PENGANTAR REDAKSI Salam Mahasiswa,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,! Berawal - TopicsExpress



          

PENGANTAR REDAKSI Salam Mahasiswa,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,! Berawal dari banyaknya permintaan masyarakat kampus yang haus akan informasi internal maupun eksternal dunia kampus maka kami mencoba menyuguhkan sebuah BULETIN Perdana yang semoga bisa mengobati dahaga akan informasi para insan kampus tersebut. Dengan terbitnya buletin edisi perdana ini kami mencoba mengangkat kembali tentang paradigma pendidikan menurut kaca mata Syaiduna Syeikh Al-Habib Saggaf bin Mahdi bin syeikh Abu Bakar bin Salim dengan panggilan akrabnya beliau Abah, guru besar Al-ashriyyah Nurul Iman Islamic Boarding School, yang telah mewarisi sistem dan konsep pendidikan yang belum kita sadari dan pahami secara mendalam. Ternyata beliau telah menjalankan konsep yang sama sekali belum pernah terpikirkian sebelumnya , sebuah konsep pendidikan yang mampu diemplimentasikan secara sempurna dan nyata . Oleh karnya konsep pendidikan apakah itu?,hingga kita sendiri sebagai mahasiswa di STAINI belum menyadari dan memahami hal itu. Kiranya, pembaca terangsang dan penasaran ingin mengetahui konsep tersebut, selamat membaca,,,,,,,,,,,, Crew Redaksi Konsep Pendidikan Cerdas, Refleksi Kehidupan Masa Kini Abah, raganya memang telah tiada. Namun kehebatan pemikirannya terus meninggalkan jejak yang layak untuk selalu dikaji dan di teliti sebagai salah seorang cendikiawan muslim yang tersohor abad ini, Abah adalah soko guru yang memiliki pengaruh besar bagi dunia islam terutama di Indonesia. Beliau telah banyak melakukan penelitian yang berkaitan dengan sistem pendidikan dengan melakukan perjalanan keberbagai belahan dunia dan membuktikan bahwa “Whatever Theory used by scholars must always be based on Al-Qu’ran”. Tentu saja karna semua titik terang didalam ranah kehidupan manusia haruslah bersumber dari Al-Qur’an, petunjuk kebeneran untuk semua umat. Abah telah mewariskan kepada kita sebuah warisan berharga akan paradigma berfikir yang kompleks dan begitu dalam dengan suatu sistem pendidikan yang beliau sebut dengan “Konsep Pendidikan Cerdas”. Konsep ini merupakan sebuah cabang dari konsep pendidikan yang diajarkan Al-Quran dan merupakan hasil dan penelitian yang selama ini beliau lakukan. STAINI atau secara global dapat kita sebut sebagai Al-Ashriyyah Nurul Iman Islamic Boarding School adalah bukti nyata kebenaran Al-Quran dan sukses besar atas keberhasilan pemikiran beliau. Intellegent School : Masa Depan Generasi Muda Islam Realita kegagalan dalam sektor pendidikan di negara-negara dunia ketiga seperti Indonesia terus menyisakan PR yang tak kunjung terselesaikan. Kegagalan demi kegagalan datang silih berganti di tambah dengan besarnya angka pengangguran yang berakibat pada naiknya angka kriminalitas di negri ini. Dalam kurun waktu 13 tahun pasca Reformasi Indonesia. Masih mengalami ketergantungan ekonomi kepada negara-negara barat yang mayoritas non muslim dan tetap bertahan pada keterbelakangan sektor pendidikan. Situasi yang rumit serta sikap amoral para pejabat telah cukup untuk di jadikan bukti bahwa ada yang salah dengan sistem pendidikan di negri ini. Masyarakat Indonesia belum dapat menemukan hakikat dan makna kebenaran dari kecanggihan ilmu pengetahuan dunia. Secara sederhana, bahwa yang seharusnya kita peroleh dari pendidikan dan ilmu pengetahuan adalah sebuah kebenaran. Namun disisi lain, materialisme telah mengungkapkan bahwa ilmu pengetahuan nyaris selalu diabaikan dan hanya menyentuh permukaan