PUNCTA RENUNGAN HARIAN @RomoJostKokoh “Beati pauperes spiritu”. Senin 10 Juni 13 Hari Biasa X 2Kor. 1: 1-7; Mat. 5:1-12 “Beati pauperes spiritu - Berbahagialah mereka yang rendah hati”. Inilah salah satu kutipan dari Kotbah Bahagia Yesus hari ini. Yang pasti, setiap orang ingin mendapatkan kebahagiaan yang kini, lebih pada tataran semat/uang, jimat/barang sakti, sehat, derajat serta pangkat. Fenomen ini bisa dibandingkan dengan paham kebahagiaan bagi kebanyakan orang sederhana. Bagi mereka, kebahagiaan itu adalah: laras/harmoni, tata/teratur, tiit/benar, tentram/tidak was-was, ayem/tidak sedih, marem/puas, mantep/mantap, pasrah-sumarah, sumeleh/melandas, ibaratnya seperti ”pujian, magnificat Bunda Maria” (Bdk: Luk 1:48-49), dan ”Kotbah di Bukit” (Bdk.Mat 5:1-12, Luk 11:29). Di sinilah secara sederhana, dapt dilihat adanya dua macam kebahagiaan. Ada kebahagiaan dunia/benda/kewadhagan (kadarnya relatif/nisbiah-sementara). Ada juga kebahagiaan rohani, yakni kebahagiaan hidup yang sejati, karena ada dalam kesatuan dengan Allah. Adapun tiga jalan supaya kita bahagia, yakni: 1.Bagikan harapan: Seorang penyair Argentina, Jorge Luis Borges (1899-1986, dalam puisi Instants), mengatakan, “waktu untuk mengenal, merasakan, dan menghidupi hidup adalah sekarang (now) dan disini (here).” Tampaklah jelas bahwa kebahagiaan sejati itu tidak berawal dan tidak berakhir, ia terus mengalir dan mengalir. Dan seperti Ysus yang membagikan harapan pada orang kecil, maka sikap pertama yang harus ada jika ingin kebahagiaan itu terus mengalir adalah membagikan harapan, terlebih kepada orang yang lemah, kecil, miskin dan tersingkir atau disingkirkan. Di Jepang, konon seorang daimyo biasa menjamu seorang tamunya dengan bersama-sama menyaksikan fajar. Dan kemudian sang tamu, akan berkata, ‘terima kasih atas fajar itu”. Ya...hidup dengan penuh harapan mungkin sesuatu yang menyebabkan kita mudah berbahagia, merasa cukup tanpa menjadi serakah. 2.Hadirkan Tuhan: Orang bahagia pasti bisa menghadirkan Tuhan yang berbelarasa, terlebih terhadap sesama yang lebih menderita dan terduka-nestapa. Walaupun ia tak lepas juga dari banyak masalah, tapi ia selalu berusaha menghadirkan Tuhan bagi sesamanya karena yakin bahwa Tuhan selalu beserta hidupnya, seperti penggalan syair Bob Dylan, U don’t always need a weatherman to know which way the wind blows, kita tak selalu perlu juru cuaca untuk menebak ke arah mana angin pergi, bukan? 3.GIAtkan iman: Boris Pasternak, seorang novelis Rusia, dalam Doctor Zhivago mengatakan, “kerap orang tak bisa menikmati hari karena penuh cemas dan bermalasan, baginya membuka jendela, terasa seperti membuka nadi.” Ya, banyak orang yang malas dalam hidup ini, padahal hidup ini adalah sebuah anugerah yang indah dari Tuhan yang harus diisi dengan cipta rasa, karsa juga karya. Dalam hidup ini, hidup kita juga sebetulnya merupakan undangan untuk suatu kebahagiaan. Lihat saja, selama 24 jam, gerak giat kembang kempisnya paru-paru dan denyut jantung kita sebanyak 86.400 kali. Maka selama satu tahun, paru-paru dan jantung kita sudah giat berdenyut sebanyak 31.104.000 kali. Anak yang baru berusia 10 tahun, denyut jantung dan paru-parunya sudah berjumlah 310.104.000 kali. Atau juga, seperti kata St. Martinus dari Biberach yang giat menyebarkan kabar bahagia, “Saya datang dan saya tidak tahu di mana, saya pergi dan saya tak tahu kemana, tapi saya heran, saya tetap merasa bahagia”. Sudahkah kita mau belajar untuk bahagia: bagikan harapan, hadirkan Tuhan dan giatkan iman? “Daun pepaya di atas dahan - Kita bahagia bersamaTuhan.” Tuhan memberkati dan Bunda merestui. Fiat Lux! (@romojost.blogspot, romojostkokoh).
Posted on: Mon, 10 Jun 2013 09:55:46 +0000