Pertemuan Kedua Cerpen Kiriman: Dola Triyana Pagi yang cerah, ku - TopicsExpress



          

Pertemuan Kedua Cerpen Kiriman: Dola Triyana Pagi yang cerah, ku duduk di teras rumahku sambil memandang taman kecil di samping rumah. Daun-daun mawar masih basah, ku pikir mungkin karena hujan deras semalam yang mengguyur bumi hingga dingin masih terasa walau jam sudah menunjukkan pukul 10 pagi. Dari arah jalanan di depan rumah, ku dengar suara berseru memanggil nama ku, seketika lamunan ku buyar. “Riska…!” begitu suara itu ku dengar dan ku alihkan pandangan kearah asal suara, terlihat seorang gadis seusia ku berdiri di depan gerbang rumahku. “hai Ra, mau kemana loe?” “loe pikir gue mau kemana? Kondangan, dengan training kayak gini?” “hehehehe, bisa aja loe becandanya” ujar ku pada sahabatku yang memang hobi sewot itu. “ikut yuk Ris” ajak Rara “kondangan maksud loe?” dengan nada menggoda. “iya” balas menggoda. “ntar ya, gue ganti baju dulu” “ok, buruan ya nggak pake lama” “siiiip” sambil mengacungkan jempol. Beberapa menit kemudian, ku keluar dengan baju casual dan training lengkap dengan sepatu olahraga (seperti yang di pake Rara), serta menyandang handuk kecil dibahu ku. “Ma…! Aku pergi jogging ya sama Rara” teriak ku dari depan pintu. Tanpa menunggu jawaban dari Mama, ku melangkah menuju jalanan tempat Rara menunggu. Suasana pagi yang segar itu banyak dimanfaatkan oleh warga di komplek tempat tinggalku untuk berolahraga pagi, seperti yang ku lakukan bersama Rara. Kami terus berlari-lari kecil sambil bercanda hingga sampai di taman bermain yang sudah lumayan ramai oleh warga yang sedang menikmati suasana pagi. “kita duduk di sana aja yuk” “ok, loe duluan aja kesana. Gue mau beli minuman dulu” ujar Rara. Sambil menghirup udara pagi yang segar, ku tarik napas dalam dan ku tutup mata berjalan menuju sebuah bangku taman di bawah pohon mangga yang rindang. Tak sengaja tubuh ku menabrak sesuatu (seseorang tepatnya) Begitu ku buka mata. Terlihat senyum menawan seorang cowok yang bisa di kategorikan ganteng. Namun aku kaget, senyumnya menawan, wajah ganteng, suara merdu, tapi kok kata-kata yang keluar dari mulutnya lain ya. “eh, kalau punya mata jangan sok-sok dipejamin kalau lagi jalan. Mau jadi orang buta loe?” ucap cowok itu. “sorry, gue nggak sengaja” ku minta maaf. “loe pikir dengan kata maaf, trus baju gue ni bisa bersih lagi kayak tadi?” “emang nggak sih, trus loe mau apa? Gue udah minta maaf syukurkan” “eh, loe tau nggak, jajan loe sebulan aja kalo dibayarin buat ngebersihin baju gue ni, nggak bakalan cukup. Trus sekarang loe Cuma bayar pake maaf aja?” “iih, PD banget ni cowok. Emang loe pikir loe tu siapa?” kesel juga aku jadinya. Setelah ngomong itu aku langsung meninggalkan cowok itu. “eh, mau kemana loe, urusan kita belom selesai” “terserah loe, yang penting gue udah minta maaf” teriak ku “dasar cowok belagu” “loe kenapa sih Ris, ngomel sendiri aja. Kayak orgil aja loe” “diem deh loe Ra, gue lagi kesal sama tu cowok” sambil menatap tajam ke arah cowok yang tadi tak sengaja ku tabrak. “hello Priska Triya Sari, loe marah ama tu orang, jangan bawa-bawa gue dong.” Sedikit cemberut. “mau minum nggak, nih” “sorry deh Ra, gue lagi kesal banget sama tu orang” “iya gue tau kok, loe kalau lagi marah kayak gimana, pasti ampe besok tu dan gue selalu dibawa-bawa” tersenyum