materi secara fisiknya saja karna sesungguhnya, ada begitu banyak polemik yang muncul justru berasal dari problematika non materi yang bersumber dari ketidak sadaran manusia . Intelektual muslim Buya Hamka berpendapat, ada tiga elemen penting dalam ilmu sosial yang berorientasi sebagai pembahas manusia dari belenggu penderitaan. Pertama, Transendensi sebagai nilai dasar keimanan yang menempatkan agama sebagai sentral ilmu tanpa mengabaikan unsur-unsur lainya. Kedua, leberasi yang dalam ilmu sosial tentu bertanggung jawab untuk melepaskan dominasi keserakahan dan egoisme manusia. Ketiga, adalah humanisasi sebagai konsep pemusatan diri manusia kepada Tuhan . Dalam hal ini, konsep pendidikan cerdas yang Abah cetuskan telah memadukan ketiga elemen penting tersebut sebagai pondasi yang kuat dan utuh. Karna mendidik manusia bukan hanya sekedar memberikan materi secara fisik saja tetapi cenderung lebih mengarah kepada non materi (Change of behavior). Disinilah letak kekuatan yang sesungguhnya, di mana emosional dan spiritualitas seorang manusia menjadi lebih berharga jika di bandingkan dengan kehebatan intelektual belaka. Walhasil, mencari sebuah kebenaran haruslah mengikuti konsep yang jelas dengan suatu landasan yang kuat generasi islam harus mengenal dunia dan membuka mata hatinya terhadap kabutuhan rohani, pun mereka harus memperkokoh ketahanan jiwa. Konsep pendidikan yang salah akan berdampak pada rusaknya tatanan masyarakat. Di situlah saat fungsi pendidikan kembali di pertanyakan. STAINI : Perpaduan Antar Konsep Konsep pendidikan cerdas merupakan sebuah pemikiran besar yang tidak terlahir begitu saja. Abah telah mempelajari banyak sistem di dunia dan beberapa kali menguji ketahanan sistem tersebut. Jauh sebelum Pondok Pesantren Al-Ashriyyah Nurul Iman berdiri pada tahun 1998, Abah telah banyak membangun pesantren di wilayah Indonesia Namun fakta telah membuktikan kesuksesan atas uji coba yang Abah jalankan. Berdirinya STAINI pun tak lepas dari perencanaan matang yang beliau lakukan. Setelah Yayasan Pondok Pesantern Al-Ashriyyah Nurul Iman di kukuhkan pada tanggal 25 Maret 1999, Abah merintis berdirinya sebuah perguruan tinggi yang sukses di realisasikan pada tanggal 8 juli 2002. Beberapa tahun kemudian, tepatnya pada tanggal 28 September 2008 pemerintah mengakui secara resmi bahwa konsep pendidikan cerdas yang Abah terapkan di STAINI sudah sepatutnya mendapat perhatian. Laju perkembangan STAINI pun meningkat sangat pesat, terutama karna banyaknya jumlah mahasiswa baru yang ingin menjadi bagian dari STAINI. STAINI sebagai salah satu cabang dari YAPPANI atau sekarang ini telah menjadi Al-Ashriyyah Nurul Iman Islamic Boarding School menekankan tiga macam sistem kecerdasan. Pertama, Spritual sebagai dasar untuk melakukan tindakan, sehingga pelajar tidak hanya mengedepankan persoalan duniawi saja. Kedua, pembekalan kecerdasan umum sebagai sarana untuk membuka diri terhadap pergaulan dunia terutama karna semakin pesatnya perkembangan teknologi dewasa ini. Ketiga Life Skill sebagai upaya untuk bertahan hidup (Survive), di tengah derasnya arus globalisasi yang melanda dunia.Generasi muda harus menerima pembekalan yang cukup, selain visi dan misi kehidupan yang memang sudah harus di tanamkan sejak kecil. Abah, pendiri STAINI sekaligus penemu konsep pendidikan cerdas menginginkan sebuah kesuksesan tanpa batas. Beliau tidak menginginkan kesuksesan semu, di mana kebahagian batin terabaikan. Religiousitas seseorang patut mendapat perhatian sebagai mana jasad membutuhkan makanan untuk menstimulasi tubuh. Perpaduan antara tiga elemen penting