( Pelajaran untuk orang-orang jahil yang gemar menyuarakan Taqrib - TopicsExpress



          

( Pelajaran untuk orang-orang jahil yang gemar menyuarakan Taqrib dengan Syiah. Masih mau bilang Syiah itu bagian dari islam ? Masih mau bilang kalau antara Syiah dan islam hanya berbeda furu ? Masih mau bilang kalau menjelaskan kesesatan itu justru memecah belah ? Aneh bin ajibb..ketika umat islam membentengi aqidah dari paham-paham menyesatkan justru dibilang intoleran dan fundamentalis.) DAMPAK BURUK PASCA REVOLUSI IRAN TAHUN 1979 SURAT TERBUKA KEPADA PRESIDEN TERPILIH MUHAMMAD KHATAMI Lembaga Penelitian dan Pengkajian Islam (LPPI) telah menerima surat tertanggal 12 November 1997 dari warga Ahlussunnah asal Iran yang terusir dari negrinya. Isi surat tersebut antara lain berisikan kliping Koran, laporan harian dari majalah “Al-Hayyah” yang menurunkan adanya sepucuk surat yang ditujukan kepada presiden Iran, Muhammad Khatami dari Ikatan Ahlussunnah Iran di London. Mengingat akan pentingnya isi surat tersebut dan agar diketahui oleh ummat Islam serta masyarakat luas bangsa Indonesia tentang informasi perkembangan Ahlusunnah Iran khususnya, dan yang lebih penting lagi karena surat itu ditulis oleh saudara kita yang mengalami sendiri penderitaan atas perlakuan dari pihak pemerintah Iran yang mendakwahkan diri sebagai Negara Islam namun bersikap “sektarian” dan “ diskriminatif “ serta “zalim” terhadap mereka yang bermadzhab Ahlussunnah,maka kami terjemahkan dan lampirkan surat/kliping tersebut. Isi surat tersebut antara lain : “ Pasti tuan presiden lebih tahu dari yang lain tentang penduduk Ahlusunnah, baik mereka yang keturunan suku Kurdi, Balusy, Turkistan, atau penduduk Mawalis atau dari kawasan pinggiran pantai (Hawasy) dan lain-lain yang tidak memilki posisi apapun di jajaran kementrian atau kedutaan dan jabatan penting lainnya yang berpengaruh di pemerintahan. Bahkan lebih dari itu, merekapun tidak mendapatkan hak-hak sosial maupun sipil, sampai-sampai pembangunan sebuah masjid dan atau tempat-tempat ibadah di kota-kota besar Iran saja tidak diperkenankan, hal mana pada pemerintah-pemerintah non islam hal itu dihormati dan diperbolehkan. Ironisnya, gereja-gereja justru bercokolan yang jumlahnya puluhan. Yang lebih buruk lagi, pembangunan masjid dan madrasah-madrasah di kawasan yang mayoritas mutlak Ahlussunnah yang selayaknya menjadi ‘keberkahan’ pemerintah Iran, malah menjadi dosa yang tak termaafkan. Cukup banyak para dermawan da aktifis yang terlibat dalam kegiatan ibadah tersebut dipenjarakan dan ditekan agar membuat pernyataan untuk tidak kembali melakukan aktifitas tersebut di masa yang akan datang, kemudian mereka diperintah agar mencukur jenggot dan dilarang mengenakan pakaian keaamaan mereka. Sumber kezhaliman di atas merupakan bukti kesempitan jiwa pemerintah dan sebagai kedengkian yang terpendam pihak intelijen Iran, serta karena fanatisme madzhab yang buta. Peristiwa-peristiwa itu hanya akan menambah catatan panjang kejahatan sejarah umat islam. Sementara pihak lain (bangsa lain), ternyata lebih bersikap terbuka terhadap perbedaan pendapat. Dan keadaan yang lebih buruk lagi adalah masa sepeninggal Khomeini, di mana penggantinya Ali Khamenei mengibarkan bendera ‘pembantaian’ para Ulama Ahlussunnah di empat kawasan Iran. Selain pembunuhan, juga penghancuran masjid-masjid dan madrasah-madrasah. Eksekusi pembunuhan oleh personil-personil Intelijen Iran. Sekedar contoh, berikut ini kami sebutkan kekejaman mereka terhadap ulama Ahlussunnah : 