menggoda “tapi loe ati-ati deh, tuh cowok kan ganteng” tertawa Ku ikut tertawa. “percuma wajah ganteng Ra, kalau sikapnya kayak gitu, nggak mau maafin orang” “ya hati-hati aja” ujar Rara. “eh, udah siang ni kita pulang yuk” Ku lirik jam tangan yang ku pakai. “iya nih, perasaan kita baru bentar disini. Ya udah, yuk kita pulang.” Tak terasa sudah pukul 12 siang, kami baru meninggalkan taman bermain yang sudah mulai sepi pengunjung itu. Tinggal beberapa orang saja dan beberapa pedagang yang berjualan di sana. Dalam perjalanan pulang kami selalu bercanda, itu adalah kebiasaan yang rutin kami lakukan. Karena nggak ada canda nggak asik. Baru beberapa menit berjalan, langkah ku terhenti saat di depan ku lihat ada seseorang yang duduk di tepi jalan (sepertinya lagi berhenti). Setelah ku perhatikan. “eh, Ra perasaan gue kenal deh sama tu orang” “siapa yang nggak kenal sama dia Ris, itu kan ketua OSIS Riska oon” Nyengir “hehehehe, iya ya lupa gue tadi” “belom tua udah pikun, eh dia liat kesini tuh” Ku lihat cowok itu berdiri dan melangkah menuju kearah kami, sambil tersenyum ramah dia menyapa kami. “hai…! Kamu Riska kan?” Sedikit kaget sih, kok dia tau nama ku ya? “iya kak” Di ulurkan tangannya kearah ku. “Angga” Masih dalam ke bingungan ku sambut uluran tangan ketua OSIS yang menjadi idola di sekolah ku ini. “Riska, eh kenalin kak ini sahabat ku Rara” “Rara” kata Rara memperkenalkan diri. “lagi ngapain disini kak?” Tanya ku “ini kak baru pulang olahraga pagi, trus sepupu kak yang juga tadi pergi olahraga ngajak pulang bareng, lagian kan dia juga tinggal di rumah kak. Jadi kak tunggu aja dia disini. Kalian baru pulang olahraga juga ya.” “iya kak, abis udaranya seger jadi semangat olahraganya kak” “boong tuh kak, tadi aja dia lagi ngelamun dirumahnya kak” canda Rara Ku sikut lengan sahabat ku. “iiih, apaan sih loe” Angga tertawa melihat tingkah ku. Karena asik ngobrol dengan Angga tak ku hiraukan suara langkah kaki yang datang dari arah belakang kami, tepatnya arah depan Angga. “Andi…!” seru Angga “hey Ngga, sorry lama nunggu. Tadi gue ada problem dikit makanya agak lama. Enak nih loe di kerumini 2 cewek” canda Andi. Mendengar suara yang pernah ku dengar, ku alihkan pandangan kearah belakang. “loe…!” seru ku kaget bersamaan dengan Andi. Mendengar hal itu Angga tertawa. “loe udah saling kenal? Kompak lagi tu” “jodoh itu kak” goda Rara. “kenal dimana loe Ndi?” “siapa yang kenal, tadi di taman, nih cewek yang bikin baju gue kotor dan sampai robek kayak gini” nada marah. “tadi gue udah minta maaf sama loe kan, pelit banget sih nggak mau maafin” balas ku nggak kalah sewot. “udahlah Ris, kumat lagi deh” ujar Rara. “ya udah Ndi, kita pulang aja yuk. Duluan ya Ra, tenangin temen loe, sorry” “iya kak hati-hati, tenang aja kak. Bisa diatur” Lalu kami melanjutkan perjalanan pulang kerumah masing-masing begitu sampai di depan rumah, ku langsung masuk dengan perasaan kesal. Rara yang memang sudah mengerti dengan sikap ku hanya diam dan geleng-geleng kepala saja, melihat hal itu Mama menghampiri Rara. “siang tante” “siang juga, enak joggingnya? Oh ya kenapa lagi dia Ra?” “dia lagi kesel tu tan, gara-gara tadi ketemu cowok yang katanya sih nyebilin” sambil tersenyum “maaf ya tan, Rara pulang dulu udah siang soalnya takut Mama nyariin” “iya, hati-hati ya pulangnya nak Rara” “iya