Rasa Interista Anda semua pasti belum pernah merasakan apa yang - TopicsExpress



          

Rasa Interista Anda semua pasti belum pernah merasakan apa yang kami rasakan. Klub sepakbola tercinta dibeli oleh orang kita, orang Indonesia. Sebenarnya, saya ingin berbagi dengan fans Brisbane Roars, CS Vise ataupun DC United. Tapi sepertinya klub-klub tersebut belum punya basis fans klub di Jakarta. Jadi sekarang kamilah sendiri yang mempunyai rasa ini. Kadang masih kayak mimpi. Tapi inilah kenyataannya. Internazionale, kebanggaan kami menjadi milik Erick Thohir dkk. Mereka memegang saham mayoritas dengan Erick Thohir memiliki lebih dari separuh Inter. Saat PSSI sudah sejak lama canangkan ‘menuju pentas dunia’ dan sekarang entah menguap kemana, Erick Thohir mengambil langkah raksasa yang menghenyak dunia. Menurut saya mereka kini telah menjadi duta terbaik sepakbola Indonesia. Antara bangga dan khawatir. Bangga karena klub tercinta menjadi milik bangsa sendiri. Khawatir karena takut tak ada cinta disana. Rasa yang selama ini melekat erat dengan Il Presidente Massimo Moratti. Kadang timbul tanya : Mengapa harus Inter Pak Erick ? Tapi ya sudahlah..tak ada yang dapat dilakukan selain berharap untuk yang terbaik. Klub sepakbola itu adalah kekasih jiwa. Situasi yang agak mengganggu saat mengetahui bahwa pemilik Inter baru bukanlah (mungkin belum) seorang Interista. Di meja Pak Erick ada gelas Barcelona. Pak Erick pecinta Arsenal. Dan diantara anak Pak Erick malah ada yang Juventini. Rival berat kami. Belum lagi ditambah dengan foto yang muncul belakangan Pak Erick dengan Allen Iverson. Pak Erick memberikan Allen jersey Inter dengan nomor punggung 3. Apapun itu artinya yang pasti nomor 3 adalah nomor keramat di Inter. Nomor yang sudah diabadikan. Yah,..mungkin Pak Erick belum tahu. Atau menganggap itu adalah hal biasa. Entahlah. Ada banyak alasan untuk menjatuhkan pilihan kepada klub pujaan. Klub yang akan diikat selamanya dalam hati. Ibarat kata, Inter telah masuk kehati… terkunci dan kuncinya hilang entah kemana. Inter selalu terbawa kemanapun saya pergi. Selain karena Ronaldo yang tak mendapat hadiah penalti pada saat melawan Juventus dalam partai yang fenomenal itu, alasan saya mencintai Inter adalah Massimo Moratti. Sudah pasti saya tak mengenal secara pribadi. Kenalan sayapun hanya karena melihat lewat layar televisi. Tapi energi yang Moratti salurkan selalu membekas dalam sanubari. Rajin datang ke tempat latihan. Tak pernah lewat hadir langsung ke stadion meskipun dalam partai away. Interista nomor satu. Ada wajah muram dan kadang marah kalo Inter sedang kalah. Berbinar-binar di kala Nerazzurri sedang bersinar. Tak beda dengan kami disini. Buat saya Moratti memberikan teladan yang luar biasa. Tak terlibat dalam calciopoli adalah kebanggaan tersendiri. Scudetto ‘kejujuran’ masuk dalam catatan sejarah. Membawa klub kepada posisi terhormat sepi dari skandal. All out memenuhi kebutuhan klub. Pemain mahal jangan ditanya sudah berapa yang beliau datangkan. Lira hingga sekarang euro entah berapa jumlahnya yang beliau keluarkan dari 1995 hingga saat ini. Moratti juga menanamkan kebaikan kepada pemain. Pesan dia, ‘yang menonton Inter bukan hanya orang dewasa tapi juga anak-anak, maka kita harus memberikan contoh yang baik’. Dunia malam adalah sebuah pantangan. Pemandangan yang juga menyenangkan adalah istri yang setia mendampingi. Sangat jarang melihat istri presiden klub di Italia mendampingi sang suami tercinta nonton dan berbaur dengan tifosi lainnya. Tak ketinggalan juga anak- anaknya. Moratti dapat menjadi contoh figur