PENGHORMATAN AKAN SALIB Oleh : Rm. Yohanes Bambang Salah satu - TopicsExpress



          

PENGHORMATAN AKAN SALIB Oleh : Rm. Yohanes Bambang Salah satu perbedaan antara Orthodox dan Protestan adalah Penghormatan Gereja Orthodox terhadap salib. Para Saudara kita Protestan tidak menandai diri mereka sendiri dengan tanda salib sebelum atau sesudah doa, dan mengatakan :”Dalam Nama Sang Bapa, dan Sang Putra serta Sang Roh Kudus” Mereka tidak menandai makanan dengan tanda Salib sebelum makan, maupun tidak menggunakan salib untuk memberkati orang-orang atau pakaian. Para Saudara kita Protestan terisi bahwa mereka percaya salib hanya didalam hati mereka tanpa menggunakannya. Baru-baru ini sampai mereka tidak menancapkan Salib pada gereja-gereja mereka. Banyak dari mereka yang tidak mengenakan salib dan tidak satupun dari mereka memegang salib di tangan mereka. Mereka juga tidak merayakan pesta-pesta salib pun juga tidak menggunakan arak-arakan dengan memegang salib sementara menyanyikan kidung-kidungan dan puji-pujian. Mereka tidak mencium salib dan tidak mengambil suatu berkat darinya. Sekarang kita akan berusaha menerangkan mengapa Orthodoxia memberi demikian penting pada salib dan kita akan melihat bahwa membuat tanda salib itu sangat bermanfaat, berguna dan sesuai dengan pengajaran Kitab Suci. 1). Penekanan Tuhan Yesus Kristus Tentang Salib Sejak permulaan Pelayanan Tuhan, selama pengajaranNya dan terutama pada penyalibanNya, Dia telah meletakkan penekanan yang cukup besar pada Salib. Dia berkata : “Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak layak bagiKu” ( Mat 10:38) dan “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku” (Mat 16:24, band Mrk 8:34). Dalam PercakapanNya dengan orang muda yang kaya, Dia berkata padanya : “..pergilah , juallah apa yang kaumiliki dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin , maka engkau akan beroleh harta di sorga , kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku” ( Mark 10:21). Ia juga berkata : “Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak dapat menjadi muridKu” ( Mat 14:27). 2). Salib adalah inti dari pelayanan para malaikat dan Para rasul Suatu pokok yang penting adalah bahwa sang malaikat yang memberitakan kebangkitan Tuhan itu berkata pada para wanita : “…kamu mencari Yesus yang telah disalibkan itu. Ia tidak ada di sini, sebab Ia telah bangkit, sama seperti yang telah dikatakanNya..” (Mat 28:5-6). Jadi jelas Sang malaikat itu menyebut Tuhan “yang telah disalibkan”, meskipun Dia itu telah bangkit. Dengan demikian gelar “Disalibkan” itu terus dikaitkan pada Tuhan. Para bapa rasul telah menekankan penyaliban Tuhan dalam kotbah mereka. Dalam kotbahnya pada orang-orang yahudi, Js. Petrus mengatakan : “Jadi seluruh kaum Israel harus tahu dengan pasti, bahwa Allah telah membuat Yesus, yang kamu salibkan itu, menjadi Tuhan dan Kristus” ( Kis 2:36). Js. Paulus mengatakan : “…kita memberitakan Kristus yang disalibkan” ( 1 Kor 1:23), meskipun penyaliban Tuhan itu telah dipandang sebagai “suatu batu sandungan dan bagi kebodohan orang orang Yunani”. Sang rasul memandang Salib adalah esensi dari kekristenan dan mengatakan : “Sebab aku telah memutuskan untuk tidak mengetahui apa-apa di antara kamu selain Yesus Kristus, yaitu Dia yang disalibkan” ( 1 Kor 2:2). Yang ia maksudkan bahwa salib adalah satu-satunya pokok yang dia ingin ketahui. 3). Salib adalah Obyek kemuliaan Para rasul Js. Paulus Sang rasul mengatakan :”Tetapi aku sekali-kali tidak mau bermegah, selain dalam salib Tuhan kita Yesus Kristus” ( Gal 6:14). Kalau kita meminta dia rahasia dibalik kata-kata ini, ia akan terus dan mengatakan :”sebab olehnya dunia telah disalibkan bagiku dan aku bagi dunia” ( Gal 6:14) 4). Ketika kita membuat tanda salib, kita menmgingat banyak arti kudus dan rohaninya Kita ingat akan kasih Allah pada kita, yang demi keselamatan kita telah mati untuk kita :”Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi Tuhan telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian” ( Yes 53:6). Ketika kita membuat tanda salib, kita ingat akan :”Domba Allah yang mengambil dosa dunia” ( Yoh 1:29), dan bahwa :”Ia adalah pendamaian untuk segala dosa kita, dan bukan untuk dosa kita saja, tetapi juga untuk dosa seluruh dunia” ( 1 Yoh 2:2) 5). Ketika kita membuat tanda salib, kita mengaku bahwa kita ikut disalibkan. Bagi mereka yang mengambil salib hanya dengan arti rohaninya kedalam hati tanpa menunjukkan tanda tanda nyata, itu tidak mengungkapkan secara terbuka milik yang kita nyatakan dalam wujud dengan membuat tanda salib, didalam mengenakan dan mencium salib di depan semua orang, dalam ukiran di pergelangan tangan kita dan sampai meningkat pada tempat-tempat ibadah kita. Dengan melakukan semua ini, maka kita sedang memberitakan keyakinan kita ini secara terbuka. Kita tidak memalukan salib kristus di depan orang-orang namun kita memuliaakannya, dipanggil olehnya, merayakan pesta-pestanya dan berpegang teguh bahkan tanpa kita mengambil salib, penampakan kita itu menyatakan keyakinan kita. 6). Manusia tidak hanya roh dan pikiran, namun ia juga mempunyai indra jasmani yang seharusnya indra tersebut melintasi melalui sarana salib yang disebutkan diatas Tidak semua orang itu datang dari tingkat kerohanian yang sama dan tidak memerlukan indra bagi perenungan kerohanian mereka. Indra itu diberi gizi oleh semua sarana yang telah disebutkan diatas dan tidak dibatasi dalam diri mereka sendiri, namun mereka itu mentransfer efek-efek yang mereka terima pada pikiran dan roh. Pikiran itu sendiri mungkin tidak mengingat salib atau mungkin tidak mengingatnya terlalu banyak. Namun saat ia memahami salib sebelumnya, melalui indra, ia mengingat semua perasaan kudus dan rohani yang dihubungkan dengan salib dan tersalibkan. Dengan demikian kita menyembah Allah secara rohani, intelek dan fisik, yang mana semua ini menguatkan satu sama lain. 7. Kita tidak membuat tanda Salib Keheningan, namun kita katakan : “dalam nama Sang Bapa dan Sang Putra serta Sang Roh Kudus” Kartena itu setiap saat kita membuat tanda salib, kita mengaku keyakinan kita dala Tritunggal Mahakudus yang adalah Allah selamanya. Amen. Dengan demikian kita diberi kesempatan tetap mengingat akan Tritunggal Mahakudus dalam hidup dan kehidupan ini. 8). Dalam membuat tanda Salib, kita menyatakan keyakinan kita dalam Inkarnasi dan Penebusan. Kita membuat tanda salib dari atas kebawah dan dari kiri ke kanan. Kita mengungat bahwa Allah telah turun dan memindahkan umat manusia dari kiri ke kanan, dari kegelapan kepada terang, dari kematian kepada hidup. Berapa banyak penerungan yang kita pikirkan dengan otak kita dan rasa dengan hati kita ketika kita membuat tanda salib. 9). Membuat tanda salib adalah suatu pengajaran agama kepada anak-anak kita dan pada orang-orang lain. Ia yang membuat tanda salib saat dia berdoa, saat dia masuk Gereja, saat dia makan, saat dia akan tidur dan segala waktu, adalah dia yang mengingat salib. Peringatakan ini adalah bermanfaat untuk kerohanian dan secara Alkitabiah sangatlah diperlukan. Hal ini juga mengajar umat, khususnya anak-anak kecil, bahwa Kristus telah disalibkan. 