1. Al-Ustadz Hayman Syakuri ( beliau digantung pada tahun 1981) 2. Maulawy Abdul Wahhab Khafy (beliau digantung pada tahun 1990) 3. Maulawy Qudratullah Ja’fary (beliau digantung pada tahun 1990) 4. Syaikh Nashir Saimany (beliau digantung pada tahun 1992) 5. Dr. Ali Mudzaffariyan (beliau digantung pada tahun 1992) 6. Al-Alamah Ahmad Mufti Zaadah (beliau digantung pada tahun 1993) 7. Syaikh Allamah Muhammad Shaleh Dhiya’i (beliau dibunuh pada tahun 1994) 8. Maulawy Abdul Aziz Al-Lihyary (beliau diracun pada tahun 1994) 9. Dr. Ahmad Mirin (beliau dibunuh pada tahun 1996 10. Syaikh Maulawi Abdul Malik Mulla Zadeh (beliau dibunuh pada tahun 1996) 11. Syaikh Faruq Farsad (beliau dibunuh pada tahun 1996) 12. Syaikh Jamayid zahiy (beliau dibunuh pada tahun 1996) 13. Syaikh Mulla Muhammad Ruba’iy (beliau dibunuh pada tahun 1996) 14. Dr. Aziz Kazhimi (beliau dibunuh pada tahun 1996) Dan masih banyak lagi lainnya. Berikutnya surat itu menyebutkan secara garis besar tentang policy pemerintah Iran terhadap warganya yang Ahlussunnah : 1.Cleansing Ethnic’ terhadap para ulama dan tokoh agama, dengan berbagai dalih untuk memudahkan mereka mensyi’ahkan masyrakat Ahlussunnah. Pembantaian tersebut ternyata menghasilkan hal yang sebaliknya, mereka kaum Ahlussunnah lebih kokoh lantaran dakwah yang dibayar dengan darah tersebut tidak mati. Beberapa interrogator intelijen mereka mengatakan kepada kami, “ Kalian Ahlussunnah bagaikan aula besar dan terang yang terdiri dari lampu besar dan lilin yang banyak. Kami padamkan satu persatu.” Analogi tersebut dipraktekan oleh Negara secara praktis. Pada masa Rafsanjani yang mengantongi banyak suara Ahlussuunah yang tidak bergeming sedikitpun terhadap praktek kezholiman itu, bahwa dia mendukung karena memang tidak butuh lagi suara Ahlussunnah disebabkan kekalahannya dalam pemilu. 2. Policy transmigarasi dan pengaturan penduduk Ahlussunnah. Polisi ini berjalan sejak Revolusi sampai sekarang secara confrehensif. Pemerintah menempatkan warga Syi’ah di Bulchistan dan Kurdistan, di wilayah yang tidak ada satupun orang syi’ah. Sebagai contoh di pesisir bendungan Bahukalt, ujung kawasan Bulchistan. 3. Blokade ekonomi dan industry di seluruh kawasan Ahlussunnah seperti Bulchistan, Kurdistan, Turkuman Sahara, Hasyiah Kahalij, dan Laut Oman. Semua itu jelas terutama jika tuan melakukan putaran pemilu di daerah-daerah itu. 4. Invasi pemikiran Syi’ah dan upaya menghilangkan kepribadian dan Aqidah Sunni. Hal itu dilakukan dengan berbagai cara, lewat media buku buku Syi’ah atau pelarangan buku-buku Sunni, lewat film-film yang menghujat Aqidah Ahlussunnah dan membuat kebohongan-kebohongan sampai kepada pembunuhan para ulama, terutama sekali ulama yang berani mengkritik film-film itu. Apakah sebagai kebanggaan pemerintah Iran mengobarkan api permusuhan antara Sunnah dan Syi’ah serta mengembalikan sejarah kelam Dinasti Safawiyah yang memakskan Iran berhaluan Syi’ah dengan pedang ? Apakah peristiwa ini pantas terjadi pada akhir abad dua puluh dimana Yahudi dan Nasrani berdamai dan menyisihkan permusuhan bersejarah antara mereka, sementara Mandela si kulit hitam yang dipenjara selama dua puluh tujuh tahun memimpin kembali negaranya??? Tidakkah tindakan brutal ini mencoreng muka penguasa Iran dan republik Iran. Mereka (penguasa Iran) membunuh puluhan para ulama hanya karena perbedaan keyakinan dan madzhab. Karena sebab yang sama, ratusan pemuda, juru dakwah, intelektual, para dokter da insinyur dideportasi keluar dari Iran karena keyakinan itu. 5. Pengrusakan