dalam kehidupan sosial manusia serta di tekanya tiga macam bentuk kecerdasan akan berakhir pada perubahan sikap dan pandangan hidup(lifeview). Pada titik inilah kesuksesan yang sesungguhnya akan muncul. Di tengah arusnya persaingan dunia. STAINI memiliki sasaran dan strategi pencapaian dalam mengintegrasikan keislaman dan keilmuan. STAINI menciptakan manusia-manusia unggul yang produktif secara utuh dengan Al-Qur’an sebagai landasan dalam mengarungi lautan kehidupan. Secara tidak langsung, pembekalan demi pembekalan yang dapat dari suatu sistem adalah bahwa Abah ingin proses humanisasi berjalan dengan baik. Manusia harus mengenal dirinya secara utuh hingga proses humanisasi dapat mengantarkan manusia untuk mengenal siapa sesungguhnya ia dan Tuhanya. Pendidikan, landasan Dalam Mencapai Kebenaran Hakiki Ilmu pengetahuan adalah sarana untuk memahami kebenaran Dzat yang eternal, yang secara simultan juga merupakan cara untuk bersosialisasi dan menyatu dengan alam sebab itu, penerapan konsep pendidikan cerdas bagi generasi muda harus segera di sosialisasikan agar manusia tidak cenderung hanya bertumpu pada materi fisik saja. Karna sesungguhnya, disadari atau tidak, saat ini manusia nyaris merasakan kehidupan yang mati dan jiwa yang kering. Hingga manusia menyadari bahwa spritualitas dan ilmu pengetahuan merupakan hal yang tak dapat di pisahkan. Abah pun telah menjelaskan secara terperinci bahwa segala sesuatu merupakan bagian dari suatu yang lain. Pada hakikatnya, tak ada yang dapat dipisahkan dari sesuatu yang utuh. Jikalau dapat, tentu saja akan ada kaitan antara satu dengan lainya . Ilmu pengetahuan tak dapat di pisahkan antara ilmu agama ataupun umum. Satu sama lain saling berkaitan, dan manusia memiliki kebutuhan yang sama untuk menguasainya. Penulis: Eti Rahmawati Penggiat Redaksi STAINI Mahasiswi Fakultas Ushuludin STAINI Konsep Pendidikan Cerdas, Refleksi Kehidupan Masa Kini Abah, raganya memang telah tiada. Namun kehebatan pemikirannya terus meninggalkan jejak yang layak untuk selalu dikaji dan di teliti sebagai salah seorang cendikiawan muslim yang tersohor abad ini, Abah adalah soko guru yang memiliki pengaruh besar bagi dunia islam terutama di Indonesia. Beliau telah banyak melakukan penelitian yang berkaitan dengan sistem pendidikan dengan melakukan perjalanan keberbagai belahan dunia dan membuktikan bahwa “Whatever Theory used by scholars must always be based on Al-Qu’ran”. Tentu saja karna semua titik terang didalam ranah kehidupan manusia haruslah bersumber dari Al-Qur’an, petunjuk kebeneran untuk semua umat. Abah telah mewariskan kepada kita sebuah warisan berharga akan paradigma berfikir yang kompleks dan begitu dalam dengan suatu sistem pendidikan yang beliau sebut dengan “Konsep Pendidikan Cerdas”. Konsep ini merupakan sebuah cabang dari konsep pendidikan yang diajarkan Al-Quran dan merupakan hasil dan penelitian yang selama ini beliau lakukan. STAINI atau secara global dapat kita sebut sebagai Al-Ashriyyah Nurul Iman Islamic Boarding School adalah bukti nyata kebenaran Al-Quran dan sukses besar atas keberhasilan pemikiran beliau. Intellegent School : Masa Depan Generasi Muda Islam Realita kegagalan dalam sektor pendidikan di negara-negara dunia ketiga seperti Indonesia terus menyisakan PR yang tak kunjung terselesaikan. Kegagalan demi kegagalan datang silih berganti di tambah dengan besarnya angka pengangguran yang berakibat pada naiknya angka kriminalitas di negri ini. Dalam kurun waktu 13 tahun pasca Reformasi Indonesia. Masih mengalami ketergantungan ekonomi kepada negara-negara barat yang mayoritas