10).Dalam Membuat tanda Salib, Kita memberitakan kematian Tuhan bagi kita, sesuai dengan PerintahNya Ini adalah Perintah Tuhan untuk memberitakan kematianNya ( bagi penebusan kita) sampai Dia datang ( l Kor 11:26). Setaip waktu kita membuat tanda salib kita menmgingat kematianNya dan akan mengingat Dia sampai Dia datang. Kita juga mengingat Tuhan dalam Perjamuan kudus namun Sakramen ini tidak dirayakan tidak terus menerus sedangkan kita dapat mem,buat tanda salib itu setiap saat, dan mengingat kematian Tuhan bagi kita. 11). Dalam membuat tanda salib, kita memgingat bahwa penghukuman dosa itu adalah kematian Itulah mengapa Kristus telah mati. Kita telah mati dalam pelanggaran ( Ef 2:5), namun Kristus telah mati bagi kita diatas salib dan telah memberi kita kehidupan. Diatas Salib Dia telah membayar harga dan telah berkata pada sang Bapa “Bapa ampunilah mereka”. 12). Kita membuat Tanda Salib kita mengingat kasih Allah bagi kita Kita mengingat bahwa salib adalah suatu persembahan kasih. “karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yoh 3:16). Kita mengingat bahwa “Akan tetapi Allah menunjukkan kasihNya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa….diperdamaikan dengan Allah oleh kematian AnakNya” ( Rom 5:8,10). Di dalam salib kita mengingat kasih Allah terhadap kita, karena “tidak ada kiasih yang lebih besar daripada kasih seseorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya” ( Yoh 15:13). 13. Kita membuat tanda salib karena salib memberi kita kuasa Js. Paulus telah merasa akan kuasa salib dan berkata : “Tetapi aku sekali-kali tidak mau bermegah, selain dalam salib Tuhan kita Yesus Kristus, sebab olehnya dunia telah disalibkan bagiku dan aku bagi dunia” ( Gal 6:14) dan “Sebab pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa, tetapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan itu adalah kekuatan Allah” ( 1 Kor 1:18). Kita memberitahu bahwa ia tidak mengatakan bahwa penyaliban itu adalah kuasa Allah, namun bahwa kata salib itu sendiri semata-semata “kuasa Allah”. Karena itu, saat kita membuat tanda salib dan saat kita menyebut salib, kita diisi dengan kuasa sebab kita mengingat akan salib itu, melalui salib, Tuhan telah menginjak-injak kematian dan telah memberikan kehidupan bagi semua orang, telah mengalahkan dan mengatasi setan.l Karena itu : 14). Kita membuat tanda salib karena setan takut akan salib Segenap usaha setan semenjak penciptaan Adam sampai Akhir dunia, itu berakhir pada titik nol diatas kayu salib. Allah telah membayar dengan harga melalui darahNya. Ia telah menghapuskan dengan darahNya dosa-dosa semua orang yang percaya dan setia padaNya. Karena itu kapan saja Setan melihat Salib, setan itu bergemetaran, mengingat kekalahan besar dan kehilangan hasratnya dan mundur. Dengan demikian jelas bahwa anak-anak Allah menggunakan tanda salib itu, karena salib adalah tanda kemenangan dan kuasa Allah. Mereka diisi dengan kuasa kedalam, dan musuh gemetar dibuatnya. Mengangkat Ular di masa lampau, adalah obat bagi umat dan keselamatan dari kematian, menyerupai mengangkat kemuliaan Allah diatas kayu salib. Hal ini juga menyerupai tanda salib dalam kasiat-kasiatnya ( Yoh 3:14). 15). Dalam Membuat tanda salib, kita menerima suatu berkat Seluruh dunia telah dikutuk dan telah berada dibawah penghukuman maut. Tetapi pada kayu salib Tuhan telah memanggul segenap kutuk kita, untuk memberi kita berkat pendamaian dengan Allah ( Rom 5:10), berkat kehidupan baru yang murni, berkat keanggotaan tubuhNya. Semua anugerah Perjanjian baru itu didapat dari salib. Itulah menmgapa Para Imam ( Presbiter) menggunakan salib dalam member berkat, menandakan bahwa berkat tidak datang dari mereka namun dari salib Tuhan yang telah mempercayainya mereka untuk digunakan memberkati apa saja. Apalagi mereka menggunakan salib karena mereka mendapatkan keimamannya itu dari keimamannya dari yang tersalibkan Semua berkat Perjanjian Baru itu memnacar dari salib Tuhan dan dari kasiat-kasiat dari salib itu. 16). Salib digunakan dalam sumua Sakramen Kudus dalam Kekristenan Semua Sakramen bersumber dari darah Kristus diatas kayu salib. Jika bukan karena salib, kita tidak akan pernah layak untuk mendekati Allah sebagai anak-anakNya dalam Sakramen Baptisan, kita tidak akan pernah layak untuk mengambil tubuh dan darahNya dalam Sakramen Perjamuan Kudus ( 1 KOr 11:26), pun kita tidak akan pernah nampu untuk menikmati anugerah apapun dari sakramen-sakramen Gereja jika tanpa salib. 17). Kita memuliakan salib untuk mengingat persekutuan kita dengannya Kita mengingat kata-kata Js. Paulus yang mengatakan :” namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup di dalam aku, melainkan Kristuis yang hidup di dalam aku..” ( Gal 2:20) dan “…..ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitanNya dan persekutuan dalam penderitaanNya..” ( Fil 3:10). Disini kita meminta bagi diri kita sendiri : kapan dapatkah kita masuk kedalam persekutuan Penderitaan Kristus dan berdoa dengan Dia ? Kita juga mengingat Pencuri yang bertobat yang telah disalibkan bersama dengan Tuhan dan pantas untuk bersama-sama dengan Dia di Firdaus. Barangkali ia sedang bernyanyi dalam Firdaus nyanyian Js.Paulus : “ Aku telah disalibkan bersama dengan Kristus” Aspirasi kita adalah untuk naik keatas salib dengan Kristus. Salib adalah kemuliaan kita kapanpun salib itu datang, itu berhubungan dengan indra kita. 18). Kita mengagungkan Salib Sebab salib adalah Kesukaan Sang Bapa Sang Bapa telah menerima Kristus diatas kayu salib sebagai korban penghapus dosa yang menyenangkan dan sebagai korban bakaran. Ia adalah bau semerbak wewangi yang menyenangkan Tuhan ( Im 1:9,13,17). Terkait dengan hal ini, Nabi Yesaya mengatakan : “Tetapi Tuhan berkehendak meremukkan dia dengan kesakitan…” ( Yes 53:10). Tuhan Yesus Kristus itu telah memuaskan Sang Bapa dalam segenap kehidupanNya diatas dunia ini. Namun Dia telah masuk kedalam kepenuhan kepuasan ini diatas kayu salib saat Dia “telah merendahkan diriNya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib” ( Fil 2:8). Setiap saat kita melihat salib, kita mengingat kesetiaan yang sempurna dan ketundukkan yang sempurna sehingga kita boleh menyerupai Kristus dalam kesetiaanNya sampai pada titik kematian. Salib adalah obyek yang menyenangkan Sang Bapa, juga obyek yang menyenangkan Putra yang tersalibkan, dan tekait dengan hal ini tertulis :”yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia,…”( Ibr 12:2). Dengan demikian sukacita yang penuh dari Kristus itu ada didalam Salib. Biarlah kita menjadi seperti Dia. 19). Di dalam salib kita pergi kepada Kristus di luar perkemahan dan menanggung-Nya cela (Ibrani 13:13). Cela Kristus adalah Penyaliban dan PenderitaanNya. Didalam membuat tanda salib, kita hihup kembali merasakan Pekan Kudus dan mengingat apa yang dikatakan tentang nabi Musa : “Ia menganggap penghinaan karena Kristus sebagai kekayaan yang lebih besar dari pada harta Mesir..” ( Ibrani 11:26) 20). Kita memanggul Salib Kristus sebab Salib mengingatkan kita tentang KedatanganNya yang kedua kali Kita Suci mengatakan tentang akhir jaman dan kedatangan Tuhan : “Pada waktu itu akan tampak tanda Anak Manusia di langit dan semua bangsa di bumi akan meratap dan mereka akan melihat Anak manusia itu datang di atas awan-awan di langit dengan segala kekuasaan dan kemuliaan-Nya” ( Mat 24:30). Karena itu marilah kita memuja-agungkan salib, tanta Anak manusia, sekarang di bumi sepanjang kita mengharapkan untuk melihatnya di dalam sorga saat Ia datang diawan sorgawi pada kedatanganNya yang mulia. 