Proyek Masa Depan Di Danau Toba Jangan Seremonial MEDAN (Berita): - TopicsExpress



          

Proyek Masa Depan Di Danau Toba Jangan Seremonial MEDAN (Berita): Kondisi ekosistem Danau Toba yang terus menurun hingga kini, dikhawatirkan akan mematikan objek wisata andalan Sumatera Utara tersebut di masa depan. Karenanya, berbagai proyek yang kini sedang dikerjakan di lokasi tersebut, diminta untuk mengorientasikannya kepada prospek kemajuan masa depan, sehingga proyek yanga tidak hanya sekedar seremonial. Demikian penegasan Gubsu ketika membuka Rapat III Dewan Manajemen Badan Koordinasi Pengelolaan Ekosistem Danau Toba (BKPEDT) di Hotel Danau Toba Medan , yang dikaitkan dengan pembangunan Lake Toba Ecosystem Research Center di Nainggolan, Pulau Samosir. Diakui gubsu, kawasan Danau Toba saat ini mengalami berbagai tekanan oleh beragam aktivitas yang kurang mengindahkan prinsip kelestarian lingkungan, seperti pembakaran lahan dan semak belukar untuk mendapatkan rumput ternak, pembuangan limbah dan sampah. Padahal, dalam UU No 26 tahun 2007 tentang penataan ruang dan PP No 26 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, dimana disebutkan, salah satu kawasan strategis nasional adalah Danau Toba. “Karenanya, untuk mengelola ekosistem Danau Toba berwawasan lingkungan, saya minta proyek yang dilaksanakan berorientasi masa depan, tidak hanya seremonial. Sebab, bila demikian, maka 10 tahun ke depan, Danau Toba bisa jadi hanya tinggal kenangan,” tegas Gubsu. Rapat tersebut selain dihadiri dan Ketua Otoritas Asahan selaku Wakil Ketua Dewan Manajemen BKPEKDT, juga dihadiri Bupati Simalungun, Toba Samosir, Tapanuli Utara, Humbang Hasundutan, Dairi, Tanah Karo, Samosir, Asahan, dan Wali Kota Tanjung Balai. Di hadapan para pihak ini, gubsu meminta, pengelolaan Danau Toba pada akhirnya bisa memberi kesejahteraan secara ekonomi kepada seluruh masyarakat di kawasan Pantai Barat Sumut. Justru karenanya, diminta kepada para pihak termasuk tokoh-tokoh Batak yang hidup diperantauan, untuk memberi masukan guna pembenahan ekosistem Danau Toba menjadi lebih baik. Saat ini, lanjut gubsu, Danau Toba tidak hanya dihadapkan pada masalah kritisnya lahan penghijauan di kawasan Daerah Tangkapan Air (DTA)-nya, tetapi juga menyangkut limbah domestik, persoalan Keramba Jaring Apung (KJA), termasuk dampak dari operasional pabrik di sekitar ekosistem Danau Toba. “Ini yang harus dicarikan solusinya. Sebab, bila ekosistem Danau Toba hancur, maka dampaknya akan mengurangi pasokan oksigen bagi wilayah hilirnya, termasuk kita yang hidup di Kota Medan . Dan bila ini terjadi, akan banyaklah di antara kita yang akan mengidap penyakit jantug koroner,” beber gubsu. Pembangunan Research Center Di kesempatan sama, Ketua Panitia menjelaskan, guna menjaga kelestarian Danau Toba, maka perlu dipertegas sigergitas kerja sama berbagai pihak mulai provinsi, kabupaten dan kota, serta antara SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) di instansi terkait. Hal ini dinilai akan memberi dukungan terhadap pembangunan Lake Toba Ecosystem Research Center di Nainggolan, Pulau Samosir. Pertapakan lokasi pembangunan laboratorium pengujian kelayakan air Danau Toba untuk minum, mandi, ekologis, ekonomis, dan sosial itu disediakan Pemkab Samosir seluas 25 hektare. Sedangkan dana pembangunan fisiknya akan didukung Otorita Asahan. “Melalui berbagai upaya ini, paling tidak kita berharap kunjungan wisatawan ke Danau Toba bisa seperti tahun 1995 yang jumlah mencapai 401 ribu orang lebih, yanf dibandingkan kondisi sekarang sekitar 143 ribu wisatawan saja,” katanya.
Posted on: Fri, 06 Sep 2013 02:32:13 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015