non muslim dan tetap bertahan pada keterbelakangan sektor pendidikan. Situasi yang rumit serta sikap amoral para pejabat telah cukup untuk di jadikan bukti bahwa ada yang salah dengan sistem pendidikan di negri ini. Masyarakat Indonesia belum dapat menemukan hakikat dan makna kebenaran dari kecanggihan ilmu pengetahuan dunia. Secara sederhana, bahwa yang seharusnya kita peroleh dari pendidikan dan ilmu pengetahuan adalah sebuah kebenaran. Namun disisi lain, materialisme telah mengungkapkan bahwa ilmu pengetahuan nyaris selalu diabaikan dan hanya menyentuh permukaan materi secara fisiknya saja karna sesungguhnya, ada begitu banyak polemik yang muncul justru berasal dari problematika non materi yang bersumber dari ketidak sadaran manusia . Intelektual muslim Buya Hamka berpendapat, ada tiga elemen penting dalam ilmu sosial yang berorientasi sebagai pembahas manusia dari belenggu penderitaan. Pertama, Transendensi sebagai nilai dasar keimanan yang menempatkan agama sebagai sentral ilmu tanpa mengabaikan unsur-unsur lainya. Kedua, leberasi yang dalam ilmu sosial tentu bertanggung jawab untuk melepaskan dominasi keserakahan dan egoisme manusia. Ketiga, adalah humanisasi sebagai konsep pemusatan diri manusia kepada Tuhan . Dalam hal ini, konsep pendidikan cerdas yang Abah cetuskan telah memadukan ketiga elemen penting tersebut sebagai pondasi yang kuat dan utuh. Karna mendidik manusia bukan hanya sekedar memberikan materi secara fisik saja tetapi cenderung lebih mengarah kepada non materi (Change of behavior). Disinilah letak kekuatan yang sesungguhnya, di mana emosional dan spiritualitas seorang manusia menjadi lebih berharga jika di bandingkan dengan kehebatan intelektual belaka. Walhasil, mencari sebuah kebenaran haruslah mengikuti konsep yang jelas dengan suatu landasan yang kuat generasi islam harus mengenal dunia dan membuka mata hatinya terhadap kabutuhan rohani, pun mereka harus memperkokoh ketahanan jiwa. Konsep pendidikan yang salah akan berdampak pada rusaknya tatanan masyarakat. Di situlah saat fungsi pendidikan kembali di pertanyakan. STAINI : Perpaduan Antar Konsep Konsep pendidikan cerdas merupakan sebuah pemikiran besar yang tidak terlahir begitu saja. Abah telah mempelajari banyak sistem di dunia dan beberapa kali menguji ketahanan sistem tersebut. Jauh sebelum Pondok Pesantren Al-Ashriyyah Nurul Iman berdiri pada tahun 1998, Abah telah banyak membangun pesantren di wilayah Indonesia Namun fakta telah membuktikan kesuksesan atas uji coba yang Abah jalankan. Berdirinya STAINI pun tak lepas dari perencanaan matang yang beliau lakukan. Setelah Yayasan Pondok Pesantern Al-Ashriyyah Nurul Iman di kukuhkan pada tanggal 25 Maret 1999, Abah merintis berdirinya sebuah perguruan tinggi yang sukses di realisasikan pada tanggal 8 juli 2002. Beberapa tahun kemudian, tepatnya pada tanggal 28 September 2008 pemerintah mengakui secara resmi bahwa konsep pendidikan cerdas yang Abah terapkan di STAINI sudah sepatutnya mendapat perhatian. Laju perkembangan STAINI pun meningkat sangat pesat, terutama karna banyaknya jumlah mahasiswa baru yang ingin menjadi bagian dari STAINI. STAINI sebagai salah satu cabang dari YAPPANI atau sekarang ini telah menjadi Al-Ashriyyah Nurul Iman Islamic Boarding School menekankan tiga macam sistem kecerdasan. Pertama, Spritual sebagai dasar untuk melakukan tindakan, sehingga pelajar tidak hanya mengedepankan persoalan duniawi saja. Kedua, pembekalan kecerdasan umum sebagai sarana untuk membuka diri terhadap pergaulan dunia terutama karna semakin pesatnya perkembangan teknologi dewasa ini. Ketiga Life