2) Menghadap Ke Timur Gereja kita dibangun menghadap ke Timur. Kita berdoa menghadap ke timur, karena timur itu telah menjadi symbol bagi kita mengingat arah itu menuntun hati kita pada banyak perenungan yang sungguh sangat berharga. Timur juga mempunyai suatu tempat yang penting dalam pemikiran Allah. Sejak Allah memberi akan pentingnya menghadap ke timur itu, dan untuk lebih jelasnya marilah kita lihat paparan dibawah ini : 1). Sebelum Allah menciptakan manusia, Dia telah menciptakan Timur sebagai suatu sumber terang baginya, dan Allah telah melihat bahwa terang itu adalah baik. Allah telah menciptakan matahari pada hari keempat dan manusia pada hari keenam ( Kej 1). Terbitnya matahari itu adalah symbol Kristus dan terangNya. Tuhan telah disebvut sebagai terang kebenaran, dan hal itu tertulis : “…bagimu akan terbit surya kebenaran dengan kesembuhan pada sayapnya…” ( Mal 4:2). 2). Sebelum Allah menciptakan manusia, Ia telah menanam taman Eden di sebelah Timur bagi dia dan telah menempatkan dia disana. Dia juga telah menanam pohon kehidupan ditaman dimana manusia pertama telah hidup sebelum dosa. Taman Eden menyimbolkan Firdaus padanyalah kita semua bercita-cita ( Kej 2:8). Manusia menghadap ke Timur itu, telah menjadi symbol tentang cita-citanya ke Firdaus yang terampas dan suatu symbol aspirasinya pada pohon kehidupan. 3). Tuhan Yesus Kristus telah dilahirkan di sebuah Negara Timur. Orang majus telah melihat bintangNya di sebelah timur ( Mat 2:2). Bintang adalah symbol tuntunan Illahi. Saat Orang Majus mengikutinya, bintang telah menuntun mereka pada Tuhan. Inilah suatu perenungan yang indah dan mengagumkan. 4). Tuhan Yesus Kristus dilahirkan di Negara Timur, BintangNya telah Nampak di sebelah timur dan IbuNya Sang Dara Maria itu bagaikan pintu gerbang yang menghadap ke timur (Yehez 44:1,2). 5). Keseolamatan telah datang ke dalam dunia itu dari timur. Kristus telah disalibkan di sebuah Negara bagianTimur dimana darahNya tercurah untuk pengampunan dosa-dosa dunia. 6). Kekristenan dan Gereja telah mulai dari timur. Jerusalem ada di Timur. Ini adalah Negara Raja mulia dimana Gereja Pertama di seluruh dunia itu telah didirikan. Injil menyebar dari timur ke seluruh dunia. Di Timur darah para suhada Kristen pertama itu dicurahkan. 7). Kitab Suci menyebutkan beberapa kali bahwa kemuliaan Allah itu ada di timur. Hal ini tertulis dalam kitab Yesaya : “ Sebab itu permuliakanlah Tuhan di negeri-negeri timur..” ( Yes 24:15). Diudalam Kitab Yehezkiel ada suatu nubuatan tentang kedatangan Kristus dalam kemuliaan dari Timur. Hal ini ditulis : “Sungguh kemuliaan Allah Israel datang dari sebelah timur…” ( Yehez 43:2). 8). Karena itu sebagian besar para Theolog mengatakan bahwa kedatangan Kristus kali kedua ini akan datang dari Timur. Di dalam cara yang sama Ia naik ke sorga dan datang kembali itu dari timur ( Kis 1:11). Dalam nubuatan nabi Zakaria , itu tertulis bahwa : “Pada waktu itu kakiNya akan berjejak di bukit zaitun yang terletak di depan Yerusalem di sebelah timur..” ( Zak 14:4). 9). Timur adalah suatu seruan pokok dan membangkitkan ingatan yang menggembirakan. Dalam Kitab Yehezkiel, Sang nabi menulis tentang sungai-sungai kehidupan di sebelah timur ( Yehez 47:1-9). Dan didalam Kitab 2 Raja-raja, hal tersebut ditulis bahwa timur adalah “anak panah kemenangan” ( 2 Raj 13:17). Juga dalam Kitab Yesaya hal ini juga ditulis : “Sebab itu permuliakanlah Tuhan di negeri-negeri timur” ( Yes 24:15). 10). Peringatan akan arah sebelah timur itu mempunyai dampak yang besar pada hati, hal ini mempunyai dampak rohani pada jiwa kita. Kita mengagumi Nabi Daniel saat ia menentang penyembahan berhala. Ia naik keruang atas, telah membuka pintu yang menghadap ke Yerusalem, dan berlutut untuk berdoa. Memang benar Allah itu ada dimana-mana, namun menghadap ke Yerusalem yang berada di sebelah timur itu mempunyai arti dan makna yang sangat dalam dan dampak yang kuat dalam hati. Mengingat beberapa tempat yang membangkitkan emosi kudus dalam hati dan batin kita sebagai orang percaya. 11). Penyembahan kita bukan hanya menyembah dengan intelek dan kepandaian kita, namun juga indra kita. Indra-indra itu dipengaruhi dan indra-indra itu mempengaruhi perasaan jiwa dan batin kita. Suatu contoh : Saat kita berdoa kita mendongak keatas meskipun kita tahu bahwa Allah itu ada dimana-mana. Namun dengan mendongakkan kepada keatas itu, memabngkitkan hati kita, suatu perasaan rohani yang memberi perasaan lebih dalam dalam doa kita. Hal tersebut sama halnya saat kita berdoa menghadap ke timur. Tuhan sendiri, lebih dari sekali, mendongak keatas, meskipun Sang Bapa itu ada di dalam Dia dan Dia ada di dalam Sang Bapa. Namun mendongak keatas dalam berdoa itu mempunyai makna tersendiri dalam batin. 12). Saat kita menghadap ke timur, kita bahkan menghadap ke Altar yang terletak di sebelah timur sebab persembahan itu mempunyai tempat rohani di dalam hati kita dan Kristus paskah kita itu adalah suatu persembahan yang ada di sebelah timur. 13). Dalam Ibadah Baptisan, dalam cara symbol, yang dibaptis dan orangtua selam menghadap ke barat untuk menyangkali setan dan kemudian menghadap ke timur untuk membaca Pengakuan Iman Nikea. Dengan demikian yang dibaptis merasa bahwa dalam baptisan ia dipindah dari barat ke timur yaitu dari kegelapan menuju pada terang. 14). Kita bertanya : mengapa para saudara kita protestan menentang orang ibadah menghadap ketimur, meskipun hal itu membawa suatu makna rohani yang luar biasa, perenungan kudus dan teks peringatan yang dibuktikan dari Kitab Suci dan tidak mengikut sertakan dogma yang salah untuk mengaduk semangat yang kudus ? 3). Mezbah Dan Altar Dalam Gereja Protestan tidaklah ada apa yang dimanakan Mezbah atau Altar di gereja-gereja Protestan . Dan alasan terkait hal ini sangatlah serius, karena dengan tidak adanya altar atau Mezbah, berarti disana tidak ada korban persembahan. Kita akan membicarakan hal korban persembahan ini saat kita membicarakan tentang Sakramen Perjamuan Kudus dan Keimaman. Kita sekarang akan membatasi pembicaraan kita mengenai Alktar. 1). Dalam Perjanjian Lama ada sejumlah bagian yang membicarakan tentang Altar. Tetapi para saudara kita Protestan berpikir bahwa Altar itu hanya sekedar symbol akan Korban Kristus diatas kayu salib dan sekarang telah berakhir. Karena itu pembicaraan kita dengan mereka, kita harus menghadirkan bukti-bukti teks dari Perjanjian baru. 2). Js. Paulus mengatakan dalam suratnya : “Kita mempunyai suatu Mezbah/Altar dan orang-orang yang melayani kemah tidak boleh makan dari apa yang di dalamnya” ( Ibr 13:10). Tabernakel adalah kemah pertemuan atau Mezbah tua. Js. Yohanes Krisostomos berkomentar tentang hal ini dan mengatakan : “Js. Paulus mengembalikan dari arti simbolik pada arti yang sesungguhnya… kita sekarang mempunyai otoritas untuk mengambil bagian dari Darah Kudus yaitu hanya otoritas seorang Imam”. 