Sebel-Sebel Juga Cinta Tuh Part 2 Lagi-lagi di kelas XI IPA 3 - TopicsExpress



          

Sebel-Sebel Juga Cinta Tuh Part 2 Lagi-lagi di kelas XI IPA 3 terdengar teriakan dan keributan yang diciptakan oleh pasangan duet adu bacot yang terkenal dengan sebutan badai. Julukan dari teman sekelas bagas dan cindai untuk mereka berdua. Bahkan satu sekolah tak ketinggalan guru-gurunya, mengenal cindai dan bagas dengan panggilan badai itu. Pagi ini keributan yang dilakukan oleh badai terjadi pada jam pelajaran Matematika dengan guru yang paling killer, siapa lagi kalau bukan Madame Winda. Pagi ini juga, badai membuat takjub penghuni XI IPA 3. Mereka berdua berani ribut dijamnya Madame Winda hanya karena bagas dan cindai berberebutan spidol untuk mengerjakan soal di papan tulis. “Gue duluan, bagas Jelek,” seru cindai sengit dan mencoba mengambil spidol dari tangan bagas dengan paksa. “Gue duluan yang lihat itu spidol, cindai lebay,” balas bagas tak kalah sengitnya dan mengenggam spidol erat-erat. “Nggak, pokoknya harus gue. Gue duluan yang pegang itu spidol, lo main asal ngerbut doang.” “Yang namanya lihat duluan, dia yang berhak, lebay.” “Asas dari mana tuh? Gue nggak pernah denger,” tanya cindai dan tersenyum miring. Ia tahu kalau bagas mengada-ngada. “Gue dong yang buat,” jawab bagas bangga dan membusungkan dadanya. “Cuih. Gue nggak terima Siniin spidolnya,” seru cindai dan tangannya bergerak dengan lincah untuk mengambih spidol di tangan bagas . “Ogah. