Opposite Part 4 Novy Ciitra Pratiwi NO COPAS!!! Tapi - TopicsExpress



          

Opposite Part 4 Novy Ciitra Pratiwi NO COPAS!!! Tapi gue tau intinya kok. (Namakamu) menenangkan Iqbaal yang kini tatapannya seperti akan menerkam (namakamu). Iqbaal menepuk keningnya. Terserah lo deh. Jawabnya pasrah. Sekarang gue mau nanya sama lo. Lanjut Iqbaal lagi. Iya. (Namakamu) menegakkan posisi duduknya. Menatap Iqbaal lekat-lekat. Hatinya mulai tak karuan, penasaran dengan apa yang akan Iqbaal tanyakan. Kalau cewek ulang tahun, paling seneng dikasih apa? Tanya Iqbaal agak sedikit hati-hati dan pelan mengucapkannya. Kok kamu nanya gitu sama aku? Kamu mau ngasih aku kado? Ulang tahu aku masih lama kan. (Namakamu) menghitung jarinya, menghitung berapa bulan lagi ulang tahunnya. Jawab aja. Iqbaal mulai gemas. Iya... Iya... Ucap (Namakamu) ketakutan. Gadis itu menaikkan bola matanya, berpikir sejenak Bunga! Aku suka dikasih bunga. Jawab (namakamu) membut Iqbaal sedikit tersentak. Bunga ya? Tanya Iqbaal agak ragu dengan jawaban (namakamu). Ok, berarti percobaan gue kemarin berhasil kan? Iqbaal kini menatap (namakamu). Maksudnya??? (Namakamu) mengerutkan dahinya. Percobaan? Apa maksudnya? (Namakamu) tak mengerti. Enggak. Lupain. Iqbaal beranjak dari samping (namakamu), kembali pada posisinya semula, duduk di bangkunya di samping kiri (namakamu). Tepat pukul satu siang. Waktunya keluar dari kelas yang cukup membosankan ini. Keadaan mendadak riuh setelah bunyi bell tanda berakhirnya pembelajaran. Nih. Iqbaal menyerahkan semua alat tulis (namakamu) yang mendarat satu per satu di mejanya selama jam pelajaran tadi. Buat kamu aja. (Namakamu) tersenyum. Sebenarnya Iqbaal tahu jawaban itu yang akan keluar dari mulut (namakamu). Tapi siapa tahu hari ini ada keajaiban, (namakamu) mengambil kembali semua peralatannya agar tak menyampahi tas Iqbaal. Sekarang hari kamis kan? Berarti hari ini kamu futsal? (Namakamu) menghampiri Iqbaal yang masih membereskan bukunya. Lo pulang aja. Iqbaal berdiri dari duduknya. Tapi aku pengen liat kamu, liat suami aku latihan. (Namakamu) memepetkan tubuhnya di samping kanan Iqbaal yang kini telah melangkahkan kakinya untuk keluar kelas. Terus lo nanti pulang sama siapa? Gue lagi yang harus nganter kan? Iqbaal memberhentikan langkahnya sedikit mencondongkan wajahnya. Setiap minggu, setiap hari kamis (namakamu) memang selalu menunggu Iqbaal untuk latihan. Duduk di pinggir lapangan menyiapkan minuman untuk Iqbaal. Dan ketika pulang, (namakamu) sama sekali tak pernah meminta Iqbaal mengantarnya, namun Iqbaal yang selalu tak tega membiarkan gadis itu pulang sendiri sore hari dari sekolah. Walaupun selalu selalu menggerutu. Pulang latihan gue pengen langsung pulang, CAPE! Ucap Iqbaal penuh penekanan. (Namakamu) cemberut, selalu seperti itu. Aku bisa kok pulang sendiri. Rayu (namakamu) masih berdiri di depan kelasnya, menatap langkah Iqbaal yang semakin menjauh. Terserah. Ucap Iqbaal tak menoleh ke arah belakang sedikitpun. (Namakamu), lo mau nungguin Iqbaal