PERSELIRAN (CONCUBINAGE) di Tiongkok kuno merupakan hal yang - TopicsExpress



          

PERSELIRAN (CONCUBINAGE) di Tiongkok kuno merupakan hal yang tidak terpisahkan dari peranan orang-orang yang dikebiri (castration) sebagaimana dituturkan oleh Dorothy Perkins dalam bukunya Encyclopedia of China : The Essential Reference to China, Its History and Culture (1999). Sebagaimana dengan pengertian kebiri, perseliran sudah saya kenal saat bersekolah rendah di Rembang tahun 1945 karena dari mulut kemulut antar teman diberitakan bahwa si anu dan si anu orang Tionghoa yang saya ketahui, mempunyai simpanan wanita-wanita Jawa yang kalau tidak salah ingat disebut “gundhik”, malahan suami R A Kartini juga mempunyai beberapa wanita yang serumah dengan R A Kartini. Sekolah saya bersebelahan dengan gedung kabupaten Rembang tempat para bupati Rembang zaman Hindia Belanda berkantor dan bertempat tinggal, termasuk suami R A Kartini. Pada saat itu saya belum mengenal istilah garwo ampil, garwo selir. Semua pengertian kami sama ratakan bahwa orang perempuan di luar isteri sah dari seorang suami disebut gundhik. Pada tahun 1945, bupati Rembang adalah pak Soekardji, sudah tidak ada lagi bupati dari zaman Hindia Belanda yang berselir-selir. Sebagaimana sudah pernah saya ceritakan bahwa saya beberapa kali memergoki seorang Tionghoa berkencan dengan gundhiknya, seorang “prima dona” pemain wanita dari sandiwara keliling “Star Review” yang sedang manggung di gedung pertunjukan tepat di sebelah rumah di mana saya sering ngintip para pemain wanitanya saat berdandan. Sayang, saya belum pernah mengintip lebih dari berdandan yang pada saat itu sudah merupakan hal yang “luar biasa”. Perseliran sudah lama dipraktekkan di Tiongkok sejak dahulu kala terutama di kalangan orang-orang kaya. Menurut hukum Tiongkok kuno, anak-anak dari selir diperlakukan sama dengan anak-anak dari isteri resmi. Apabila permaisuri raja wafat tanpa keturunan laki-laki, maka putra mahkota akan diberikan kepada putra dari selir yang berkedudukan tinggi. Para kaisar Tiongkok mempunyai ratusan selir. Dua orang selir kaisar yang pernah memegang kekuasaan besar adalah permaisuri Wu (berkuasa 690-705) dan permaisuri Cixi (1835-1908). Dalam catatannya, Marco Polo, penjelajah Italia yang menghubungkan perdagangan antara Tiongkok dan Eropa, dikenal dengan “Silk Road”, menceriterakan bahwa Khubilai Khan, pendiri dari Dinasti Yuan (1279-1368) mempunyai 4 orang isteri resmi yang masing-masing bertempat tinggal di rumah sendiri-sendiri dengan banyak sekali pelayan. Setiap tahun, dipilih 30 sampai 40 orang selir dari 500 anak gadis yang berasal dari seluruh daratan Tiongkok. Terpilihnya seorang perempuan menjadi selir kaisar merupakan kehormatan besar yang didambakan oleh setiap keluarga sehingga keluarga besarnya membangunkan sebuah taman luas dan indah khusus bagi selir kaisar itu sebagai tempat menghabiskan waktu ”liburannya” saat kunjungan keluarga, sebagaimana dilukiskan dalam novel karya Cao Xueqin (1715-1763) “Mimpi Di Dalam Rumah Besar Merah”. Tugas seorang selir adalah melayani isteri pertama dan melahirkan anak. Selir dapat diperoleh dengan membeli anak perempuan dari petani yang menyewa ladangnya ataupun dengan melakukan hubungan dagang dengan partner bisnisnya ataupun dengan pejabat pemerintahan yang ingin puterinya masuk dalam lingkungan orang kaya itu. Seorang pelayan dapat dinaikkan statusnya menjadi selir. Seorang selir dapat merupakan “hadiah” dari kaisar atas jasa-jasanya ataupun kesetiaan seorang pejabat kepada kaisarnya. Pada tahun 1950, saat pemerintah Republik Rakyat Tiongkok berdiri, dikeluarkan Undang-Undang Perkawinan yang antara lain melarang praktek perseliran. Soal “surga dunia” itu merupakan hal yang lengkap sekali digambarkan pada relief candi Borobudur pada bangunan paling bawah yang telah ratusan tahun terpendam di dalam tanah dan baru ditemukan setelah Raffles membersihkannya dan diteruskan oleh pemerintah Hindia Belanda. Pada tahun 1982, saya membeli sebuah buku bergambar “Kama Sutra” di sebuah toko buku di Bangalore (India) saat menghadiri seminar Development Banks dan dapat “selamat” melewati bea cukai bandara Jakarta karena biasanya bagasi dari para pejabat Departemen Keuangan dibebaskan dari pemeriksaan douane.
Posted on: Mon, 26 Aug 2013 09:42:07 +0000

Trending Topics



left:0px; min-height:30px;"> sebagai umat muslim, ada beberapa pertanyaan yang memerlukan
Hey where do you get most of your web traffic from? reading this
Going to college after 50 years old shouldnt be fearful. I can do
筆觸“欺詐主動WASH

Recently Viewed Topics




© 2015