tante, permisi” Malam hari setelah kejadian itu terlihat Andi duduk sendiri di bangku santai dekat kolam renang, Angga yang melihat hal itu menghampiri sepupunya itu yang ternyata dia sedang melamun sambil tersenyum-senyum sendiri. “kenapa loe ndi, senyum-senyum sendiri. Kesambet loe” “loe Ngga, ngagetin orang aja loe” kaget Angga ada di dekatnya “mikirin apa loe” “gue mau nanya dong ama loe, cewek yang tadi tu siapa” “cewek..? maksud loe Riska ato Rara” “itu yang tadi sewot sama gue” “ooo…! Itu Riska namanya. Kenapa? Loe suka sama dia” “hmmm…! Orangnya cantik dan menarik, tapi jutek abis” “emang dia orangnya cantik, kalo sama cowok baik dia nggak jutek kok tergantung kitanya sama dia. Emang sih dia agak sedikit tomboy” ujar Angga. “kalo menurut gue tomboynya mah bukan sedikit tapi banyak, kalo mau deket ma dia kayaknya butuh tantangan ya Ngga” “jadi bener loe suka sama dia” “udahlah ngapain bahas yang nggak penting, udah malam nih tidur yuk. Besokkan hari pertama gue di sekolah baru” tersenyum “loe tenang aja, lupa ya kan gue ketosnya di sana” Berdiri dan melemparkan camilan yang tadi dimakannya “yeee…! Ntar gue ganti’in tau rasa loe” Andi merasa seperti seorang idola saat dia sampai di sekolah bersama sepupunya. Hampir semua cewek di sekolah itu terpesona melihat ketampanan 2 bersaudara itu, Riska dan Rara yang baru sampai disekolah bingung melihat sikap para siswi yang aneh pagi itu. “Fit, ada apa kok pada ngumpul disana?” ujar ku pada salah seorang teman sekelasku melihat sekelompok siswi yang sedang berkumpul. “kalian berdua nggak tau ya, di sekolah kita kan ada murid baru, ganteng banget” setelah ngomong itu langsung ikut gabung dengan yang lain. “gila ya Ra, anak baru aja kayak gitu, apalagi artis masuk sekolah kita” “udah yuk nggak usah di urusin mending kita kekelas aja” ajak Rara. “ayo…!” Setelah upacara bendera, bel tanda jam pelajaran pertama di mulai berdering, semua siswa yang semula asik ngobrol di depan kelas terlihat memasuki kelas masing-masing. Begitu pula dengan siswa kelas XI IA.2 dimana aku dan Rara mengikuti proses belajar. Tak lama setelah bel berdering wali kelas kami masuk bersama seorang pemuda tampan dan rapi. “selamat pagi ananda semua…!” Sapa Bu Rindu. “pagi bu…!” Serentak semua siswa. “seperti yang kalian tau, hari ini di sekolah kita kedatangan seorang siswa baru dan dia akan bergabung di kelas kita. Jadi, ibu disini untuk memperkenalkannya kepada kalian” ujar Bu Rindu menjelaskan “nah, Andi silahkan perkenalkan diri pada teman-teman baru mu disini” “baik bu, terimakasih” sebelum mulai memperkenalkan diri Andi memandang kearah ku dengan senyum menggoda. “baiklah teman-teman, perkenalkan nama saya Andika Gunawan Putra, kalian bisa panggil saya Andi” Terdengar suara seorang siswi menyela. “ooo…! Jadi namanya Andi” Andi melanjutkan “saya pindahan dari London, saya pindah karena saya udah kangen sama Indonesia, tapi orang tua saya masih ada urusan disana. jadi saya tinggal di rumah sepupu yang ada di daerah ini. saya harap teman-teman bisa menerima saya di SMA Pertiwi ini, itu aja Bu, makasih semuanya” ujar Andi “ada pertanyaan…?” Kata Bu Rindu “ya Bu, udah punya pacar belom sih…?” Ujar Siska siswi Centil yang ada di kelas itu. “huuuuu…!” Serentak semua siswa Andi tersenyum mendengar pertanyaan itu. “kalau soal itu no