latihan? Tanya Salsha menghampiri (namakamu). Iya. (Namakamu) mengangguk. Gak pulang aja? Tanya Salsha lagi, sedikit khawatir melihat sikap Iqbaal pada (namakamu) tadi. Gak. Gue mau nemenin suami gue dulu. Jawab (namakamu) dengan wajah polosnya. Hffhhh... Ok. Salsha tau sekeras apapun ia mengajak (namakamu) untuk pulang maka itu akan sia-sia, karena (namakamu) akan bersikeras tetap menemani Iqbaal. Dah Salsha. (Namakamu) melangkah girang menuju lapangan futsal. Salsha hanya menggeleng. Entah apa yang menyelubungi hati sahabatnya itu, hingga beberapa kali Iqbaal membantingnya sama sekali tak membuatnya hancur. Terdengar teriakan-teriakan dan tawa para pemain futsal di lapangan indor itu, ada Aldi dan Iqbaal di sana yang (namakamu) kenali. (Namakamu) duduk di pinggir lapangan, tempat di mana para penonton duduk di sana ketika acara pertandingan futsal #apanamanyaya?. Iqbaal terlihat mempesona, keringatnya membasahi wajah dan tubuhnya. Terlihat lebih keren, (namakamu) tersenyum menatap Iqbaal. Dengan segera ia merogoh tasnya, mengambil ponsel untuk mengabadikan pose-pose Iqbaal ketika sedang berkeringat, berteriak, tertawa lepas. Tak seperti Iqbaal yang (namakamu) kenal, Iqbaal yang jutek. Kapan Iqbaal akan melakukan hal itu di depan (namakamu)? Jangankan tertawa, tersenyum pun terlihat berat. Masihkah Iqbaal memebencinya? Karena apa? Karena (namakamu) bodoh? -,- CREK CREK CREK Berkali-kali (namakamu) menangkap gambar-gambar Iqbaal. Tak sadarkah ia berapa ribu foto Iqbaal tersave di sana. Mulai dari pose paling lucu hingga pose paling tampan. Karena tak ada pose Iqbaal yang jelek menurut Soniq #lah menurut (namakamu). Satu jam berlalu, semua pemain menghampiri pinggir lapangan, mengambil tas mereka, beristirahat sejenak untuk minum dan mngelap keringat. (Namakamu) beranjak dari tempat duduknya, turun menuruni tangga-tangga kursi penonton ini menghampiri Iqbaal. Nih. (Namakamu) menyodorkan sehelai anduk kecil dan air mineral botolan yang sempat dibelinya tadi. Iqbaal mengibaskan tangannya sambil merogoh botol minuman di dalam tasnya. Dari apa mubazir mending buat gue. Aldi menyambar handuk dan minuman dari tangan (namakamu). (Namakamu) tersenyum menyerahkan kedua benda itu dari tangannya. Gue gak bawa handuk. Iqbaal balik menyambar handuk yang baru saja diraih Aldi dari tangan (namakamu). Lalu melangkah gontai menjauhi kedua makhluk itu. Isssh. Aldi kesal, sok jual mahal. Tadi ketika (namakamu) hendak memberikannya ia menolak, tapi sekarang... Masih mau nunggu? Tanya Aldi setelah puas meneguk air mineral yang dia raih dari tangan (namakamu) tadi. Iya, sampai kalian pulang. Jawab (namakamu) tanpa menatap Aldi, tatapanya mengikuti arah langkah Iqbaal yang kini menjauh berjalan menghampiri rekan-rekannya yang lain. Oh ya udah. Makasih ya ini. Aldi mengangkat botol air mineralnya, lalu melangkah menjauhi (namakamu) bergabung dengan rekan-rekannya yang lain bersama Iqbaal. (Namakamu) menyingkir dari pinggir lapangan, kembali melangkahkan kakinya menuju kursinya tempat ia