Pertanyaan besar tentang Saudi adalah: bagaimana Raja Abdullah - TopicsExpress



          

Pertanyaan besar tentang Saudi adalah: bagaimana Raja Abdullah akan meneruskan tampuk kerajaan kepada generasi selanjutnya setelah dirinya? Bagaimanapun, semua pangeran yang ada di kerajaan Saudi sekarang sudah berumur paling tidak hampir 70 tahun. Awal tahun 2010, Raja Abdullah pernah telah menunjuk saudaranya Nayeif bin Abdul-Aziz (76 tahun) sebagai deputi kedua perdana menteri, sebuah posisi yang menempatkan Nayef sebagai pewaris kerajaan setelah Sultan. Namun, Nayef telah mangkat tahun ini. Ketika Raja Abdul-Aziz ibn Saud, peletak kerajaan Saudi modern, wafat pada 1953, dia meninggalkan 37 putra dari 22 istrinya. Berbagai putra ini kemudian memerintah kerajaan bergantian setelah Abdul-Aziz. Nah, putra-putra Abdul-Aziz pun beranak banyak pula. Kerajaan Saudi tidak punya sistem “primogenitur” (suksesi-putra-pertama). Maka, ada ratusan kemungkinan siapa yang akan menjadi raja selanjutnya. Kenyatannya, Pangeran Muqrin, 64, purta termuda Abdul-Aziz, yang mungkin naik menjadi raja. Siapa tahu? Siapapun yang terpilih menjadi monarki pertama di Saudi setelah Abdullah bin Abdul Aziz, tak ada tanda-tanda perubahan antara hubungan Saudi dan Washington. Sejak tahun 1930, hubungan mesra itu telah terbangun dengan rapi. Tapi di kalangan elit politik negeri, termasuk para pangerannya, banyak terjadi perbedaan pandangan perihal urusan dalam negeri, semisal kebijakan minyak ekonomi, peran negara dalam institusi agama, dan perempuan. Inilah yang akan menjadi batu sandungan terbesar Saudi dan AS—setidaknya membelah Riyadh dengan kepentingan diplomasi Obama. Di Mesir, sementara itu, Muhammad Mursi baru saja masuk babak penyisihan atau kualifikasi kepresidenannya. Di mana Mursi berada sekarang ini di negara yang tak punya referensi anggota dewan, tak ada wakil presiden, dan tak ada lembaga yudisial? Apa ini demokrasi yang diinginkan Barat yang dituruti Ikhwan? Adalah sesuatu yang ganjil, bahkan di sebuah republik, pola seperti ini. Jika saja Gamal Mubarak naik jadi presiden menggantikan Hosni Mubarak—ayahnya, maka sejarah pernah terjadi di Korea Utara, Syria, dan beberapa Negara Afrika, namun itu dilakukan setelah beberapa kali interlud (diisi oleh presiden yang lain dahulu) seperti halnya Amerika dipimpin oleh dua generasi Bush. Di balik layar Mesir, militer masih mendominasi di atas kekuatan politik dan ekonomi sejak tahun 1952. Ada sebuah pertanyaan yang patut dipertimbangkan: apakah militer sekarang benar-benar mendukung Mursi, seorang militan Islam yang tak punya telaah jejak dengan militer? Namun Omar Suleiman, letnan jenderal Mesir zaman Mubarak, yang sekarang tak terdengar namanya dan diambil alih oleh Muhammad ElBaradei, bisa jadi akan muncul sebagai salah satu sosok kunci. Ingat, Suleiman pun pernah menjadi premis yang cukup kuat pula. Faktanya adalah Hosni Mubarak sendiri telah “menyekolahkan” Suleiman pada kancah diplomatik dengan Washington—sebuah isyarat terbuka yang memungkinkan Suleiman menjadi penerus Hosni. Toh, sampai saat ini, tampaknya Suleiman belum bisa dibilang berhasil dalam studi bandingnya itu. Alih-alih, para ahli politik Timur Tengah menilai bahwa inilah perangkap sesungguhnya dari Hosni untuk membuat Suleiman gagal.
Posted on: Tue, 06 Aug 2013 04:41:55 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015