comment ya” “kalo belum bisa dong daftar buat jadi caparnya” kata Rika sahabat Siska. “apaan sih loe, nggak cukup apa ketua OSIS aja yang loe kejar?” kata Devi. Bu Rindu tersenyum sambil geleng-geleng kepala “ya sudah, sekarang ananda semua tunggu guru yang akan mengajar hari ini di kelas, dan untuk Andi silahkan duduk, siapa yang mau duduk bersama Andi? Ketua kelas tolong ya di bantu” ujar Bu Rindu “baik Bu” kata Raka si ketua kelas sambil melihat kearah Rendy. Rendy mengangkat tangan. “kebetulan bangku di samping gue kosong, Ndi loe bisa duduk bareng gue itu kalo loe mau” ujar Rendy Setelah berterima kasih pada Bu Rindu, Andi menuju bangku kosong di sebelah Rendy yang tepatnya sebelah kanan di belakang ku. Saat melewati bangku ku Andi tampak cuek seperti menganggap disana nggak ada orang, aku balas cuek dan malah ngobrol dengan Ayu teman sebangku ku. Begitu sampai di samping Rendy. “semoga betah disini ya Ndi” ujar rendy. “gue Rendy” sambil mengulurkan tangan. “thank’s Ren, Andi seperti yang tadi loe denger” tersenyum sambil menyambut uluran tangan Rendy. “by the way, kenapa milih pindah ke SMA ini Ndi?” Tanya Rendy. “kan sepupu gue sekolah disini dan rumahnya juga deket sini, jadi ya gue pindahnya kesini aja” jawab Andi. “gue liat asik juga sekolah disini” “kayaknya dari tadi cewek-cewek pada ngelirik loe terus deh” ujar Rendy “waaah, kayaknya bakal jadi pusat perhatian nih duduk sama loe” canda Rendy. “bisa aja loe Ren, gue sih udah biasa jadi pusat perhatian, hehehe” “tapi kok si Riska nggak ngelirik loe sama sekali ya” ujar Rendy “siapa loe bilang? Riska (agak keras biar kedengaran sama orangnya) mungkin dia nggak normal makanya nggak respek sama cowok” Aku bangkit berjalan kearah Andi. “apa loe bilang? Loe pikir loe siapa bakal diperhatiin sama gue, nggak usah ngimpi deh loe dasar cowok sok kegantengan loe” Semua cewek di kelas menatapku, siska yang sepertinya suka sama Andi bangkit dan protes. “emang dia ganteng, ya nggak teman-teman” dengan gaya centilnya. “iya…!” Hampir semua cewek di kelas itu menjawab kecuali aku dan Rara. “loe denger sendirikan bukan gue yang bilang gue ganteng” ujar Andi tersenyum mengejek. “kePD’an banget loe” Mendengar guru yang akan mengajar di kelas kami datang aku kembali kebangku ku dan duduk, begitu juga dengan Siska. Pagi ini kami belajar biologi bersama Bu Rini tentang uji golongan darah, begitu masuk terlihat Bu Rini membawa alat-alat yang akan digunakan untuk melakukan praktek uji golongan darah. “assalamu’alaikum ananda semua…! Selamat pagi” Sapa Bu Rini “waalaikum salam Bu…! Pagi Bu” “hari ini kita akan melanjutkan materi minggu kemaren yaitu menentukan golongan darah masing-masing individu di kelas ini, kalian semua akan dibagi menjadi beberapa kelompok” kata Bu Rini “ibu dengar di kelas ini ada siswa baru, yang mana orangnya?” “saya Bu” Andi mengangkat tangan “bisa bantu ibu untuk memperagakan cara melakukan uji golongan darah ini?” “tapi saya udah tau golongan darah saya Bu” jawab Andi Ku lirik ke belakang sebelah kanan ku, “bilang aja takut, cemen banget sih” ujar ku tanpa melihat ke arah Andi. Mendengar kata-kata ku itu, tanpa basa basi Andi berdiri dan melangkah ke depan kelas. Ketika melewati bangku ku, dia tersenyum mengejek tapi aku tetap cuek. “awas ya loe, gue bakal balas” ujar Andi bergumam. “Raka tolong