Skill sebagai upaya untuk bertahan hidup (Survive), di tengah derasnya arus globalisasi yang melanda dunia. Generasi muda harus menerima pembekalan yang cukup, selain visi dan misi kehidupan yang memang sudah harus di tanamkan sejak kecil. PENGANTARREDAKSI SalamMahasiswa,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,! Berawal dari banyaknya permintaan masyarakat kampus yang hausakan informasi internal maupun eksternal dunia kampus maka kami mencobamenyuguhkan sebuah BULETIN Perdana yang semoga bisa mengobati dahaga akaninformasi para insan kampus tersebut. Dengan terbitnya buletin edisi perdana ini kami mencobamengangkat kembali tentang paradigma pendidikan menurut kaca mata SyaidunaSyeikh Al-Habib Saggaf bin Mahdi bin syeikh Abu Bakar bin Salim denganpanggilan akrabnya beliau Abah, guru besar Al-ashriyyah Nurul Iman IslamicBoarding School, yang telah mewarisi sistem dan konsep pendidikan yangbelum kita sadari dan pahami secara mendalam. Ternyata beliau telah menjalankan konsep yang sama sekali belumpernah terpikirkian sebelumnya , sebuah konsep pendidikan yang mampu diemplimentasikan secara sempurna dan nyata . Oleh karnya konsep pendidikan apakah itu?,hingga kita sendirisebagai mahasiswa di STAINI belum menyadari dan memahami hal itu. Kiranya, pembaca terangsang dan penasaran ingin mengetahuikonsep tersebut, selamat membaca,,,,,,,,,,,, CrewRedaksi Abah, pendiri STAINI sekaligus penemu konsep pendidikan cerdas menginginkan sebuah kesuksesan tanpa batas. Beliau tidak menginginkan kesuksesan semu, di mana kebahagian batin terabaikan. Religiousitas seseorang patut mendapat perhatian sebagai mana jasad membutuhkan makanan untuk menstimulasi tubuh. Perpaduan antara tiga elemen penting dalam kehidupan sosial manusia serta di tekanya tiga macam bentuk kecerdasan akan berakhir pada perubahan sikap dan pandangan hidup(lifeview). Pada titik inilah kesuksesan yang sesungguhnya akan muncul. Di tengah arusnya persaingan dunia. STAINI memiliki sasaran dan strategi pencapaian dalam mengintegrasikan keislaman dan keilmuan. STAINI menciptakan manusia-manusia unggul yang produktif secara utuh dengan Al-Qur’an sebagai landasan dalam mengarungi lautan kehidupan. Secara tidak langsung, pembekalan demi pembekalan yang dapat dari suatu sistem adalah bahwa Abah ingin proses humanisasi berjalan dengan baik. Manusia harus mengenal dirinya secara utuh hingga proses humanisasi dapat mengantarkan manusia untuk mengenal siapa sesungguhnya ia dan Tuhanya. Pendidikan, landasan Dalam Mencapai Kebenaran Hakiki Ilmu pengetahuan adalah sarana untuk memahami kebenaran Dzat yang eternal, yang secara simultan juga merupakan cara untuk bersosialisasi dan menyatu dengan alam sebab itu, penerapan konsep pendidikan cerdas bagi generasi muda harus segera di sosialisasikan agar manusia tidak cenderung hanya bertumpu pada materi fisik saja. Karna sesungguhnya, disadari atau tidak, saat ini manusia nyaris merasakan kehidupan yang mati dan jiwa yang kering. Hingga manusia menyadari bahwa spritualitas dan ilmu pengetahuan merupakan hal yang tak dapat di pisahkan. Abah pun telah menjelaskan secara terperinci bahwa segala sesuatu merupakan bagian dari suatu yang lain. Pada hakikatnya, tak ada yang dapat dipisahkan dari sesuatu yang utuh. Jikalau dapat, tentu saja akan ada kaitan antara satu dengan lainya . Ilmu pengetahuan tak dapat di pisahkan antara ilmu agama ataupun umum. Satu sama lain saling berkaitan, dan manusia memiliki kebutuhan yang sama untuk menguasainya.
Posted on: Sat, 19 Oct 2013 09:08:57 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015