telah kamu saksikan tadi, maka dia akan mendapatkan pahala 20 kali haji mabrur, puasa 20 tahun, dan jika pada saat itu dia berpuasa, maka ia seperti berpuasa dua tahun, satu tahun yang lalu dan setahun yang akan datang.a Dan masih banyak lagi Hadits-Hadits palsu lainnya yang beredar di tengah-tengah kaum muslimin. (Disarikan dari aMadza fi Syaabana, karya Sayyid Muhammad bin Alawi Al Maliki, Muhadditsul Haromain). * Staf pengajar PP. Langitan Widang Tuban. Alumni Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki Makkah
Posted on: Thu, 20 Jun 2013 01:28:49 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015