bantu ibu membagi kelompok, kita ada 36 orang, satu orang akan memperagakan bersama ibu, kalau begitu 1 kelompok terdiri dari 5 orang saja” jelas Bu Rini “baik Bu” jawab Raka. “nah, sambil Raka membagi kelompok yang lain tolong perhatikan ibu” kemudian Bu Rini menjelaskan alat yang akan digunakan dan bagaimana langkah-langkah menguji golongan darah, sekaligus memperagakan kepada siswa dan siswinya. “jadi golongan darah kamu AB ya” “iya Bu” jawab Andi. “sekarang kamu boleh kembali ke bangku mu, bagaimana ananda semua mengerti?” “ngerti bu…!” “Raka, silahkan sebutkan anggota kelompoknya” pinta Bu Rini. “dan untuk yang lain silahkan duduk dalam kelompok yang sudah dibagi oleh ketua kalian” “ok teman-teman, harap di dengar ya” kata Raka. “kita mulai dari yang cowok, untuk kelompok 1 Rangga, Agung, Tomi, Doni, dan Sony. Kelompok 2 Dika, Rendy, Raka, Rizky, dan Junior. Kelompok 3 Raja, Seno, Rian, Arga, dan Panji. Hmmm buat loe Ndi loe masuk kelompok gue aja ya” ujar Raka. “siiip..!” mengacung kan jempolnya. “Raka, lanjutkan” ujar Bu Rini. “iya Bu, maaf” ujar Raka “sekarang untuk cewek, kelompok 4 Anissa, Putri, Bella, Riska, dan Sinta. Kelompok 5 Prita, Tia, Rara, Rika, dan Tira. Kelompok 6 Nayla, Devi, Claudia, Intan, dan Siska. Kelompok 7 Dina, Fitri, Dita, Lyla, dan Ayu. Sudah Bu” “silahkan duduk kembali” kata Bu Rini. “ok, sekarang duduk di kelompok masing-masing” “baik Bu…!” Setelah hampir 2 jam pelajaran kami selesai melakukan praktek uji golongan darah, dan didapatkan hasil 9 orang A, 12 orang B, 13 orang O, dan 2 orang AB (Andi dan Riska). Bel tanda jam pelajaran pertama berakhirpun berbunyi, setelah Bu Rini meninggalkan kelas sekarang giliran Bu Tika yang akan mengajar mata pelajaran matematika tentang barisan dan deret aritmatika. Pelajaran matematika kami ikuti dengan santai tapi serius selama 2 jam pelajaran, cara mengajar Bu Tika asik sehingga tidak membuat siswa dan siswinya menjadi bosan ataupun stress. Terdengar bel berdering menandakan waktunya untuk istirahat, semua siswa dan siswi tampak keluar dari kelas masing-masing setelah guru yang mengajar meninggalkan kelas. Pada waktu istirahat kami memang tidak boleh berada di kelas. Siang itu di kantin sekolah. “Sis, gue liat Riska tu kayaknya nggak suka deh sama Andi, kenapa ya?” ujar Rika sambil mengaduk-aduk baksonya. “bagus dong ka, loe gimana sih kok malah ngurusin Riska bukannya sahabat loe sendiri” timpal Lyla. “tau tuh anak, loe mau gabung sama mereka” ujar Devi. “ya enggak, tapikan aneh aja biasanya dia kan selalu saingan sama siska” “iiiiih…! udah deh, mending loe semua bantuin gue mikir gimana gue bisa dekat sama Andi. Eh ka, kalo dia nggak suka berarti saingan gue berkurang 1. Ngerti loe, so loe mau bantuin gue ato dia” Siska agak marah dengan tingkah para sahabatnya. “sorry Sis, gue…!” “diaaaaaaaaam…!” secara bersamaan (Siska, Devi, dan Lyla). “sis, bukannya minggu depan program studi IPA bakal ngadain kemping?” Tanya Devi. “iya Sis, disana loe kan bisa dekatin tu anak baru dan gue juga bisa deket sama si ketua OSIS” ujar Lyla. “enak aja loe ngomong, ketua OSIS tu, buat gue” balas Devi. “kita liat aja dia bakal milih siapa” “dia pasti bakal milih Gue, kan gue lebih cantik dari loe berdua” ujar Rika. “mimpi loe” bersamaan (Devi dan Lyla) “eh sis, itu Andi sama…! Hmmmm ketua OSIS ku” ujar