Psikologi Mengingat Kematian (Dzikrul Maut) Dr Muhammad Iqbal - - TopicsExpress



          

Psikologi Mengingat Kematian (Dzikrul Maut) Dr Muhammad Iqbal - detikRamadan “Tiap-tiap yang bernyawa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barang siapa yang dijauhkan dari neraka dan dimasukan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan," (QS Ali-Imran Ayat 185) Mengingat kematian atau dalam Islam dikenal dengan istilah dzikrul maut adalah segala aktivitas di mana individu mengingat atau menyadari akan adanya kematian yang pasti terjadi pada setiap manusia dengan tujuan mendekatkan diri kepada Allah SWT, agar individu dapat mempersiapkan diri sebaik mungkin untk kembali kepada-Nya. Ibnu Qoyyim Al-Jauziah mengatakan, kematian itu adalah sebuah kehidupan di dunia dan awal dari sebuah kebangkitan. Kematian tidak hanya pemutus dan penghancur sebuah fase kehidupan, yaitu kehidupan dunia, dari suatu babak ke babak lain, dari suatu keadaan ke keadaan lain Rasulullah Saw Bersabda : "Apakah arti dunia bagiku, hubunganku dengan dunia ini laksana seorang pengendara yang sedang berjalan di panas terik, tiba-tiba terlihat olehnya sebatang pohon, lalu ia pun berteduh sejenak di bawahnya, sesaat kemudian ia pergi lagi meninggalkannya." (HR Tarmizi) Mengingat mati sangat dianjurkan dalam Islam, karena banyak sekali manfaat yang diperoleh bilamana manusia senantiasa mengingat akan kematian yang akan menimpa semua umat manusia di muka bumi ini. Rasulullah SAW selalu mengajarkan kepada manusia untuk selalu mengingat mati, seperti doa di dalam sewaktu hendak tidur, sewaktu bangun tidur, dan di dalam doa lainnya. Ketika manusia baru saja lahir ke dunia, setelah sembilan bulan dalam perut ibu, orang-orang di sekitarnya ketawa karena rasa suka menyambut kelahirannya. Oleh karena itu, sewajarnya jika ia berusaha agar dapat bergembira menghadap Allah SWT, sementara orang-orang di sekitar kita menangis karena kita telah meninggalkan mereka. Didalam kajian yang penulis lakukan terdapat 3 unsur dzikrul maut : 1. Bahwa kematian adalah keniscayaan yang harus diingat dan disadari semua manusia. 2. Karena setiap manusia akan mengalami kematian, maka ia harus mempersiapkan diri untuk menuju kesana dengan cara mempersiapkan bekal yang baik. 3. Mengingat mati merupakan salah satu cara beribadah dengan tujuan mendekatkan diri kepada Allah yang berguna bagi pengembangan diri. Menurut beberapa ulama, dalam melakukan dzikrul maut , ada banyak cara yang dilakukan, diantaranya : Melalui salat malam, seseorang dapat melakukan kontemplasi lebih dalam dengan mengingat kematian dan nasib yang bakal menimpa kita dalam kehidupan kita yang akan datang. Mengurus jenazah, merupakan fardhu kifayah atas umat Islam, paling tidak ada lima tugas yang harus dilakukan, yaitu memandikan, mengafani, menyalatkan, mengiringi kepemakaman dan memakamkan. Dengan melakukan lima hal tersebut kita akan merenungi jenazah dan mengingat mati. Mengingat orang-orang yang telah meninggal lebih dahulu, kemudian berpikir bagaimanakah keadaan mereka setelah wafat, tanah menutupi wajah mereka yang bagus, bagaimana pula bagian-bagian tubuhnya yang berserakan dalam kubur. Istri mereka telah menjadi janda, anak-anak telah menjadi yatim/piatu, sedangkan harta yang dimiliki disia-siakan dan dijadikan bahan perebutan antara para ahli waris. Menziarahi kubur di kalam masa hidup dan sebelum kita disemayamkan di dalamnya. Sering-sering ziarah kubur dapat mencegah seseorang agar tidak lupa kepada kehidupan akhirat yang disebabkan karena kerasnya perburuan harta dunia. Ziarah kubur bahkan tidak hanya sekedar mengingat mati, tetapi juga dapat melembutkan hati dan mensucikan jiwa. Dengan begitu, manusia akan segera melakukan kebaikan dan menjauhi segala bentuk amal yang merusak. Menjenguk orang sakit, merupakan hal yang bisa memperbaharui zikrul maut di dalam hati sehingga mendominasi dan akhirnya menjadi perhatian utamanya. Merenungkan siksa kubur, pertanyaan Munkar dan Nakir, kabaikan dari kubur, dasyatnya hari kiamat, gema seruan dari hari pergelaran akbar di padang mahsar dan lain sebagainya. Melakukan zikir dalam rangka membersihkan hati dan mendekatkan diri kepada Allah Swt yang biasanya dilakukan secara berjamaah maupun secara sendiri-sendiri. Manfaat