Pembuahan (fertilisasi) terjadi dalam tabung fallopian dalam waktu - TopicsExpress



          

Pembuahan (fertilisasi) terjadi dalam tabung fallopian dalam waktu 24 hingga 48 jam setela ovulasi. Tahapan awal perkembangan, mulai dari ovum yang terbuahi (zigot) sampai menjadi massa yang terdiri dari 12 hingga 16 sel (morula), terjadi pada saat embrio (yang tertutup dalam sebuah lapisan protektif non-adhesif yang disebut zona pellucida) masuk ke dalam tabung fallopian. Morula memasuki kavitas uterin sekitar dua sampai tiga hari setelah pembuahan (fertilisasi). Kenampakan sebuah kavitas internal terisi-cairan dalam massa sel menandakan keadaan transisi dari morula ke blastosit dan disertai oleh diferensiasi seluler: sel-sel permukaan menjadi trofoblast (dan melahirkan struktur-struktur ekstraembrionik, termasuk plasenta), dan massa sel internal menghasilkan embrio. Dalam 72 jam setelah memasuki kavitas uterin, embrio menetas dari zona pellucida, sehingga lapisan terluarnya terbuka, yang terdiri dari trofoblast syncytial (multinukleat). Implantasi terjadi sekitar enam atau tujuh hari setelah konsepsi (fertilisasi). Sejauh analog dengan kejadian-kejadian yang terjadi pada beberapa spesies hewan, implantasi pada manusia kemungkinan mencakup tiga tahapan. Perlekatan awal blastosist ke dinding uterin, yang disebut aposisi, tidak stabil. Mikrovili pada permukaan apikal interdigitat syncytiotrofoblas dengan mikroprotrusi dari permukaan apikal epitelium uterin, yang dikenal sebagai pinopoda (Gbr. 1). Aposisi, dan selanjutnya implantasi, terjadi paling umum dalam dinding posterior atas (fundal) dari uterus. Tahapan selanjutnya, adhesi stabil, ditandai dengan interaksi fisik yang meningkat antara blastosist dan epitelium uterin. Beberapa saat kemudian, invasi dimulai, dan syncytiotrofoblas menembus epitelium uterin. Selanjutnya, blastosist terorientasikan dengan kutub embrioniknya menuju ke epitelium uterin. Pada hari ke-10 setelah konsepsi, blastosit tertanam seluruhnya dalam jaringan stromal uterus, epitelium uterin telah tumbuh kembali untuk menutupi tempat implantasi, dan sitotrofoblas mononuklear mengalir keluar dari lapisan trofoblast. Pada akhirnya, cytotrofoblast menduduki semua endometrium dan sepertiga bagian dalam myometrium (sebuah proses yang dikenal sebagai invasi interstitial), serta pembuluh darah uterin (invasi endovaskular). Proses selanjutnya, yang membentuk sirkulasi uteroplasenta, menempatkan trofoblast sehingga bersentuhan langsung dengan darah ibu. Daya terima uterin dan aktivasi blastosist Implantasi yang berhasil merupakan hasil akhir dari interaksi molekuler yang kompleks antara uterus berdasar-hormon dan sebuah blastosist dewasa (Gbr. 1, 2, 3). Kegagalan untuk memadukan proses-proses yang terlibat dalam interaksi ini menyebabkan kegagalan implantasi. Daya terima uterin didefinisikan sebagai keadaan dimana terjadinya periode pematangan endometrial ketika blastosist bisa menjadi terimplantasi (tertanam). Wanita yang terlibat dalam pemakaian teknik-teknik reproduksi terbantu untuk mentransfer embrio ke dalam kavitas uterin memiliki 20 hingga 24 hari dari siklus menstruasi 28 hari sebagai periode optimal untuk implantasi. Karakteristik penerimaan uterin mencakup perubahan-perubahan histologis (endometrium memiliki lebih banyak pembuluh dan edematous, kelenjar endometrial menunjukkan aktivitas sekresi yang meningkat, dan pinopoda terbentuk pada permukaan luminal epitelium). Walaupun perubahan-perubahan ini merupakan indikator yang baik untuk hasil akhir kehamilan, namun mekanisme-mekanisme molekuler yang mendasarinya masih sebagian besar belum diketahui. Banyak sinyal yang memadukan perkembangan blastosist dan persiapan uterus (Tabel 1). Dari banyak aspek proses perpaduan, peranan hormon-hormon steroid telah dipahami dengan baik. Implantasi memerlukan peningkatan sekresi estradiol-17β pra-ovulasi, yang menstimulasi proliferasi dan diferensiasi sel-sel epitelium uterin. Produksi progesteron yang terus menerus oleh corpus luteum menstimulasi perkembangan dan diferensiasi sel-sel stroma. Efektor-efektor pada aksi steroid-hormon mencakup hormon peptida, faktor-faktor pertumbuhan, dan sitokin-sitokin. Beberapa faktor telah diidentifikasi sebagai penanda potensial untuk daya terima endometrial. Kadar faktor penghambat leukemia pada epitelium luminal dan glandular uterus meningkat dramatis pada fase midsekretory siklus menstruasi, dan sekresi yang berkurang dari faktor ini terkait dengan kehilangan kehamilan rekuren. Molekul-molekul lain yang kemungkinan terlibat dalam daya-terima endometrial mencakup molekul-molekul adhesi dan protein-protein yang disebut mucin yang memiliki kandungan gula tinggi dan menyebabkan peningkatan ekspresi reseptor-reseptor oligosakarida pada permukaan sel-sel epitelium endometrial. Blastosist secara aktif berpartisipasi dalam proses implantasi. Mekanisme-mekanisme yang memungkinkan blastosist untuk memulai implantasi (sebuah proses yang disebut aktivasi) mencakup katekolesterogen, sebuah kelas metabolit estrogen. Medium dimana embrio pada tahapan pra-implantasi telah dibiakkan secara in vitro mengandung banyak zat-zat yang aktif secara biologis, termasuk faktor penghambat leukemia, TGF-α, faktor pertumbuhan asal trombosit, faktor pertumbuhan mirip insulin II, faktor penstimulasi koloni I, interleukin-I, interlelukin-6, prostaglandin E2, dan faktor pengaktivasi trombosit. Bukti pensinyalan antara blastosist dan uterus didapatkan dari penelitian-penelitian pada mencit dimana implantasi tertunda akibat manipulasi hormon-hormon ini. Selama penundaan tersebut, ekspresi gen-gen faktor pertumbuhan epidermal yang terikat heparin endometrial tidak meningkat, bahkan jika blastosist terletak setelah dinding uterin. Ketika estrogen diinjeksikan, proses implantasi berlanjut, dengan aktivasi blastosist dan peningkatan ekspresi gen faktor pertumbuhan epidermal pengikat heparin endometrial secara cepat pada tempat aposisi blastosist. Setelah siklus selesai, embrio pada atau di dekat tahapan implantasi mengekspresikan reseptor-reseptor faktor pertumbuhan epidermal dan heparin sulfat proteoglikan, keduanya berinteraksi dengan ligan-ligan yang mirip faktor pertumbuhan epidermal. Penambahan faktor pertumbuhan epidermal pengikat-heparin ke dalam embrio yang dibiakkan menstimulasi proliferasi dan kematangannya. Temuan-temuan ini kemungkinan bisa diterapkan pada implantasi manusia, karena faktor pertumbuhan epidermal pengikat heparin memiliki efek yang serupa terhadap embrio manusia (in vitro).
Posted on: Sat, 17 Aug 2013 19:47:01 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015