Rika yang duduk menghadap kearah pintu masuk kantin. “mana…!” tiga sahabatnya sontak berbalik “kok mereka berdua bisa akrab gitu ya” gumam Lyla “ya mereka kan sama-sama ganteng, wajar dong akrab” Rika asal ngomong. “loe kalo mau ngomong mikir dulu dong” ujar Devi. “eh, loe inget nggak tadi pas perkenalan dia bilang tinggal sama sepupunya” pikir Siska. “jangan-jangan itu sepupunya” “bener juga, pantesan aja sama-sama ganteng” ujar Devi. Saat itu aku, Rara dan beberapa teman lain dari kelas yang berbeda memasuki kantin. “eh Sis, saingan loe datang tu” bisik Lyla Siska menatap ku dengan tatapan sinis, namun hal itu selalu ku anggap nggak penting dan tetap cuek aja. Begitu aku sampai dikantin, Angga melihat ku dan langsung berdiri memanggilku. “Riska…!” Mendengar namaku dipanggil, aku menoleh ke arah asal suara begitu juga pandangan siska dan sahabatnya mengikuti pandangan ku. “dia nggak suka sama adiknya ternyata ngincar kakaknya” gumam Siska. “jadi ternyata dia mau saingan sama gue” kata Devi. “kita…!” ujar Rika dan Lyla bersamaan. “Riska, gabung yuk ajak Rara juga dong” kata Angga. “Ra, kayaknya ada yang suka nih sama loe, eh malah deketin gue dulu” ujar ku. Andi yang duduk disampingnya protes. “loe ngapain sih ngajak si jutek tu kesini, bikin nafsu makan gue kabur aja deh” “kok loe yang sewot sih, kan loe bisa lebih deket sama dia” goda Angga. “apaan sih loe Ris, kan loe yang di panggil” kata Rara. “kan di suruh ngajak loe, tapi gue males kesana ada sipembuat onar disana” kata ku. “gue anter loe aja ya” “enak aja ngomong, kan yang dipanggil loe bukan gue” Angga menghampiri kami. “kok malah ngerumpi disini sih, mendingan kita duduk” “eh kak, ayo” ku tarik lengan Rara. Tanpa menghiraukan tatapan sinis Siska dan sahabatnya kepada ku. Saat berjalan menuju meja yang letaknya lumayan jauh dari pintu masuk kantin. “Ris, kayaknya ada orang yang suka sama kamu tapi sok jaim nggak mau ngaku” “maksud kak Angga apa?” “hmmm…! Nggak ada, gimana kabarnya Ra?” tak menghiraukan kebingungan ku. Kaget tak menyangka pertanyaan itu akan ditujukan untuknya. “eh, baik kak. Kakak gimana kabarnya?” “baik juga kok, oh ya kemping minggu depan kamu ikut kan?” Tanya Angga tiba-tiba. “ikut kok kak, ada apa ya kak?” “ehmmmmm…! Kayaknya ada yang mau PDKT nih” goda ku pada Rara. “maaf kak becanda aja kok” “nggak apa kok Ris, biasa ajalah nggak usah sungkan kayak gitu. Tapi kalo beneran nggak apa dong” “apanya kak?” Tanya ku. “PDKT nya” kata Angga jujur. Dan kami bertiga tertawa. Siska CS mulai panas melihat keakraban kami dan mereka langsung meninggalkan kantin dengan meninggalkan senyum sinis, yang selalu aku abaikan. Kami terus melangkah menuju tempat Andi yang dari tadi duduk disana, begitu kami sampai Andi yang melihat bangku disebelah Rendy kosong langsung berdiri dan pindah kesana. “gue gabung sama mereka aja Ngga” “kenapa?” “males gue disini” “sebenarnya sih gue juga males ya” ujar ku. “malas ato nervous tu” goda Angga sambil melirik ku. “gila loe” meninggalkan kami. “sana loe jauh-jauh” “udah ah Ris, jangan mulai deh” cegat Rara. Andi berlalu “hai Ren, gue gabung sama loe ya” “hai, yuk kalo mau gabung sama kita. By the way loe kenal Angga dimana?” Tanya Rendy. “iya Ndi akrab banget lagi” ujar si ketua kelas (Raka) “loe berdua gimana sih, itukan sepupu gue” “kayaknya loe berdua