duduk memandangi Iqbaal tadi. Menopang dagunya dengan tangan kanan yang bertumpu pada pahanya. Menatap setiap gerakan Iqbaal, tak ada yang terlewat sama sekali. Jika boleh saat ini ia ingin meminta agar kelopak matanya tak turun untuk berkedip, karena sama sekali tak ingin melewatkan gerak-gerik Iqbaal di depan sana. Dua jam berlalu dengan cepat bagi (namakamu). Diliriknya jam tangan yang menempel dipergelanyan tangannya. Pukul 4 sore. (Namakamu) beranjak dari duduknya. Berniat untuk pulang, karena kini Iqbaal dan semua rekannya tengah membereskan tasnya bersiap untuk pulang juga. (Namakamu) sudah berjanji pada Iqbaal bahwa ia akan pulang sendiri, Iqbaal tidak akan mengantarnya pulang. Maka dari itu ia kini tak menunggu Iqbaal hingga keluar lapangan. (Namakamu) terlebih dahulu meninggalkan Iqbaal dengan perasaan berbunga karena kini memory card di ponselnya dipenuhi foto terbaru Iqbaal. Sambil melangkah menyusuri koridor sekolah (namakamu) tak henti mengotak-atik ponselnya, menatap gambar Iqbaal satu persatu pada layar ponselnya tersebut, sesekali tersenyum melihat wajah Iqbaal ketika tengah tertawa lepas. Wayoo!!! Tiba-tiba seseorang dari arah belakang menepuk punggung (namakamu). (namakamu) yang tengah terbuai dengan foto Iqbaal itu dibuat kaget setengah mati. ALDI!!! (Namakamu) geram dengan tingkah konyol Aldi, karena tingkahnya tadi (namakamu) hampir melempar ponselnya. Maaf... Maaf... Abisnya serius banget, sampe gak denger gue lari-lari ngejar lo. Aldi terkekeh melihat wajah (namakamu) yang masih shock akibat tingkahnya tadi. (Namakamu) tak menjawab. Wajahnya masih di cemberut, masih kesal dengan tingkah Aldi. Lo pulang sama siapa? Tanya Aldi mencoba mengubah raut wajah (namakamu). Sendiri. Jawab (namakamu) dengan bibir yang masih manyun. Gak dianter Iqbaal? Tanya Aldi lagi. (Namakamu) menggeleng. Ya udah, kalau gitu gue yang anter. Mau kan? Aldi menaik turunkan alisnya. Yaaa... Itung-itung nebus kesalahan gue karena gue udah ngaggetin lo tadi. Aldi mencoba kembali merayu gadis yang berjalan di sampingnya ini. (Namakamu) menghentikan langkahnya. Berpikir sejenak. Jika ia pulang sendiri, maka ia akan pulang naik bis, dan itu akan memakan banyak waktu untuk menunggu bis, belum lagi perjalanan sore hari yang macet. Jika (namakamu) pulang dengan Aldi... Bagaimana dengan Iqbaal? Apa Iqbaal tidak akan cemburu? #kepedean. Gak deh. Gue pulang sendiri aja Al. (Namakamu) menolak ajakan Aldi dengan lembut. Yakin? Ini udah sore loh.Aldi melirik jam tangannya. Paling lo nanti dapet bis sekitar jam 5an, terus sampe rumah sekitaaaar jam 7an. Macet. Karena ini kan waktunya orang-orang pulang kantor. Lanjut Aldi. (Namakamu) terdiam, masih bimbang dengan pilihannya. Eh, anak PUNK yang di pinggir-pinggir jalan udah nongol tuh jam segini. Hati-hati ya, gue pulang duluan. Bye. Aldi melangkah mendahului (namakamu). Al. Secara tidak sadar (Namakamu) tersugesti oleh ucapan Aldi tadi. Gue nebeng pulang deh. Akhirnya (namakamu) menyerah, membuat Aldi mengembangkan senyumnya penuh