Salam Bersatu & Peduli! Ramadan Bukan Bulan Politik Tidak terasa - TopicsExpress



          

Salam Bersatu & Peduli! Ramadan Bukan Bulan Politik Tidak terasa kita sudah hampir memasuki pertengahan bulan Ramadan sebagai bulan yang penuh pengampunan, bulan dengan segala ibadah yang nilainya dilipat gandakan oleh sang pencipta. Mulai puasa, shalat lail/ tarawih, tadarus sampai tidurnya orang berpuasa lebih baik dibandingkan mereka yang terjaga tapi meggunjingkan orang lain.Dalam berpuasa seseorang bukan hanya dituntut mengendalikan dirinya dengan kebutuhan-kebutuhan fa’ali (makan, minum dan hubungan seksual) dalam waktu-waku tertentu, tetapi yang bersangkutan juga sekaligus berusaha mengembangkan potensinya agar mampu membentuk dirinya sesuai dengan Tuhan dengan jalan mencontoh Tuhan dan sifat-sifat-Nya dan mengendalikan hawa nafsunya. Dan karena itu, pantaslah Rasulullah SAW pernah bersabda “Berakhlaklah (bersifatlah) kamu sekalian dengan sifat-sifat Tuhan”. Menyiakan Bulan Ramadan Pengalaman disetiap ramadan, sebagian dari kita umat islam telah menyia-nyiakan kedatangan bulan Ramadan. Banyak diantara kita terjebak oleh rutinitas puasa hanya pada mengendalikan dirinya dengan kebutuhan-kebutuhan fa’ali saja, tapi tidak melihat aspek pengendalian diri lainnya yaitu hawa nafsu. Padahal hawa nafsu inilah yang lebih besar potensi keburukannya yang dimiliki oleh manusia. Itulah sumber naluri kesyaitanan dan kebinatangan yang dapat membuat manusia sempurna ataukah sebaliknya sebagai mahluk hina dina, dengan catatan manusia mampu mengelolanya dengan maksimal (manusia punya potensi malaikat dan syaitan). Kejadian anarkisme oleh kelompok mengatasnamakan Islam masih melakukan tindakan premanisme yang mengganggu kerukunan umat beragama, bahkan berperilaku layaknya bukan Islam sebagai agama kedamaian dan keselamatan. Parahnya lagi oleh para politisi bangsa ini cenderung menjadikan bulan ramadan sebagai bulan politik untuk mereka, bulan yang dimanfaatkan untuk kampanye politik atas nama pribadi maupun kepentingan politik kelompoknya yang sangat pragmatis. Kejadian ini ditandai dengan banyaknya spanduk ucapan ‘selamat berpuasa’ di masjid-masjid, di media cetak atau media elektronik. Bahkan tidak segan-segan membagikan sedekah atas nama parpol maupun atas nama pribadi sebagai kandidat calon tertentu. Belum lagi acara-acara religius yang dibungkus dengan nuansa kepentingan politik seperti buka puasa bersama, tarawih bersama, sahur bersama maupun pembagian sembako dengan embel-embel indahnya berbagi di bulan ramadan. Padahal jika di bulan lainnya dilakukan tidak mengurangi indahnya berbagi. Mungkinkah karena ramadan tahun ini mendekati momentum politik, yakni menjelang pemilu 2014, hanya pelakunya dan Tuhan yang tahu! Gelar Taqwa VS Gelar Vote Jika benar karena kepentingan politik sehingga meningkatnya aktifitas politik di bulan Ramadan, maka hingar-bingar hasrat kekuasaan dan intrik-intrik kemunafikan yang kesemua hal tersebut bagian dari kerja-kerja ‘hawa nafsu” manusia mengurangi esensi ramadhan. Ibaratnya kehadiran bulan ramadan bukan lagi untuk mendapat gelar ‘takwa’ oleh sang pencipta tapi gelar ‘vote’ dari sesama manusia. Menariknya lagi, seakan-akan masjid telah menjadi tempat yang mirip pasar yang dipenuhi segala jenis iklan politik yang berwujud spanduk. Spanduk tersebut memang secara tidak langsung meminta untuk di ‘vote’, tapi itulah bentuk kampanye dan sosialisasi awal yang dilakukan oleh politisi. Pengalaman penulis sampai pertengahan ramadan ini, bukan hanya spanduk saja yang ramai, tapi kegiatan-kegiatan politik mengatasnamakan puasa, mengatasnamakan ramadan dan ibadah yang dilakukan oleh politisi dan kandidat. Contoh yang marak di daerah kami saat ini yaitu maraknya buka puasa bersama, sahur bersama, pembagian sembako, pembagian zakat harta, tarawih bersama dan sampai munculnya ustad-ustad politik yang berkhutbah menyerukan kriteria pemimpin sesuai kepentingannya. Inilah ujian besar menuju manusia bertaqwa bagi umat Islam yang berlakon sebagai kontestan politik, disatu sisi mengejar gelar ‘taqwa’ tapi disisi lain ada kerja-kerja nafsu kekuasaan ingin menduduki jabatan politik akhirnya menyerukan untuk di ‘vote’. Dalam aturan pemilu, hal-hal tersebut memang tidak dilarang untuk dilakukan oleh para kontestan politik, tapi bagi penulis seharusnyalah di bulan ‘pengendalian diri’ ini para kontestan politik mampu memperlihatkan perilaku-perilaku yang mendapat point lebih dimata Tuhan untuk mendapatkan gelar bertaqwa tersebut bukan lebih banyak mengejar pandangan manusia untuk gelar ‘vote’. (Alimuddin Baharuddin) Wallahhu A’lam Bissawab
Posted on: Tue, 30 Jul 2013 18:47:37 +0000

Trending Topics



30px;">
Just imagine what we can do together. Everyday Im amazed and
does viagra thin your blood
ABC de Canciones A: Autumn Leaves (Karen Ramirez) c: B: Blind
Ephesians 2:1-10 Guilt can be like a poison working insidiously
loan lend
A few months ago, all the dictionaries were out as people clawed

Recently Viewed Topics




© 2015