3). Ada suatu nubuatan dalam Kitab Yesaya tentang Altar di tengah-tengah tanah Mesir. Sang nabi berkata : “Pada waktu itu aka nada Mezbah/altar bagi TUHAN di tengah-tengah tanbah Mesir….TUHAN akan menyatakan diri kepada orang Mesir, dan orang Mesir akan mengenal TUHAN pada waktu itu, mereka akan beribadah dengan korban sembelihan dan korban sajian, dan mereka akan bernazar kepada TUHAN serta membayar nazar itu” ( Yes 19:19,21). Tentu saja Mezbah yang ditunjuk disini adalah Mezbah Perjanjian Baru dalam masa Kristen, karena orang-orang yahudi tidak dapat mempersembahkan korban di tanah orang kafir dan orang Mesir tak akan mengijinkan orang-orang Yahudi melakukan hal tersebut di tanahnya. Dengan demikian jelas bahwa seruan ini langgsung ditujukan pada Firaun pada saat Musa dan Harun : “Biarkanlah umatKu pergi, supaya mereka beribadah kepadaKu..” ( Kel 8:20). Setelah wabah lalat, saat Firaun memberikan janji pertamanya, ia berkata :”.aku akan membiarkan kamu pergi untuk mempersembahkan korban kepada TUHAN, Allahmu di padang gurun..” ( Kel 8:28). Ayat dimengerti bahwa orang-orang Yahudi tidak dapat mempersembahkan korban di tanah Mesir. Jadi kapan orang-orang Mesir itu mengenal Tuhan ? kapan mereka memulai mempunyai sebuh Mezbah dan mempersembahkan korban kepada Tuhan ? tak dapat disangsikan lagi bahwa orang-orang Mesir mulai mengenal Tuhan dan mempunyai Mezbah itu pada era kekristenan. Inilah suatu bukti yang akurat akan keberadaan Kekristenan mempersembahkan suatu korban di atas altar atau Mezbah. 4). Allah berkehendak bahwa kata “Mezbah atau Altar” itu tertanam dalam pikiran dan hati umatNya, karena itu Dia menyebutnya lebih dari satu kali dalam Kitab wahyu yang ditulis pada akhir abad pertama, setelah kesuhadaan pada rasul dan para murid Kristus. Js. Yohanes sang Penginjil mengatakan : “maka datanglah seorang malaikat lain, dan ia pergi berdiri dekat mezbah dengan sebuah pedupaan emas. Dan kepadanya diberikan banyak kemenyan…” ( Wahyu 8:3). Dia juga mengatakan : “..aku melihat di bawah mezbah jiwa-jiwa mereka yang telah dibunuh oleh karena firman Allah dan oleh kesaksian yang mereka miliki” ( Wahyu 6:9). 5). Mezbah akan terus ada selama kata-kata Ilham Illahi : “Tubuh dan Darah Tuhan” ( 1 Kor 11:27) itu tetap tinggal dihadapan kita. Selama ada Darah, maka seharusnya disana ada Mezbah. Kita ada membicarakan hal ini secara rinci,k saat kita membicarakan tentang Korban Kudus dan Keimaman yang mempersembahkan korban itu. 4). KEMENYAN Para saudara kita Protestan tidak menggunakan menyan atau pedupaan, karena mereka memandang hal tersebut adalah bagian dari penyembahan Perjanjian lama, dan itu hanya merupakan symbol dan sekarang telah berakhir. Disini kita akan memperlihatkan sejarah kemenyan di masa lampau dan sewkarang dan melihat apakah kemenyan itu symbol atau kinerja rohani yang independen. 1). Tuhan berkata pada Musa : “Haruslah kaubuat mezbah, tempat pembakaran ukupan, haruslah kaubuat itu dari kayu penaga” (Kel 30:1). Disini Tuhan menyuguhkan pada kita suatu poin yang penting. Menyan/dupa itu dipandang sebagai suatu persembahan dalam dirinya sendiri, dipersembahkan diatas dibuah mezbah yang disebut sebagai mezbah dupa 2). Tuhan telah memberi arti yang mulia pada mezbah dupa. Ia memerintahkan bahwa mezbah dupa itu dilapisi dengan emas pada semua sisi, mempunyai tanduk emas, dilakukan pada dua cincin yang dilapisi dengan emas dan ditempatkan dihadapan kerudung yang ada dihadapan Peti Perjanjian kesaksian dimana Dia akan bertemu dengan Musa ( Kel 30:3-6). 3). Dupa atau kemenyan disyaratkan haruslah “Dupa yang berbau harum”. Tuhan berkata : “Diatasnya haruslah harun membakar ukupan dari wangi-wangian, tiap pagi..” ( Kel 30:7). Dan juga pada waktu senja: haruslah ia membakarnya sebagai ukupan yang tetap dihadapan Tuhan di antara kamu turun-temurun” ( Kel 30:8). Rempah-rempah untuk membuat dupa yang berbau harum itu disebutkan dalam Kitab Kel 30:34. Hal itu dikatakan bahwa dupa ini :”bagian untuk TUHAN, yang kudus bagimu” ( Kel 30:37). Apalagi :”haruslah itu maha kudus bagimu…dan tentang ukupan yang harus kaubuat, menurut campuran yang seperti itu juga janganlah kamu buat bagi kamu sendiri, itulah bagian untuk TUHAN, yang kudus bagimu” ( Kel 30:36-37). Ungkapan “Dupa yang berbau harum” itu diulang banyak kali dalam Kitab Suci ( Kel 25:6, 37:29, Im 16:12). Jadi dupa telah menghadirkan bau-buan yang semerbak wewangi naik keatas dihadapan TUHAN. 4). Beberapa orang telah salah mengerti dan berkata bahwa dupa itu disuguh-hadirkan dengan korban bakaran untuk menyerab bau-bauan mereka. Dan sebagaimana tidak ada korban bakaran binatang sekarang, kemudian dupa dihentikan. Penafsiran ini sangatlah sehat karena dupa adalah suatu bentuk penyembahan yang independen dalam dirinya sendiri. Ini mempunyai mezbah khususnya sendiri yang berbeda dari mezbah korban bakaran. Ini mempunyai rityualnya sendiri dalam cara mempersembahkannya. Hal ini telah diartikan dan dilihat sebagai suatu doa dalam dirinya sendiri dan bukan sebagai suatu symbol untuk hal yang lainnya. 5). Kita beritahu bahwa saat Tuhan telah mengirim wabah pada bangsa Israel, Harun Sang Imam Agung, atas perintah Musa telah mengambil pedupaannya, menaruh dupa didalamnya ( pedupaan) dan membakarnya dengan api dari mezbah untuk berdoa bagi umat dihadapan Allah. Saat ia masuk ditengah-tengah umat dan mempersembahkan dupa, wabah itu berhenti. Tuhan telah menerima dupa dari Harun itu sebagai suatu doa ( Bil 16:44-48), seolah-olah itu adalah suatu persembahan. Kita beritahu bahwa Harun tidak mempersembahkan suatu korban bagi bangsa Israel, namun bagi dupa itu sendiri. Dupa tidak dipersembahkan untuk menyerab bau korban bakaran namun dupa itu adalah suatu persembahan untuk membuat penebusan bagi Umat ( Bil 16: 46,47). 6).Karena pentingnya dupa, maka hanya Imam yang diijinkan untuk mempersembahkannya. Jadi dupa itu berada dalam posisi yang lebih tinggfi daripada doa, karena doa itu dapat dinaik bangkitkan oleh siapapun kepada Tuhan. Saat Korah, Datan dan Abiram telah berani mempersembahkan dupa, bumi telah menutup mulutnya dan telah menelan mereka dengan segala milik mereka. Jadi masuk ke lubang hidup-hidup ( Bil 16:31,32). Ini telah terjadi bukan karena mereka telah mempersembahkan suatu korban, namun karena mereka telah mempersembahkan dupa, meskipun mereka itu berasal dari suku lewi. 7). Sebagaimana dupa itu begitu penting, dupa dipersembahkan dalam pedupaan-pedupaan emas sebagaimana hal itu tertulis dalam surat Ibrani ( Ibr 9:4) dan dikatakan tentang duapuluh empat Imam yang mempunyai mangkuk emas penuh dengan dupa ( Wahyu 5:8). 8).Dalam Kitab Maleakhi, ada suatu nubuatan tentang kelanjutan persembahan dupa dan bahwa hal tersebut tidak dibatasi pada zaman orang-orang Yahudi saja. Tuhan mengatakan : “Sebab dari terbitnya sampai pada tenggelamnya matahari namaKu besar diantara bangsa-bangsa, dan di setiap tempat dibakar dan dipersembahkan korban bagi bagi namaKu dan juga korban sajian yang tahir, sebab namaKu besar di antara bangsa-bangsa, firman Tuhan semesta alam” ( Mal 1: 11). Tentu saja penyembahan diantara bangsa-bangsa itu tidak terjadi kecuali dalam zaman atau era Kekristenan. Jadi Tuhan telah memasukkan dupa diantara bentuk-bentuk penyembahan Kristen. 