PELAJARAN 1 DARI MESIR: FJP DAN MURSI TERLALU VULGAR & KURANG - TopicsExpress



          

PELAJARAN 1 DARI MESIR: FJP DAN MURSI TERLALU VULGAR & KURANG BERHATI-HATI Prof Yoshiki Hatanaka, seorang pakar Timur Tengah dari Jepang berkomentar di program NHK mengenai kudeta Mesir. Pendapatnya ini cukup komprehensif dan menyentuh inti persoalan. Komennya kurang lebih begini: "Paska Mubarak dan pemilu bebas dilaksanakan, terpilihlah Mursi dan kelompok-kelompok Islamis di parlemen. Akan tetapi oposisi terutama anak-anak muda sekular-liberal kemudian kecewa. Mereka mengharapkan tumbuhnya demokrasi seperti di barat. Mursi tidak membawa ke arah itu, ia menginginkan bentuk Islam, masyarakat Islami. Kekecewaan oposisi ini bertemu dengan sebagian masyarakat yang sebenarnya tak terlalu peduli dengan haluan politik, tapi mereka beranggapan Mursi tidak berhasil membawa perbaikan ekonomi segera dan ketidakstabilan politik terus melanda. Akhirnya muncul tamarod dan aksi 30 Juni." ⇢ • Kandidat presiden dari FJP sebenarnya adalah Khairat Al-Shatir, tapi karena terjegal berbagai aturan, akhirnya Muhamad Mursi yang maju dan menang. Awalnya ane kira Al-Shatir itu punya karakter terbalik dengan Mursi. Shatir tegas dan progresif, Mursi wise dan akomodatif. Ternyata salah. Mursi termasuk sangat keras dan progresif. • Tantangan di awal jabatannya adalah kuatnya kekuasaan SCAF dibawah Jendral Thantawi (bahkan situs HT membuat istilah Mursi, Presiden Tanpa Kekuasaan), lalu adanya boikot tim konstituante oleh Liberal & Koptik. Tim konstituante juga karena deadlock terus terancam dibubarkan SCAF. • Mursi bertindak cepat, berulangkali membujuk Liberal dan Koptik duduk kembali di konstituante. Meski sebagian tetap boikot, konstituante akhirnya berhasil menelurkan Konstitusi Baru Mesir. Oposisi ribut menuduh konstitusi tsb akan membawa Mesir ke arah negara milik kelompok tertentu, yaitu negara Islam. • Mursi menyusun kabinet, hanya 2 orang dari Ikhwan (nantinya ditambah 2 lagi). Lagi-lagi membujuk oposisi untuk duduk bersama, tapi mereka menolak. Akhirnya kabinet diisi profesional. Lagi2 oposisi ribut. PM Hisyam Qandil yang ada jenggotan sedikit itu meski disebut dari kalangan profesional, tapi mereka yakin sebenarnya dia Ikhwan juga. Di sinilah tuduhan Ikhwanisasi Mesir semakin kuat. • Secara mengejutkan, para terdakwa pembunuhan demonstran dibebaskan tanpa pengadilan. Laporan TPF diendapkan Jaksa Agung. Disaat yang sama tercium rencana kudeta oleh Jendaral Thantawi/ SCAF dan juga perang Gaza (oh iya, Thantawi sdh ditunjuk jadi Menhan oleh Mursi). Akhirnya Mursi mengeluarkan Dekrit. Ketika 9 tentara Mesir dibunuh oleh jihadis di Sinai, Jendral Thantawi dipecat dengan alasan dianggap lalai. Penggantinya adalah Jendral As-Sisi (perwira intelejen yang membantu bongkar plot kudeta Thantawi). Jaksa Agung juga dipecat dan penyidikan ulang thd pelaku pembunuhan demonstran akan dilanjutkan. Pengadilan ulang thd Mubarak juga dilaksanakan. Referendum konstitusi dilaksanakan. Oposisi kembali demo menentang Dekrit dan tetek bengeknya. • Supaya singkat, langsung saja ke poin terakhir dimana Mursi melakukan penunjukan gubernur-gubernur baru, di sini semakin vulgar menempatkan Ikhwan dan Islamis. Bahkan di provinsi Luxor yang ditunjuk adalah dari salah satu pendiri Jamaah Islamiyah Mesir yg dimasa lalu memilih jalan kekerasan. Ini semakin membuat oposisi kehabisan kesabaran dan memancing mereka untuk bisa bersatu, turun kembali ke Tahrir untuk menghentikan apa yg mereka sebut sbg "agenda Islamis" (kata lain dari Islamisasi Mesir). ⇢ Melihat hal-hal tersebut, kita melihat kesan bahwa Mursi memang terlalu progresif dan vulgar seolah-olah ingin mengejar Syariah Islam bisa ditegakan langsung dalam 4 tahun jabatannya. Ya, kalau situasi dan infrastrukturnya sudah siap ia bisa saja merevormasi sistem hukum Mesir dengan segera. Mursi menyangka bahwa oposisi (selain antek Mubarak) akan memilih menempatkan diri menjadi oposisi yg baik. Ini betul kalau tidak ada isu "agenda islamisasi" oleh FJP dan partai-partai Islam lainnya. Nyatanya tidak. Dan ketika Mursi memperlakukan mereka sbg oposisi ini membuat mrk seolah diperlakukan sama dg antek Mubarak. Dalam kondisi kritis seperti ini, shrsnya Mursi buat fokus dan melokalisir antek-antek Mubarak saja. Bahkan kalau perlu, kalangan oposisi liberal dan sekuler tak ada salahnya diajak duduk dalam pemerintahan. Sebagai PM misalnya. Atau kalau tidak, setidaknya buat move yang lunak, tdk perlu terlalu vulgar & progresif. Dengan demikian, selama pemerintahannya bisa fokus "menggembala" militer dan menegakan keadilan bagi rezim lama saja dan semua pihak yg ikut demo anti Mubarak dilibatkan dalam proses ini. Fokus ini akan meminimalkan ganjalan dan rongrongan bagi pembangunan ekonomi Mesir. Memang polarisasi ini dimulai di majlis konstituante. Jadi tak soal menampung lebih banyak usulan Koptik dan Sekuler liberal di sini. Memang hasilnya konstitusi Mesir akan jauh lebih tidak Islami lg dari skrng. Tapi tak apa. Toh nanti juga konstitusi bisa diperbaiki sambil berjalan. Ketika Islamis berhasil membawa kesejahteraan, apa pun akan lebih mudah nantinya. Akhirul kalam. Inilah pelajaran bagi kita dari Mesir. Fokus dan bermain pelan tapi pasti ini juga sudah berhasil membuat AKP Turki eksis menghadapi berkali-kali plot kudeta militer selama 10 tahun ini. Mursi hanya selamat sekali (era Jendral Thantawi) tapi tak selamat dalam plot kedua (Jendral As-Sisi). Memang inilah Mesir yang menurut Amr bin Ash, urusannya setara dengan urusan khalifah.
Posted on: Sun, 07 Jul 2013 00:05:31 +0000

Trending Topics



dy" style="min-height:30px;">
Heres to the crazy ones. The misfits. The rebels. The

Recently Viewed Topics




© 2015