Part5: Lingkaran Ah... Sesunyi ini. Kebebasan ini. Hantaman - TopicsExpress



          

Part5: Lingkaran Ah... Sesunyi ini. Kebebasan ini. Hantaman angin sepoi yg menyeruak melewati celah kecil jendela yg terbuka. Rasa ini. Entah mengapa seperti membawa kembali ke masa-masa penuh sukacita yg tak mungkin diharapkan kembali. Deru mobil ini. Benar-benar seperti engkaulah yg menguasai dunia ini. Tak ada secuil suara, bahkan desahan makhluk-makhluk yg menyusun ekosistem di sekeliling jalan ini. Sementara raga dan hatinya, sibuk menikmati semua mukjizat alam yg tersusun rapi, kakinya tetap menginjak pedal. Perlahan, mengendur. Perlahan mulai pelan. Tak ingin menyiakan keindahan dan ketenangan di sini, walau Clara tau. Malam semakin gelap. Dia tak punya banyak waktu lagi. Dia harus bergegas. Ibunya menanti. Ahh... Persetan dengan itu semua. Sebintik cahaya terlihat dari kejauhan. Jauh. Menyala, meredup dr sisi lain hutan sepanjang jalan. Entah, adakah orang di sana? Yang cukup bodoh untuk tinggal di dalam hutan? Entah. Ataukah dia yg bodoh. Baru beberapa menit dia memasuki jalan ini, dan dia merasa nyaman. Orang yg tinggal di sana pasti merasa hal yg sama. Mereka tak bodoh. Mereka hanya pemuja ketenangan, sedikit spesis manusia yg masih tersisa di sini. Atau mungkin pemburu yg berkemah? Yang tak mungkin pulang karena malam terlalu larut. Yg masih betah menembaki, menghabiskan makhluk hidup yg tersisa di hutan ini. Yg dengan bangga menunjukkan potongan tubuh hewan yg mereka bunuh demi sebuah titel dan tepuk tangan kekaguman. Atau itu hanya seekor kunang-kunang kecil. Yg terbang bebas mengarungi kegelapan. Yg begitu damai. Begitu tenang. Sungguh malam yg indah bagi seekor kunang-kunang memamerkan pesonanya. Tapi pada siapa? Siapa yg mengagumi nyala perutnya di sini? Tak ada siapapun di sini. Aku? Sengajakah dia menunjukkannya padaku? Tentu saja. Di kota tak akan ada sedikit saja tempat tersisa untuknya hinggap. Di sini, dia bisa. Entah, kotaku yg terkutuk karena mengusir pesona indahnya. Atau dia yg terlalu suci untuk mau mampir di kota. Entah... Itu hanya cahaya kecil di kejauhan, dan otaknya sudah mulai memunculkan teori ngawur. Sebentar. Ada yg aneh. Clara coba menginjak agak dalam pedal gasnya. Sedikit hentakan terasa. Dan dia tau, bensinnya mulai menipis. Clara tau, dia salah. Mengapa dia membiarkan Ara muncul di SPBU tadi. Hanya wanita bodoh yg berhenti di SPBU untuk...mencari suami khayalannya, bukan untuk mengisi bahan bakar kendaraan. Clara terkikik pelan, dia tersenyum. Menyadari kepolosan Ara, dan kebodohannya yg membiarkan Ara muncul. Clara tetap memacu pelan mobilnya, sambil sesekali menarik nafas panjang. Khayalannya beterbangan. Tinggi. Tinggi. Hingga sampailah pada sebuah awan putih dg sekelebat kenangannya dan Ara. Mereka benar-benar bahagia dulu. Mereka saling menyayangi. Ara adalah bulan yg putih. Yg cerdas, baik hati, penuh imajinasi, dg senyum-senyum simpul yg selalu menghiasi wajahnya kala menemuinya. Sedangkan dia, Clara adalah bulan yg hitam. Yg cuek, realistis, penuh dengan rasa pesimis. Tapi dia tau, mereka tak pernah bermasalah dg perbedaannya. Walau terkadang dia merasa iri dg semua warna yg menghiasi hati Ara. Tapi Clara tak pernah menyesali hatinya yg dingin. Clara tau, perasaan seperti itu hanya akan menjadikannya hidup penuh dalam fantasi. Dan itu akan menyiksanya. Kasihan Ara, mungkinkah Ara bahagia? Jadi sisi lain hidupnya, seperti ini. Walau akhir-akhir ini, dia sering malu gara-gara menanggung kelakuan Ara yg mendadak menggantikan dirinya, seperti tadi. Clara tetap sadar, Ara tak pernah berniat seperti itu. Ara menyayanginya, sama seperti dia menyayangi Ara.
Posted on: Mon, 11 Nov 2013 13:30:28 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015