Saat penangkapan tokoh-tokoh komunis itu, Haji Rasul, yang - TopicsExpress



          

Saat penangkapan tokoh-tokoh komunis itu, Haji Rasul, yang memimpin perguruan Thawalib, tidak berbuat apa-apa. Akibatnya, murid-murid pun marah dan memaksa Haji Rasul mengundurkan diri dari sekolah Thawalib. Pada tahun 1924, bersamaan dengan penangkapan orang-orang radikal di sekolah Thawalib, berdiri pula Sekolah Rakyat. Sekolah ini mengikuti bentuk Sekolah Rakyat-nya Tan Malaka di Semarang. Di sekolah-sekolah rakyat itu banyak berdiri organisasi sayap pemuda Sarekat Rakyat, yaitu Barisan Muda. Pada tahun 1925, kongres PKI mengubah organisasi ini menjadi IPO (international Padvinder Organisatie- Pandu Internasional). Di Padang, pada tahun 1914, berdiri organisasi pedagang pribumi bernama Sarekat Usaha—menyerupai Sarekat Islam di Jawa. Dua tokoh gerakan ini adalah Muhammad Taher Marah Sutan, seorang agen pelayaran pelabuhan, dan Sutan Said Ali, seorang guru sekolah dan anggota SI. Tetapi, pada awalnya, Sarekat Usaha ini sangat konservatif. Mereka sangat menentang ide-ide komunisme. Pada tahun 1920-an, muncul tokoh pedagang terkenal, yaitu Abdullan Basa Bandaro. Dia adalah pembawa SI ke Sumatera Barat. Dia juga penyandang dana koran-koran kiri, seperti Pemandangan Islam, Djago-Djago, dan koran-koran Sarekat Rakyat lainnya. Basa Bandoro juga pendukung fanatik Tan Malaka. Ia menjadi penyalur tulisan-tulisan dan Tan Malaka untuk pengikutnya di Jawa. Pada tahun 1920-an, Sarekat Usaha condong menjadi payung politik para pendukung Tan Malaka. Pada tahun 1923, Said Ali keluar dari Sarekat Usaha dan memilih mendirikan PKI cabang Padang. Tapi, belum lama bergerak, Belanda sudah menangkap dan memenjarakannya. Sekeluar dari penjara, Said Ali kembali memimpin seksi PKI dan membesarkan organisasi ini. Basis gerakan komunis lainnya adalah Silungkang. Hampir sama dengan kota-kota lain, gerakan radikal di Sawahlunto juga dibawa kaum pedagang. Hanya saja, berbeda dengan Padang Panjang dan Padang, gerakan radikal di Silungkang/Sawahlunto bersentuhan dengan pekerja tambang. Salah satu tokoh SI di Sawahlunto, Sulaiman Labai, dikenal pernah melakukan aksi seperti Robin Hood. Pada tahun 1918, Sulaiman Labai dan pengikutnya menghentikan sebuah kereta pengangkut beras dan memaksa kepala stasiun menyerahkan dua gerbong beras. Beras-beras itu dibagikan kepada rakyat yang sedang mengalami kelaparan. Tindakan berani Sulaiman Labai itu membangkitkan keinginan banyak rakyat Silungkang untuk bergabung dengan SI. Kelak, pada tahun 1924, SI cabang Silungkang ini diubah menjadi Sarekat Rakyat. Sarekat Rakyat Silungkan menerbitkan koran bernama “Suara Tambang” dan jurnal bulanan “Panas”. Koran propaganda ini berhasil menarik pekerja tambang di Sawahlunto. Terlebih ketika pemerintah kolonial membredel koran dan menangkap pemimpin redaksinya. Keanggotaan Serikat buruh PKI pun meningkat pasca pembredelan itu. Jika kita melihat pembangunan PKI di Sumatera Barat, khususnya di tiga daerah itu (Padang, Padang Panjang, dan Silungkang), hampir semuanya berasal dari sarekat islam dan asosiasi pedagang. Keterlibatan dan dukungan ulama juga sangat kuat terhadap kebangkitan gerakan ini. Sumber Artikel: berdikarionline/gotong-royong/20120303/islamisme-dan-marxisme-dalam-perjuangan-anti-kolonial-di-sumatera-barat.html#ixzz2ecTthCcZ Follow us: @berdikarionline on Twitter | berdikarionlinedotcom on Facebook
Posted on: Wed, 11 Sep 2013 20:53:43 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015