Dzikrul Maut Banyak sekali manfaat yang dapat diperoleh dalam dzikrul maut, bahwasannya dalam segala keadaan, mengingat kematian itu pasti ada keutamaan dan ada pula pahalanya. Imam Ghazali menegaskan bahwa mengingat kematian yang merupakan konsekuensi dari kesadaran akan keniscayaan akan keputusan Ilahi itu, dapat mengobati jiwa yang sakit, menyegarkan spiritual yang letih dan membangun kembali kekuatan dan energi batiniah yang tidak berdaya. Maka semakin mengingat kematian akan meningkatkan ketekunan dan optismisme dalam melaksanakan hak-hak Allah SWT, di samping semakin ikhlas dalam beramal. Mengingat mati juga akan dapat menjadi salah satu sarana efektif bagi tazkiyatunnafs, penjernihan batin manusia, peredaman gejolak nafsu, dan pelembut kalbu. Imam Ghazali menegaskan bahwa mengingat kematian yang merupakan konsekuensi dari kesadaran akan keniscayaan akan keputusan Ilahi itu, dapat mengobati jiwa yang sakit, menyegarkan spiritual yang letih, dan membangun kembali kekuatan dan energi batiniah yang tidak berdaya. Maka semakin mengingat kematian akan meningkatkan ketekunan dan optimisme dalam melaksanakan hak-hak Allah SWT dan ikhlas dalam beramal. Mengingat kematian juga dapat menjadi salah satu sarana efektif bagi tazkiyatunnafs , penjernihan batin manusia, peredaman gejolak nafsu dan pelembutan kalbu. Kalangan ulama seperti Al-Ghazali dan Ibnu Qayim Al-Jauziah mempercayai bahwa mengingat kematian merupakan bagian dari energi diri yang sangat potensial. Mereka memastikan orang yang senantiasa mengingat kematian akan menjadi orang yang teguh pendirian dalam perjalanan spiritual menuju cita-cita ukhrawinya. Dia tidak mudah digoda oleh syaitan untuk melakukan kemaksiatan yang dapat membinasakan dirinya di dunia dan akhirat. Dzikrul maut dipercayai sebagai metode yang dapat memperpanjang jarak tenggelamnya seseorang dalam lautan cinta dunia dan dapat menumbuhkan sifat zuhud pada dirinya. Dengan mengingat kematian seseorang akan terhindar dari tipu daya syaitan, menjauhi dirinya dari maksiat, lalu bertaubat terus menerus dan taat kepada Allah SWT. Kesadaran akan kematian akan membuat seseorang memahami makna dan berpikir secara positif. Ia akan menempuh hidup ini dengan penuh optimis menuju satu tujuan hidup yang pasti, bertemu dengan Allah yang ia cintai dan mencitainya. Masalahnya tidaklah lagi kekhawatiran menghadapi, tetapi harapan akan kasih sayang Allah Yang Maha Pengasih di antara semua yang mengasihi. Bahkan secara psikologis menurut penulis, dzikrul maut dapat meningkatkan semangat hidup, motivasi sukses, etos kerja juga dapat meningkatkan produktifitas dalam keseharian, baik dalam bekerja maupun kehidupan sosial. Sebaliknya melupakan kematian akan mengakibatkan seseorang menjadi mudah memanjangkan angan-angan dan harapan, akan menjerumuskan manusia dalam berbagai kerugian, selalu cinta dunia dan bersenang-senang dengan syahwat. Penulis pada tahun 2003 telah melakukan penelitian ilmiah tentang implikasi dzikrul maut terhadap kesehatan mental terhadap 54 orang responden yang aktif pada komunitas pengajian Mahabbah Daarut Tauhid, dan majelis Zikir dan Doa Masjid Istiqomah Ciputat, yang melakukan aktifitas zikrul maut secara terus menerus setiap minggunya. Penelitian dilakukan dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif sekaligus. Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 54 responden didapati memiliki kesehatan mental yang tinggi sebanyak 34 orang (63%), sedang 20 orang (37%) dan rendah 0 (0%). Dampak yang dirasakan oleh peserta zikrul maut pada aspek kognitif adalah membuat perilakunya berpikir positif, tenang, hingga mampu mengambil keputusan lebih terarah, memiliki visi hidup serta optimis menghadapi kehidupan. Pada aspek afektif (perasaan) dan implikasinya terhadap kesehatan mental ialah setelah berzikrul maut para peserta tumbuh rasa kasih sayang, sabar dan bertawakal kepada Allah. Pada aspek psikomotorik (perilaku) peserta tergerak untuk lebih taat menjalankan ibadah, memiliki kepedulian sosial, amanah dalam mengemban tanggung jawab dan mampu memanfaatkan waktu seefektif mungkin. Wallahu’alam *Ketua Program Studi Psikologi Universitas Mercu Buana Jakarta***
Posted on: Sat, 03 Aug 2013 01:20:44 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015