9). Ada dua contoh dalam Kitab Perjanjian baru yang menunjukan perhatian suci tentang dupa, dan keduanya itu ditulis dalam kitab wahyu : a). Tentang duapuluh empat Imam, hal itu tertulis : “Ketika Ia mengambil gulungan kitab itu, tersungkurlah keempat mahluk dan kedua puluh empat tua-tua itu dihadapan Anak Domba itu, masing-masing memegang satu kecapi dan satu cawan emas, penuh dengan kemenyan , itulah orang-orang kudus” ( Wahyu 5:8). b). Js. Yohanes dalam penglihatannya mengatakan : “Maka datanglah seorang malaikat lain, dan ia pergi berdiri dekat mezbah dengan sebuah pedupaan emas. Dan kepadanya diberikan banyak kemenyan untuk dipersembahkannya bersama-sama dengan doa semua orang kudus di atas mezbah emas dihadapan tahta itu. Maka naiklah asap kemenyan bersama-sama dengan doa orang-orang kudus itu dari tangan malaikat itu ke hadapan Allah” ( Wahyu 8:3-4). 10). Dalam mengomentari tentang ungkapan “asap Dupa, dengan doa-doa para orang kudus, telah naik dihadapan Allah”, kita mengatakan bahwa seluruh kehidupan Gereja itu adalah dupa. Gereja dipersamakan dengan dupa didalam kitab nyanyian salomo, didalamnya Ilham Illahi mengatakan : “Apakah itu yang membubung dari padang gurun seperti gumpalan-gumpalan asap tersaput dengan harum mur dan kemenyan dan bau segala macam serbuk wangi dari pedagang? “ ( Kid 3:6). 11). Salah satu situasi yang penting dalam sejarah dupa dalam kehidupan para janasuci adalah, bahwa malaikat Tuhan telah menampakkan diri pada Zakaria Sang Imam pada sisi kanan Mezbah dupa sementara ia sedang membakar dupa di dalam pembagian tugasnya ( Luk 1:8-11). Ini adalah bukti penyucian tempat dan penyucian karya persembahan dupa. Kesempatan kudus adalah layak untuk disosialisasikan dengan suatu wahyu Illahi. Hal ini jelas dari peristiwa pembakaran dupa zakaria dalam tugas pembagiannya mempersembahkan dupa itu , suatu karya terpisah dalam dirinya sendiri, hal ini tak terkait dengan persembahan suatu korban atau korban bakaran. 12). Karena dupa itu penting dalam Kekristenan, kemenyan/dupa ( komponen dupa) ini adalah salah satu dari hadiah yang dipersembahkan oleh Orang majus kepada Kristus. Ini adalah suatu symbol keimamanNya dan suatu pengakuan dari orang majus bahwa Dia adalah seorang Imam, dalam cara yang sama bahwa emas adalah symbol kerajaanNya dan mur merupakan suatu symbol penderitaanNya. 13). Dupa itu mempunyai sejumlah arti, yang memuaskan indra dan member makan jiwa. Bukan semua mereka yang hadir di Gereja itu mempunyai tingkat rohani yang dalam dan pemikiran yang dalam. Anak-anak suatu contoh, yang tidak memahami banyak hal dari kotbah atau pembacaan Kitab Suci atau doa-doa, dipengaruhi secara rohani melalui indra dengan dupa, lilin-lilin dan ikon-ikon yang melayani sebagai pelajaran rohani bagi mereka, mengangkat mereka pada atmosfir rohani. Hal yang sama menunjuk pada kurangnya informasi dan dangkalnya para orang percaya yang tidak mempunyai kedalaman pengetahuan dan tidak mempelajari buku-buku Teologia. 14). Alasan pertama kita mempelajari dari dupa adalah Pengajaran Tuhan : “..ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya” ( Mat 10:39). Suatu contoh dari ini adalah partike dupa, yang membakar dan membakarnya menjadi gumpalan asap yang berbau harum. Kamu mencarinya dalam pedupaan sebagai suatu partikel dupa, namun kamu tidak menemukannya karena ia telah memper4sembahkan dirinya sendiri sebagai korban bakaran dihadapan Allah. Korban bakaran tidak hanya persembahan korban namun juga dupa, yang mana Kitab Suci memandang sebagai suatu korban yang dipersembahkan diatas mezbah dupa. Dupa mengajar kita suatu pelajaran yang muilia. Betapa indahnya ini, ketika seseorang mempersembahkan dirinya sendiri sebagai suatu korban bakaran dihadapan Allah. Setiap persembahan adalah diluar dirinya sendiri namun persembahan dirinya sendiri adalah suatu persembahan yang paling mulia. Persembahan dirinya sendiri itu dihadirkan oleh peletakan dupa didalam api. Hal itu dikatakan bahwa Allah kita adalah api yang menghanguskan ( Ul 4:24). Para janasuci adalah partikel dupa yang diletakkan dalam pedupaan kudus dan dibakar oleh kasih Allah 15). Pelajaran kedua dalam dupa adalah suatu pendakian yang konstan. Dupa bakaran asabnya itu tidaklah pernah turun kebawah, namun naik ke udara, menjulur dan menyebar dan tidak pernah berhenti untuk naik dan menyebar luas. Saat kau mengawasi dan mengikutinya kamu tidak dapat membantu menaikan matamu ke awan apakah kamu menginginkan atau tidak itulah yang terjadi. Itulah mengapa dupa selalu menarik minat indra banyak orang untuk naik keatas seakan-akan ini adalah suatu panah yang menunjuk terus-terus ke sorga. 16). Pelajran ketiga didalam dupa adalah bahwa hal itu menyerupai aroma yang berbau harum. Kitab Suci mengkondisikan bahwa Dupa itu haruslah “dupa yang semerbak wewangi”. Siapapun yang mencium bau dupa mengingatkan bahwa kehidupan manusia itu seharusnya menjadi bau harum semerbak wewangi dihadapan Allah. Kitab Suci mengatakan : “Sebab bagi Allah kami adalah bau yang harum dari Kristus …..Dengan perantaraan kami Ia menyebarkan kaharuman pengenalan akan Dia dimana-mana” ( 2 Kor 2:15,14). 17). Salah satu perenungan yang sangat mulia dari dupa adalah bahwa dupa mengingatkan kita tentang awan atau awan gelap didalamnya Tuhan telah menampakkan diri. Tuhan berkata : “Karena Aku menampakkan diri dalam awan di atas tutup pendamaian” ( Im 16:2). Ini juga tertulis dalam Imamat :”….sehingga asap ukupan itu menutupi tutup pendamaian..” ( Im 16:13). Dikatakan tentang Harun Sang Imam Agung: “Dan ia harus mengambil perbaraan berisi penuh bara api dari atas mezbah yang dihadapan Tuhan, serta serangkup penuh ukupan dari wangi-wangian yang digiling sampai halus, lalu membawanya masuk ke belakang tabir. Kemudian ia harus meletakkan ukupan itu diatas api yang di hadapan TUHAN, sehingga asap ukupan itu menututupi tutup pendamaian yang di atas hukum Allah, supaya ia jangan mati” ( Im 16:12-13). Dalam menuntun UmatNya di Perjanjian lama, apakah dalam Tabernakel atapun dalam Mezbah atau didalam padang gurun Sinai, Allah telah menampakkan diri dalam wan atau dalam asap. TuntunanNya pada umat di Sinai adalam dalam bentuk bayangan awan selama sehari, mewakili Allah yang sedang membayangi mereka. Kalau awan itu bergerak, mereka telah mengetahui bahwa Allah sedang menggerakkan mereka sehingga mereka bergerak. Kalau awan itu berhenti maka merekapun berhenti (Bil 9:17). Jadi ini tertulis : “Dan awan TUHAN ada di atas mereka pada siang hari, apabila mereka berangkatdari tempat perkemahannya” ( Bil 10:34). 18). Saat Tuhan Yesus Kristus datang ke Mesir, ini dikatakan bahwa He telah datang diatas sebuah awan ( Yes 19:1). Awan disini adalah suatu symbol tentang sang Dara yang adalah suatu dupa yang berbau harum yang sedang naik membumbung keatas. Dalam kedatangan Kristus yang kedua kali, Ia juga akan datang diatas awan (Mat 24:30). Jadi awan-awan itu mewakili kehadiran Tuhan dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian baru. 19). Peristiwa perubah-muliaan itu adalah suatu contoh kehadiran Allah didalam awan-awan. Ini tertulis bahwa sementara Tuhan Yesus Kristus sedang berbicara pada tiga murid, “sementara ia berkata demikian, datanglah awan menaungi mereka. Dan ketika mereka masuk ke dalam awan itu, takutlah mereka. Maka terdengarlah suar dari dalam awan itu, yang berkata : Inilah AnakKu yang kupilih, dengarkanlah Dia” ( Luk 9:34-35). 