bakal jadi idola para cewek di sekolah ni, jadi tambah susah deh gue deketin cewek yang gue suka” keluh Rizky. “hehehehe…! Bisa aja loe becandanya Riz” Bel tanda waktu istirahat selesai berbunyi, semua siswa dan siswi menghentikan aktivitas mereka di luar kelas, sehingga kelas yang tadinya hening menjadi ramai oleh suara canda para penghuninya. Tapi itu tak berlangsung lama karena guru yang akan menjelaskan pelajaran selanjutnya masuk untuk memulai proses belajar mengajar. Di kelas ku pelajaran selanjutnya adalah Bahasa Indonesia dan disusul dengan Sejarah, sisa pelajaran kami ikuti dengan tenang dan lancar hingga pukul setengah tiga sore dan proses pembelajaran terhenti saat bel tanda sekolah usai berbunyi. “baiklah ananda semua, kita cukupkan sampai disini dan dilanjutkan minggu depan. Sekarang silahkan kembali kekeluarga masing-masing” kata Bu Rima “Assalamu’alaikum” “Waalaikum salam Bu” jawab semuanya serentak. Tak terasa sudah satu minggu Andi belajar disekolahnya yang baru dan dengan mudah dia bisa menyesuaikan diri disana, itu terlihat dengan banyaknya teman-teman dikelas bahkan sesekolah yang mengenal dan menjadi temannya, Itu tak luput juga dari peran Angga sepupunya. Sabtu sore sepulang sekolah Kepala sekolah mengumpulkan semua siswa dan siswi dengan program studi IPA untuk membahas acara kemping yang akan diadakan selama satu minggu kedepan. Dengan di bantu oleh anggota OSIS di dapat kesepakatan bahwa rombongan akan berangkat minggu pagi, sebelum berangkat berkumpul dulu di sekolah sekitar jam 8 pagi. Ku persiapkan semua yang akan ku perlukan saat kemping nanti, Mama dan Kakak ikut membantu ku mengemasi barang yang akan ku bawa. Malam ini dirumah begitu sibuk sehingga waktu berlalu terasa sebentar sekali. Setelah semua ku persiapkan ku melangkah kekamarku untuk istirahat melepas lelah. “Ma, besok bangunin aku ya, aku nggak mau terlambat” “iya sayang, sekarang mending kamu tidur” ujar Mama lembut. “aku juga mau tidur dulu ya Ma, besok ada kuliah pagi” kata Risa. “selamat malam Ma, good night Kak” “malam juga” jawab Mama “good night” Malam ini aku tidur sangat pulas sekali mungkin karena terlalu capek dengan aktifitas ku hari ini, tak terasa subuh sudah datang, terdengar suara lembut Mama membangunkan ku. Perlahan ku buka mata dan ku lirik weker di meja belajar ku, sudah pukul 5 subuh. Ku bangkit dari tempat tidur menuju kamar mandi untuk berwudu’ dan menunaikan ibadah shalat subuh. Setelah mandi dan bersiap-siap, ku raih telvon genggam di meja belajarku dan ku hubungi Rara. Panggilan pertama tak ada jawaban, ku ulangi lagi. “assalamu’alaikum Ra” “waalaikum salam Ris, ada apa?” suara Rara agak tergesa-gesa. “loe ngapain? Kesiangan” ujar ku. “iya, gue mau mandi dulu daa…! Assalamu’alaikum” telvon ditutup begitu saja. “waalaikum salam, dasar ni anak” Jam menunjukkan pukul 07.15 wib, pagi ini aku akan di antar oleh kakak laki-laki ku. “kak Randa buruan dong, ntar aku telat” “iya sabar dulu bawel, baru juga jam 7” ujar Randa “Ma, kita berangkat dulu ya. Kak Risa mau bareng?” “nggak deh kak bareng Papa aja masih belum siap ni” “hati-hati ya jangan ngebut” nasehat Mama. Karena cukup panjang, baca cerita penuhnya di: cerpenmu/cerpen-cinta/pertemuan-kedua.html
Posted on: Sat, 08 Jun 2013 13:06:32 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015