kemenangan. Mau nebeng? Hmmmm... Gimana ya? Aldi mengetuk-ngetukan jari tengah pada dagunya. Sebenarnya tingkahnya hanya untuk menggoda (namakamu), hanya untuk membuat (namakamu) kesal. Aldi suka melihat ekspresi wajah (namakamu) ketika terlihat sangat kesal. Ya udah gue yang anter. Tanpa permisi Iqbaal menyambar tangan (namakamu), menariknya atau mungkin menyeret lebih tepatnya. Karena kini langkah (namakamu) terseret tarikan tangan Iqbaal. Baal! Pekik Aldi. Aldi tak habis pikir dengan tingkah menyebalkan Iqbaal. Setengah mati Aldi mengajak (namakamu) untuk pulang bersama dengan berbagai alasan. Dan sekarang? Ketika (namakamu) meminta untuk pulang bersama dengannya, Iqbaal malah merebut (namakamu) seenaknya. Iqbaal memutar tubuhnya Apa? Tanya Iqbaal dengan tangan yang masih menggenggam tangan (namakamu). Gue yang mau nganter (namakamu)! Ya kan (namakamu)? Lo tadi mau pulang bareng gue kan? Pertanyaan Aldi kini berhasil membuat (namakamu) bingung, seperti gadis bodoh. #memangbodoh (Namakamu)? Aldi kembali meminta respon dari (namakamu) yang saat ini masih terdiam, bingung. Iqbaal melepaskan genggaman tangannya pada (namakamu). Ya udah... Gih. Iqbaal mendorong pelan pundak (namakamu) mengakibatkan (namakamu) terdorong ke depan. Aldi memicingkan matanya. Lo bisa kan gak usah kasar kayak gitu? tak terima melihat Iqbaal memperlakukan (namakamu) seperti itu. Dengan cuek Iqbaal memutar balikan tubuhnya, kembali berjalan gontai menerobos koridor sepi ini seolah tak mendengar ucapan Aldi. Pura-pura tak mendengar apa-apa. Gue pulang bareng Iqbaal aja Al. Ucap(Namakamu) sangat hati-hati sambil memejamkan matanya. Takut melihat ekspresi Aldi. Apa?!!! Aldi tak percaya akan ucapan (namakamu) yang lebih memilih pulang bersama laki-laki berbehel itu setelah apa yang barusan dilakukan terhadapnya. Iqbaal mampu mendengarnya. Koridor sepi ini mampu menggemakan suara (namakamu) yang sepertinya terdengar memilih untuk pulang bersama dirinya. Iqbaal menolehkan wajahnya menatap Aldi yang berada di belakang sana. Tersenyum miring, senyum penuh kemenangan karena kini (namakamu) telah memilihnya. Maaf Al. (Namakamu) masih tak mau menatap wajah Aldi. Kini gadis itu berjalan menunduk menghampiri Iqbaal. Mengaitkan tangannya pada lengan Iqbaal yang tengah dilipat di dadanya. Cewek bego!!! Umpat Aldi dalam hati. Kenapa (namakamu) sama sekali tak bisa bersikap jual mahal sedikiiit saja di hadapan Iqbaal, agar Iqbaal tak selalu melecehkannya seperti itu. Aldi benar-benar merasakan ada sesuatu di dalam dadanya yang kini mengganggu sirkulasi pernafasannya. Ada apa dengan dirinya kini? Kenapa Aldi bisa merasakan kesal seperti ini hanya karena (namakamu) lebih memilih pulang dengan Iqbaal? Bukankah Aldi tahu bahwa (namakamu) sangat menggilai Iqbaal? Jadi wajar saja kan apabila (namakamu) lebih memilih Iqbaal daripada dirinya. Atau mungkin... ~bersambungpemirsa~ Ow ow ow... kenapa itu kenapa? :D @citranovy
Posted on: Mon, 25 Nov 2013 12:50:23 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015