20). Tuhan berkata pada Musa dari sebuah awan. Saat Tuhan telah berbicara pada Musa, Kitab Suci mengatakan : “ Maka Musa mendaki gunung dan awan itu menutupinya. Kemuliaan TUHAN diam di atas gunung Sinai, dan awan itu menutupinya enam hari lamanya, pada hari ketujuh dipanggilNyalah Musa dari tengah-tengah awan itu” (Kel 24:15-16). Hal yang sama telah terjadi saat Tuhan berbicara kepada umat Israel dari tabernakel : awan dan asap membayang-naungi Tabernakel. 21). Kita melihat hal yang sama lagi dalam Konsekrasi Bait Salomo. Kitab Suci mengatakan : “Ketika imam-imam keluar dari tempat kudus, datanglah awan memenuhi rumah TUHAN, sehingga imam-imam tidak tahan berdiri untuk menyelenggarakan kebaktian oleh karena awan iyu, sebab kemuliaan TUHAN memenuhi rumah TUHAN. Pada waktu itu Salomo : TUHAN telah menetapkan matahari di langit, tetapi Ia memutuskan untuk diam dalam kekelaman” ( 1 Raj 8:10-12). 22). Dupa mewakili awan atau awan gelap mengingatkan kita tentang kehadiran Tuhan dan kemuliaan Allah. Hal ini tertulis : “Awan dan kegelapan mengelilingi Dia” ( Maz 97:2). Karena itu dupa mempunyai sejumlah makna rohani bagi siapa saja yang menginginkan manfaat darinya. Ini adalah suatu bentuk penyembahan dalam dirinya sendiri. Hal ini tidaklah terkait dengan Korban Perjanjian Lama, dengan demikian tidak mengharuskan berakhirnya dengan korban-korban yang terdapat dalam Perjanjian Lama itu. 23). Yang terakhir, kita katakana bahwa tidak ada satu ayatpun dalam PerjanjianBaru yang memerintahkan pembatal-hapusan tentang dupa : “Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat” ( Wahyu 2:7). Terang dan Lilin Lilin Gereja Orthodox bercirikan dengan terang-terangnya. Kita menggunakan lilin lilin dalam doa-doa kita, saat pembacaan Kitab Suci, didepan ikon-ikon Para janasuci, diatas mezbah, di ruang kudus pada umumnya dan ditepan Mezbah pada sisi timurnya, dan Gereja tetap diterangi secara konstan. Para saudara kita protestan tidak menggunakan apapun dari ritual-ritual ini meskipun dalam makna simbolik. Dalam artikel yang singkat ini, kita akan mendiskusikan subjek tentang “terang” dalam Gereja, dan alasan-alasan menggunakannya serta makna rohani yang terkandung di dalamnya. 1). Gereja itu sendiri disebut dalam Kitab Suci sebagai “Kandil Emas” Ini jelas terlihat dalam Kitab Wahyu. Js. Yohanes dalam penglihatannya telah melihat Tuhan Yesus Kristus berada di tengah-tengan tujuh kandil emas dan Tuhan berkata padanya bahwa : “…tujuh kandil yang kamu telah lihat itu adalah tujuh Gereja” (Wahyu 1:20). 2). Gereja menyerupai sorga karena Gereja adalah rumah Allah atau tempat kediaman Allah. Ini adalah ungkapan yang digunakan dekat tentang rumah pertama Allah. Yakub Sang patriarch berkata : “Alangkah dahsyatnya tempat ini. Ini tidak lain dari rumah Allah, ini pintu gerbang sorga” ( Kej 28:17), mengingat Gereja itu menyerupai sorga, maka Gereja harus mempunyai terang untuk mengilhaminya seperti bintang-bintang sorgawi. 3).Terang – terang dalam Gereja mungkin mewakili para malaikat dalam sorga atau para malaikat yang yakub telah lihat dalam penglihatannya naik dan turun tangga di Betel atau Rumah Allah ( Kej 28:12). Terang-terang menyimbolkan para malaikat karena para malaikat itu juga disebut sebagai Para malaikat terang ( 2 Kor 11:14). 4). Terang-terang Gereja juga menyimbol-gambarkan para janasuci, kepadanya Tuhan berkata : “..hendaknya terangmu bercahaya di depan orang” ( Mat 5:16). Pada kesempatan ini Tuhan mempersamakan Para janasuci dengan lampu-lampu terang yang diletakkan pada kandil-kandil ( 2 Kor 11:14). Juga Kitab Suci mengatakan: “Pada waktu itulah orang-orang benar akan bercahaya seperti matahari dalam kerajaan Bapa mereka..” ( Mat 13:43). Dan Tuhan Yesus Kristus berkata pada orang-orang yahudi tentang Js. Yohanes Pembaptis sebagai suatu contoh orang benar itu : “Ia adalah pelita yang menyala dan yang bercahaya dan kamu hanya mau menikmati seketika saja cahayanya itu” ( Yoh 5:35). Mengingat Gereja adalah penuh dengan para malaikat dan para janasuci maka Gewreja itu harus penuh dengan terang. 5). Terutama Gereja seharusnya diisi dengan terang sebab kehadiran Allah didalamnya : Allah adalah terang ( Yoh 1:5) dan Tuhan Yesus Kristus mengatakan tetang DiriNya sendiri :” Aku adalah Terang dunia” ( Yoh 8:12). 6). Gereja diterangi dengan terang menurut pola kemah suci dan tempat kudus. Itu penuh terang dan lampu-lampunya tidak pernah dikeluarkan. Tuhan telah memerintahkan bahwa lampu-lampu itu diterangi oleh minyak zaitun yang murni dibawah pengawasan Harun dan anak-anaknya sebagai suatu undang-undang yang kekal. Tuhan mengatakan : “Haruslah kauperintahkan kepada orang Israel, supaya mereka membawa kepadamu minyak zaitun tumbuk yang murni untuk lampu, supaya orang dapat memasang lampu agar tetap menyala. Didalam kemah pertemuan di depan tabir yang menutupi tabut hukum, haruslah Harun dan anak-anaknya mengaturnya dari petang sampai pagi di hadapan TUHAN. Itulah suatu ketetapan yang berlaku untuk selama-lamanya bagi orang Israel turun-temurun” ( Kel 27:20-21). Ini adalah suatu perintah suci, yang diberikan oleh Allah yang berkata pada hari pertama penciptaan : “Jadilah terang, lalu terang itu jadi. Allah melihat bahwa terang itu baik” ( Kej 1:3,4). 7). Lampu-lampu, yang dinyalakan oleh minyak itu, mempunyai suatu pengertian rohani. Minyak adalah symbol Sang Roh Kudus, hal itu digunakan untuk mengurapi, setelah itu Sang Roh Tuhan turun. Saat Samuel mengurapi Daud, kuasa Roh Tuhan turun atasnya (1 Sam 16:13). Kitab Suci memberitahukan pada kita tentang pengurapan dari Yang Mahakudus ( 1 Yoh 2:20,27). Bahkan lilin-lilin yang kita nyalakan didalam Gereja itu dinyalakan oleh minyak itu, untuk makna simbolis yang sama. 8) Kita menegaskan bahwa Tuhan telah memerintahkan bahwa candil-candil itu dibuat dalam rumahNya, apakah itu itu berada dalam tabernakel atau Ruang kudus. Lampu-lampu dan candil-candil itu telah dibuat dari emas yang murni ( Kel 25:31, 37:17, 2 Taw 4:20). Semua ini adalah bukti perhatian Allah tentang keberadaan terang dalam rumahNya. 9). Lampu-lampu yang telah yang terus-menerus dinyalakan itu adalah atas perintah Allah. Memadamkan cahaya lampu atau kelalaian dalam menyalakannya itu dianggap sebagai pengkhianatan pada Tuhan dan layak untuk mendapatkan hukuman yang sangat berat. Terkait dengan hal ini, Kitab Suci menegaskan : “Karena nenek moyang kita telah berubah setia. Mereka melakukan apa yang jahat di mata TUHAN, Allah kita, telah meninggalkanNya, mereka telah memalingkan muka dari kediaman TUHAN dan membelakanginya. Bahkan mereka menutup pintu-pitu balai rumah TUHAN dan memadamkan segala pelita. Mereka tidak membakar korban ukupan dan tidak mempersembahkan korban bakaran bagi Allah orang Israel di tempat kudus. Sehingga murka TUHAN menimpa Yehuda dan Yerusalem. Ia membuat mereka menjadi kengerian, kedahsyatan dan sasaran suitan seperti yang kamu lihat dengan matamu sendiri” ( 2 Taw 29:6-8). Semuanya ini menunjukkan pada kita betapa Allah itu sangat memperhatikan terang-terang itu dalam rumahNya. 