sejumlah masjid dan sekolah agama milik Ahlussunnah di Iran. Padahal pemimpin revolusi Iran Ayatullah Khomeini telah menjanjikan pada awal kemenangan revolusi akan memberikan sebidang tanah demi persaudaraan seluas 10.000 m2 kepada pemimpin terkenal Sunni yang duduk dalam majelis para ahli yaitu Moulana Abdul Aziz, agar dibangun masjid Ahlussunnah di Teheran. Tetapi setelah kuat, justru pembangunan masjid itu dilarang bahkan lebih dari itu, seluruh kekayaan wakaf masjid disita. Adapun masa kepemimpinan Ali Khomenei dibuktikan dengan pembongkaran masjid Syeikh Al faidh milik Ahlussunnah di Masyhad yang terletak bersebelahan dengan rumah kediaman Ali Khomenei. Para algojo intelijen mengeksekusi masjid dan meratakan bangunan beserta koleksi Al Qur’an dan kitab-kitab bersama puing-puingnya. Dalam waktu dua hari, masjid telah menjadi rata dengan tanah dan ditanami pepohonan unutk menghilangkan jejak. Inikah keadilan Syi’ah itu ??? Ketika umat islam, sehari setelah peristiwa itu, berkumpul di Zahidan dan kota-kota lainnya yang mayoritas Ahlussunnah, jawabannya adalah pembantaian missal. Memang Ahlussunnah berkumpul di masjid Al-Makky menyesali perubahan masjid mereka di bawah republic Iran dan mereka meminta para penguasa Syi’ah mengembalikannya seperti semula dan menghentikan agresi-agresi mereka terhadap rumah-rumah Allah. Jawaban Negara disampaikan oleh barisan pengawal revolusi adalah menembaki masjid dengan helicopter dan kekuatan darat, sehingga terbunuhlah puluhan orang yang shalat di dalam masijd, puluhan mahasiswa ditahan dan banyak A;-Qur’an yang disobeki oleh para pengawal revolusi Iran. Kesucian masjid dan kehormatan agama di sekitarnya ternodai. Ratusan warga Ahlussunnah di kota-kota berpenduduk Ahlussunnah ditahan dan disiksa. Diantara nama-nama masjid Ahlussunnah yang ditutup di Iran : 1. Masjid Ahlussunnah di kota Ahwaz (Arbastan), disita pada waktu perang. Inilah masjid pertama yang disita pemerintah Iran. 2. Masjid Quba di kota Tarbatjam yang penuh aktifis bertahun-tahun. 3. Masjid di sekolah Nughur (Bulsistan) diratakan dengan tanah tahun 1978. 4. Masjid Al-Hasanain di Syiraz disita dan imam jum’atnya, Dr. Ali Mudzaffaiyan, yang keluar dari Syi’ah dan di masa Syah Iran bernadzar untuk terus berdakwah. Beliau digantung secara Zholim, sedangkan masjid tersebut dialih fungsikan sebagai ruangan untuk memutar film. 5. Masjid dan madrasah di kota Sawalis, yang terletak di sebelah barat daya Iran, disita oleh negara. Sementara ima jum’atnya Syeikh Al-Qaryati sebagai pemilik madrasah disiksa dan dipaksa mengaku sebagai kaki tangan Israel. Semua itu terjadi pada saat para penguasa mengaku menghormati undang-undang dan hak asasi Ahlussunnah dan menghormati madzhab mereka. Sampai-sampai undang-undang mengatakan kebebasan kepada mereka menerapkan madzhab-madzhabnya di kawasan mereka atau pengadilan atau sekolahan. Tetapi semua itu hanya tinta di atas emas. Bukankan tuan sebagai presiden bertanggung jawab melaksanakan undang-undangyang terlupakan itu ? biarlah kami memberitahukan tuan betapa Sayyid Musa Ad-Dibili, jaksa penuntut umum, ketika ditanya tentang pasal tersebut, beliau menjawab, “ Dulu ketika kami menetapkan undang-undang itu, kami dalam keadaan lemah dan kami bertaqiyah. Tetapi sekarang, kami tidak melihat perlunya menetapkan itu, bahkan tidak akan menetapkannya.” Alamat Ahlussunnah di London : 57 WICHELSEA ROAD TOTTENHAM N 17 6 XY LONDON U.K
Posted on: Sun, 27 Oct 2013 22:35:56 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015