#SOWAN Bulutangkis Juara, SBY Kritik Pengurus PSSI Bung Karno di - TopicsExpress



          

#SOWAN Bulutangkis Juara, SBY Kritik Pengurus PSSI Bung Karno di tahun 1964 ketika menjelang pesta Olahraga seluruh Asia ASIAN GAMES 1964 mengatakan, kita boleh tidak menjadi juara di Cabang Olahraga yang lain, namun kita harus juara di cabang Sepakbola. Karena Bung Karno menyadari, bahwa Sepakbola adalah cabang olahraga yang paling digemari diseluruh Indonesia, oleh karena itulah Bung Karno sangat memperhatikan sepakbola, sebagai wahana untuk mempererat persaudaraan dan kekeluargaan seluruh Rakyat Indonesia dari sabang hingga Merauke. Yang pada akhirnya pada event ASIAN GAMES 1964, Indonesia berhasil masuk Final Cabang Olahraga Sepakbola, dan meraih posisi Runner up. Lain dengan Bung Karno, hal yang suda jamak SBY selalu terlambat, masih kalah cepat dengan Yusuf Kala yang motonya lebih cepat lebih baik. SBY memang terlihat lambat dalam menyikapi semua kejadian yang ada, termasuk sepakbola Indonesia. Dalam menyambut Juara Dunia Bulu Tangkis Guangzhou 2013, dihadapan Tim BuluTangkis Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengkritik pengurus Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) yang kerap gaduh dan berkonflik di internal. Hal ini disampaikan saat SBY memuji prestasi atlet bulutangkis dan pengurus Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI). “Pesan saya: kita bangkitkan kembali olahraga di negeri ini. Sepak bola, pesan saya: berlatih yang benar, siapkan yang benar, jangan gaduh antara pengurus sehingga tidak maju-maju,” kata SBY di Istana Bogor, Senin, 12 Agustus 2013. Menurut dia, kunci kemajuan olahraga Indonesia adalah kepengurusan yang baik dan berkonsentrasi untuk memajukan olahraga dan atlet yang dibina. Pengurus yang justru bertengkar satu sama lain, kata SBY, justru menghabiskan energi secara percuma. Hasilnya tak ada prestasi signifikan pada cabang olahraga tersebut. Ketika masih ada kesempatan untuk menjalankan kekuasaannya cq Menpora, justru posisi penting itu malah diberikan kepada Roy Suryo yang sama sekali buta dan tidak tahu tentyang sepakbola, alhasil Roy menjadi gulang gulangan para petualang politik yang masih ingin terus bercokol mempolitisasi sepakbola. PSSI Sebagai ajang konsolidasi salah satu partai, yang justru semakin mempertajam perbedaan dan cenderung mengangkangi sepakbola untuk kepentingan sendiri dan golongan, bahkan untuk kepentingan konsolidasi PilPres tahun 2014 mendatang. Hal ini sudah jelas dan kasat mata, semua orang memahami dan mengerti seperti itu adanya, masak seorang Menteri yang Nota bene adalah kader Partai Demokrat tidak tahu, naïf lah karena semua orang sudah tahu, sudah bukan rahasia umum lagi. Dengan peristiwa akhir2 ini dimana Akbar Tanjung mulai menggugat ARB sebagai Capres Partai Golkar dengan ditengerai semakin merosotnya pamor dan elektabilitas ARB dimata rakyat pemilih, justru konsolidasi partai didaerah tidak menghasilkan apapun. Disusul dengan roadshow yang gagal sewaktu mengunjungi PB NU dan PP Muhammadiyah, keduanya tidak memberikan signal positip bagi pencalonan ARB, bahkan Muhammadiyah lebih eksplisit untuk segera menyelesaikan Lapindo daripada melanjutkan Pencalonannya. Sementara ARB mengatakan bahwa Lapindo tidak signifikan, lebih signifikan ISL daripada menyelesaikan Lapindo. Tentu tinggal PSSI dan ISL yang menjadi harapan dan ladang suara bagi ARB, untuk mensukseskan pencalonanya di 2014 mendatang. Tanpa menggunakan PSSI dan sepakbola sebagai satu satunya harapan, tentu memupuskan seluruh harapan ARB. Kondisi yang semakin mengerucut dikuasai oleh satu kekuatan politik Partai Golkar, sudah jelas tidak akan menghasilkan hasil yang maksimal, semua orang juga tahu bahwa kekuatan politik Partai Golkar hanyalah 25 % dari seluruh kekuatan yang ada di Indonesia. Sangat tidak masuk akal kalau kita mengharapkan prestasi di Sepakbola, kalau ternyata kekuatan yang mendukungnya hanyalah 25 %, dengan menyingkirkan kekuatan politik lain yang justru leboh besar 75 %, adalah tindakan yang jelas akan menghalangi prestasi dan pencapaian maksimal dari sepakbola. Mempertahankan dukungan 25 % Rakyat dengan mengabaikan 75% Rakyat lainnya adalah perhitungan yang tidak masuk akal. Selama Pengurus PSSI masih dikuasai oleh KPSI, yang jelas2 berorientasi kepada ARB/Partai Golkar, SBY dan siapapun tidak mungkin bisa mengharapkan apapun, dan jelas akan menemui kegagalan. Roy Suryo sebagai Menpora yang tidak tahu menahu tentang peta sepakbola telah memberi jalan yang salah, yang akhirnya mengembalikan kelompok KPSI menguasai kembali PSSI, dengan serta merta menyingkirkan pengurus2 lain yang tidak sejalan dan tidak sesuai dengan tujuannya. Kini sudah tidak ada lagi keraguan, bahwa dengan semakin dekat tahun 2014, maka makin ketat merengkuh dan membelenggu sepakbola hanya untuk kepentingan ARB mencapai ambisinya meraih pilpres 2014 mendatang. Tinggal PSSI/KPSI dan ISL ladang suara untuk konsolidasi kekuatan pemilih tahun 2014, sepakbola diharapkan menjadi kekuatan dan lumbung suara bagi ARB. Apakah SBY cq Roy Suryo rela dan menyerahkan sepakbola dengan kondisi carut marut seperti itu, Wallohualam bisawab, hanya SBY dan Roy yang bisa menjawabnya. Yang Jelas dukungan Rakyat kepada Sepakbola berkurang, Karena Sepakbola sudah bukan milik bangsa Indonesia secara keseluruhan. . cc: Zen muttaqin INI BARU ARGUMEN BAGUS Silahkan menyimak dan melihat perkembangan sepkbola indonesia, apakah baik ataukah semaki buruk??? ewekekek
Posted on: Tue, 13 Aug 2013 12:08:53 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015