10). Nyala lampu-lampu itu mempunyai makna rohani khusus yang dalam. Terang itu menyimbolkan kesiapan konstan, pengawasan yang terus-menerus dan pelestarian karya Sang Roh Kudus didalam hati. Tentang kesiapan, Tuhan Yesus Kristus menegaskan pada kita : “Hendaklah pinggangmu tetap berikat dan pelitamu tetap menyala. Dan hendaklah kamu seperti orang orang yang menanti-nantikan tuannya yang pulang dari perkawinan, supaya jika ia datang dan mengetok pintu, segera dibuka pintu baginya. Berbahagialah hamba hamba yang didapati tuannya berjaga-jaga ketika ia datang…” ( Luk 12:35-37). Tuhan Yesus telah memberikan kita perumpamaan tentang lima gadis bijaksana yang selalu menyalakan lampunya, sementara gadis-gadis yang bodoh keluar untuk mendapatkan minyak ( Mat 25:1-12). Minyak lampu itu, menyimbolkan karya Sang Roh Kudus didalam hati. Menyala yang secara terus-menerus itu adalah symbol kesiapan yang konstan dalam menjaga hati terikat pada karya Roh Kudus didalamnya. 11). Apa yang dikatakan tentang pribadi-pribadi dapat juga dikatakan tentang Seluruh Gereja. Saat umat melihat terang dalam Gereja mereka diingatkan akan tugas mereka dalam melestarikan terang didalam hati mereka dan bahwa lampu-lampu itu seharusnya dinyalakan terus-menerus. Mereka ingat bahwa Gereja adalah salah satu dari lima gadis yang bijaksana yang telah menjaja lampu mereka tetap menyala. 12). Dengan memandang pada terang lilin-lilin selama pembacaan Injil, ini lebih baik daripada selama pembacaan Injil itu tanpa adanya terang lilin. Hal ini mengingatkan kita tentang ayat yang mengatakan : “FirmanMu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku” ( Maz 119:105), dan juga :”Perintah Tuhan itu murni, membuat mata bercahaya” ( Maz 19:9). 13). Gereja mula-mula , pernah sejak zaman Apostolik, memberikan pentinya terang dan symbol-simbolnya. Kitab Kisah Para Rasul memberitahu kita tentang ruang atas darinya Js. Paulus sedang berkotbah setelah memecah-mecahkan roti : “… dimana kami berkumpul, dinyalakan banyak lampu” ( Kis 20:8). 14). Lilin yang kita nyalakan dihadapan ikon para janasuci itu mengingatkan kita bahwa para janasuci itu adalah terang dalam generasinya, mereka seperti lilin-lilin, meleleh supaya terang mereka itu boleh bercahaya dihadapan umat manusia. Gambar – Gambar Dan Ikon-Ikon Para Saudara kita Protestan itu tidak percaya dalam gambar-gambar dan ikon-ikon dalam Gereja Orthodox atau patung-patung dalam Gereja Roma katolik Mereka memandang bahwa orang-orang yang percaya adanya gambar dan patung itu telah menentang perintah Allah yang kedua, dimana disana dikatakan : “Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada dilangit atas, atau yang ada di bumi bawah, atau yang ada di dalam air dibawah bumi. Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, TUHAN, Allahmu..” ( Kel 20:4,5, Ul 5:8,9). Ada suatu perang yang dilancarkan melawan ikon-ikon pada abad kedelapan tepatnya pada tahun 726 Masehi selama pemerintahan kaisar Leo III. Ini berlangsung selama beberapa abad kemudian tenang. Ini dihidupkan kembali dalam dunia protestan sejak abad ke 15 dan ke 16 dan tetap menjadi keyakinan mereka sampai pada hari ini dan saat ini. Beberapa saudara kita Protestan memandang ikon-ikon itu sebagai sisa-sisa penyembahan kafir. Mereka mencela Orthodox dan faham katolik yang mengagungkan ikon-ikon dan menciumnya, menyalakan lilin didepannya dan bersujud dihadapannya. Kita akan mencoba untuk menjawab semua poin-poin ini, menunjukkan manfaat rohani tentang ikon-ikon dan mengapa kita tetap menjaga ikon-ikon itu. 1). Agar supaya kita dapat menjawab tentang hal-hal ikon itu, maka baiknya kita melihat paparan dibawah ini : a). Ayat apakah yang tersirat dan digunakan oleh para saudara kita protestan ? Mengapa ayat itu dikatakan dan apa maksudnya ? Alasan dibelakang pertanyaan kita adalah Ungkapan sang rasul : “hukum tertulis mematikan” ( 2 Kor 3:6). b). Ayat lain apakah yang kalau diletakkan disamping ayat ini, akan lengkap maknanya dan menjadikan kita sadar akan Sang Roh dan bukan hukum dalam perintah Tuhan ? Kita sebelumnya telah mernjelaskan akan bahayanya menggunakan satu ayat saja. 2). Apakah tujuan Allah dalam melarang gambar dan patung-patung ? Tujuan Tuhan jelas terlihat dalam kata-kataNya : “kamu jangan sujud menyembahnya atau melayaninya”. Karena itu perintah tidaklah rusak dan hancur kalau maksud penggunaannya itu jauh dari penyembahan, atau dalam pengertian lain Perintah Tuhan tidak akan berantakan jika kita memaknainya akan gambar dan patung-patung itu, tidak untuk disembah – sujuti sebagai Allah. Tidak perlu diragukan bahwa larangan ini adalah salah satu dari sepeluh perintah Tuhan. Ini diberikan didalam masa penyembahan kafir itu sangat limpahnya dan ada banyak kekuatiran bahwa orang-orang percaya akan murtad sehingga Allah melarang untuk mengukir batu apapun, bahwa gedung biasa atau dalam membangun Mezbah. 3). Kita melihat bahwa Allah sendiri, yang telah memerintahkan umatNya untuk tidak mengukir idola dan bentuk apapun, telah memerintahkan Musa dalam peristiwa ular besar : “Buatlah ular tedung dan taruhlah itu pada sebuah tiang, maka setiap orang yang terpagut, jika ia melihatnya, akan tetap hidup” ( Bil 21:8). Jadi Musa telah melakukan ini dan dia tidak melanggar Perintah kedua dari sepuluh hukum Allah. Apalagi Tuhan Yesus Kristus mengajar kita bahwa tindakan ini adalah pola dari Salib KudusNya. Ia mengatakan : “Dan sama seperti Musa meninggi ular di padang gurun, demikian juga Anak manusia harus ditinggikan, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya beroleh hidup yang kekal” ( Yoh 3:14-15). 4). Saat Tuhan memerintah Musa untuk membangun Tabut Perjanjian, Tuhan meminta dia untuk membuat kerubim dari emas diatasnya. kataNya : :”Dan haruslah kaubuat dua kerub dari emas, kau buatlah itu dari emas tempaan, pada kedua ujung tutup pendamaian itu. Buatlah satu kerub pada ujung sebelah sini dan satu kerub pada ujung sebelah sana, seiras dengan tutup pendamaian itu kamu buatlah kerub itu diatas kedua ujungnya. Kerub kerub itu harus mengembangkan kedua sayapnya menudungi tutup pendamaian itu dan mukanya menghadap kepada masing masing, kepada tutup pendamaian itulah harus menghadap muka kerub kerub itu. Haruslah kauletakkan tutup pendamaian itu diatas tabut dan dalam tabut itu engkau harus menaruh loh hukum, yang akan Kuberikan kepadamu. Dan di sanalah Aku akan bertemu dengan engkau dan dari atas tutup pendamaian itu, dari antara kedua kerub yang di atas tabut hukum itu, Aku akan berbicara dengan engkau tentang segala sesuatu yang akan kuperintahkan kepadamu untuk disampaikan kepada orang Israel” ( Kel25:18-23). Dan hal ini dilaksanakan oleh Musa. Membentuk gambar-gambar dari dua kerub ini, bukanlah suatu pelanggaran dari perintah kedua sepuluh hukum Allah yang melarang untuk membuat patung dalam apapun di sorga atas, karena tujuan membuat ini bukanlah untuk menyembah para malaikat yang