suami yang setia. Keluarga bahagia. Diantara ribuan wanita cantik Italia, Moratti mampu bertahan dengan satu wanita yang mulai terlihat renta. Satu wanita. Tapi kini kenyataan telah ada di depan mata. Moratti harus merelakan kuasa. Entah nanti tetap menjadi Presiden atau tidak, yang pasti Inter telah berpindah kepemilikan. Slogan brothers of the world yang diteriakkan oleh para founding fathers Inter dibuktikan secara nyata. Tak hanya pemain yang berasal dari seluruh sudut bumi tapi Inter bisa juga dimiliki oleh bangsa non-Italia. La Beneamata adalah sahabat dunia. Sebagai fans layar kaca, kita hanya bisa terima apa adanya. Tetap dukung Inter apapun kondisinya. Toh, menjadi Interisti adalah anugerah. Nikmati saja. Menang bahagia dan jika kalah maka kita tinggal menunggu saja pertandingan selanjutnya. Unconditional Love. Tanpa syarat. Cewek kalo nyebelin bisa saja kita putusin. Tapi kalo klub nyebelin karena sering kalah, tak mungkin buat kita untuk meninggalkannya. Bahkan bukan tak mungkin malah makin cinta. Aneh? Tapi inilah realita. Sekarang tinggal kita pasrahkan kepada Pak Thohir saja. Kemana Inter akan dibawa. Pengen menjadi seperti Arsenal, klub kesayangan beliau. Tepikan trophy fokus ke profit atau menjadi Real Madrid. Buang pundi demi trophy. Saat ini masih sulit diraba. Beliau pernah utarakan bahwa ingin fokus kepada pemain muda tapi kemudian muncul kabar meski agak kabur jika Inter siap datangkan Xavi dan Iniesta. Belum ada kepastian filosofi apa yang akan diterapkan. Suka tak suka inilah saat yang tepat bagi Inter untuk berubah. Neraca keuangan harus distabilkan. Aturan Financial Fair Play harus segera diantisipasi. Serendipity. Rejeki Moratti. Setelah treble masuk lemari trophy. Rugi akibat prestasi segera tertutupi dengan Thohir punya pundi- pundi. Grande Inter kedua telah berhasil ditelorkan oleh Moratti. Hal yang pasti membuat ayahnya Angelo Moratti tersenyum di surga. Puncak prestasi telah menjadi miliknya. Sejarah Inter bersamanya akan selalu menjadi legenda. Transformasi Nerazzurri adalah sebuah keharusan. Moratti tahu diri. Bisa saja jika dia terus ada disana, Inter akan makin terpuruk karena minim finansial dan sepi prestasi. Bersama Erick Thohir bisa jadi Inter akan lebih realistis. ‘Perusahaan’ Inter akan dikelola oleh pemilik baru yang berpikir tentang profit tanpa tinggalkan tujuan raih trophy. Semoga. Satu yang membanggakan adalah transaksi ini tidak lepas dari suksesnya Inter Indonesia Tour 2012 yang lalu. Jadi kami Interisti Indonesia secara tidak langsung memiliki peran disini. Mungkin Moratti berpikir, Inter pasti aman dimiliki orang Indonesia karena di Indonesia terdapat jutaan Interisti yang akan turut serta mengawasi. Selamat bergabung dengan kami Erick Thohir. Anda akan segera merasakan nikmatnya menjadi Interista. Satu yang kami nanti adalah teriakan ‘Forza Inter’ dari hati anda yang terdalam. Oh ya, Evan Dimas dkk sedang menunggu panggilan telepon dari anda untuk dapat segera dibawa ke Italia. Forza Inter ! Jayalah selalu sepakbola Indonesia ! Tak ada nama klub yang semegah Internazionale. Tak ada julukan klub seindah La Beneamata. Tak ada lagu tifosi sebagus Pazza Inter Amala. Forza Inter selamanya. (Zefri nur)
Posted on: Thu, 07 Nov 2013 23:28:32 +0000

Trending Topics



="min-height:30px;">
Mobile Edge Mewss-Pw I.D. Sentry Passport Wallet d7mucmn0|hao0262
Dallas is still at Hopkins tonight, we did get a couple of new
Dalfour Beauty is a top beauty brand that specializes in skin
ok so for those who know what going on. yes this is bs and no i

Recently Viewed Topics




© 2015