diwakili oleh dua kerub ini, namun justru sebaliknya gambar dua kerub ini dibentuk atas pereintah Illahi, sama seperti halnya Ular dibentuk itu atas perintah Illahi juga. 5). Dalam cara yang sama, Salomo telah membangun Bait dan menghiasinya dari dalam : “ selanjutnya di dalam ruang belakang itu dibuatnya dua kerub dari kayu minyak, masing masing sepuluh hasta tingginya. Sayap yang satu dari kerub itu lima hasta panjangnya dan sayap yang lain juga lima hasta, sehingga dari ujung sayap yang satu sampai ujung sayap yang lain sepuluh hasta panjangnya. Juga kerub yang kedua adalah sepuluh hasta panjangnya, dan kedua kerub itu sama ukuran dan sama potongan badannya. Tinggi Kerub yang satu sepuluh hasta dan demikian juga kerub yang kedua. Maka ditaruhnyalah kedua kerub itu di tengah-tengah ruang di sebrelah dalam sekali, kerub kerub itu mengembangkan sayapnya, sehingga kerub yang satu menyentuh dinding dengan sayapnya dan kerub yang kedua menyentuh dinding yang lain, sedang sayap sayap yang arah ke tengah rumah itu bersentuhan ujungnya. Dan kerub kerub itu dilapisinya dengan emas” ( 1 Raj 6:23-28). 6). Ini juga bukan hanya masalah dua kerub, namun Kitab Suci menegaskan : “Dan pada segala dinding rumah itu berkeliling ia mengukir gambar kerub, pohon korma dan bunga mengembang, baik di ruang sebelah dalam maupun di ruang sebelah luar” ( 1 Raj 6:29). Dia telah membuat dua pintu untuk masuk dan “…mengukir gambar kerub, pohon korma dan bunga mengembang , kemudian dilapisinya dengan emas..” ( 1 Raj 6:32,35). Dengan demikian jelas bahwa Rumah Tuhan itu telah dihiasi dengan gambar-gambar, lukisan-lukisan dan ukiran ukiran dan umat masih menyembah Allah. Mereka tidak menyembah gambar-gambar atau ukiran-ukiran ini. Mereka bukan tidak setia dan tidak taat pada perintah kedua sepuluh hukum Allah, namun mereka tetap setia karena apa yang mereka lakukan itu seperti apa yang Allah perintahkan. 7). Demikian pula Tabut Perjanjian yang dihormati oleh para imam, umat dan para raja itu, tidak mewakili penyembahan berhala sama sekali. Kitab suci menegaskan pada kita bahwa setelah bangsa Israel telah dikalahkan di Ai, Yoshua anak Nun dan pengganti Lanjut Musa, bersama-sama dengan para tua-tua Israel, berlutut dan berdoa pada Tuhan dihadapan tabut Perjanjian sampai sore hari (Yoshua 7:6). Tuhan tidak tidak mengatakan pada Yoshua :”kamu telah melanggar hukum kedua”, namun sebaliknya Tuhan berbicara padanya, telah melakukan suatu tanda ajaib didalam menyatakan dosa akhen anak karmit, telah memberikan Ai ditangan Yoshua dan mengangkat kepala Yoshua. Yoshua tidaklah berdosa dengan bersujud didepan Tabut Perjanjian Tuhan, karena ia tidak menyembah Tabut itu namun ia sedang menyembah Tuhan yang telah datang dan telah berbicara dari antara kerub( kerubim). Demikian pula Nabi Daud itu tidak berdosa saat ia merayakan kembalinya Tabut Perjanian, bertepuk tangan dan berdansa didepannya ( 2 Sam 6:12-15). 8). Sangat mirip sekali, jika kita mengatakan bahwa kita tidak menyembah gambar-gambar atau ikon-ikon, namun kita mengagung muliakannya, jadi mengagung muliakan ikon-ikon disini tidaklah dapat diartikan menyembah, karena sesembahan kita hanyalah Allah, namun mengagung –muliakan disini harus diartikan bahwa kita sangat menghormati karena mereka yang digambar itu telah taat pada Allah dan telah menjalankan imannya dengan baik. Karena ketaatannya itulah,tak salah jika Tuhan berkata pada muridNya: “ barangsiapa melayani Aku,, ia akan dihormati Bapa” ( Yoh 12:26). Kalau sang Bapa itu sendiri mengagung-muliakan para janasuciNya, tidaklah kita juga seharusnya mengagung-muliakan mereka juga ?. 9). Kita mengatakan akan hal yang sama mengenai salib, darinya Js. Paulus mengatakan pada sidang di Galatia :”hai orang-orang Galatia yang bodoh, siapakah yang mempersona kamu? Bukankah Yesus Kristus yang disalibkan itu telah dilukiskan dengan terang di depanmu? ( Gal 3:1). 10).Kita mengucap syukur pada Allah bahwa para saudara kita protestan sekarang telah memasang salib di atas gereja-gereja mereka tanpa memandangnya itu sebuah patung. 11). Kita mengucap syukur pada Allah vahwa dalam sekolah-sekolah minggu mereka, para saudara kita protestan itu, membagi-bagikan gtambar-gambar Tuhan Yesus Kristus, para malaikat, para nabi, bahetra Nuh dengan binatang-binatangnya, sang Gembala yang baik dan doba, daud member makan dombanya, Eliyah dan gagak melihat dia, Lazarus yang miskin dan anjing-anjing yang sedang menjilati boroknya, Balaam dan Iblis yang sedang mencobai Yesus Kristus di padang gurun. Dalam membagikan gambar-gambar ini mereka tidak kuatir dan tidak sangsi sama sekali bahwa mereka sedang melanggar perintah kedua dari sepuluh perintah Allah, karena memiliki gambar-gambar ssesuatu baik yang ada di sorga atas, maupun yang ada dibumi bawah. 12). Kita tidak dapat mengabaikan dampak dari gambar-gambar sebagai suatu pelajaran yang menjelaskan akan peristiwa-peristiwa Kitab Suci dan hidup para pahlawan iman dan sejarah. Suatu Ikon mungkin meninggalkan suatu dampak yang dalam pada jiwa dan batin daripada membaca atau mendengarkan suatu Kotbah. Ikon-ikon menghubungkan para orang percaya diatas bumi ini dengan para malaikat di sorga dan para orang benar yang tinggal di Firdaus. Mereka memberi kita suatu motif terdalam yang kuat untuk memikul kata-kata Sang rasul : “Ingatlah akan pemimpin-pemimpin kamu, yang telah menyampaikan firman Allah kepadamu. Perhatikanlah akhir hidup mereka dan contohlah iman mereka” (Ibr 13:7). 13) Didalam mengagung-muliakan gambar-gambar, bahkan kita sedang mengaung muliakan milik-milik mereka itu sendiri. Saat kita mencium Injil, kita menunjukkan kasih kita pada Firman Allah dan pada Allah yang telah member kita Perintah-perintahNya untuk petunjuk hidup kita. Saat kita menundukkan kepala dihadapan salib, kita menundukkan sebagaimana salah satu Bapa Gereja katakan :”kepada Dia yang disalibkan atasnya”. Perintahyang mengatakan : “kamu tidak akan menundukkan kepala kepada mereka atau melayani mereka”, tidak berkalu bagi kita sama sekali saat kita mengagung-muliakan ikon-ikon atau gambar-gambar kudus dari orang-orang kudus yang digambarkan itu. 14). Hal ini dikenal baik bahwa ikon-ikon itu telah diakui sejak zaman Apostolik. Hal ini dikatakan bahwa Js. Lukas sang Penginjillah adalah sorang seniman dan yang telah menggambar lebih dari satu gambar dari Sang Dara Maria. Tradisi memberitahu kita tentang gambar dari muka Tuhan Yesus Kristus yang tercetak pada sebuah sapu tangan. Kalau kita mempelajari sejarah, kita akan menemukan bahwa era yang terkuat dalam iman adalah era dimana orang-orang telah mengagung-muliakan ikon-ikon. Dan dengan mengagung muliakan ikon-ikon, mereka telah dibawa menuju pada kesucian, karena mereka telah mencontoh tentang hidup dan iman dari orang-orang kudus yang digambarkannya dalam bentuk ikon. 15). Mengapa akankah kita menghilangkan seniman-seniman untuk berbagi mengaktifkan kehidupan rohani umat ?. gambar-gambar itu memberi perasaan rohani yang mempengaruhi jiwa dan secara efektif menyalurkan pada umat sejarah-sejarah kehidupan para janasuci.
Posted on: Tue, 25 Jun 2013 04:15:11 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015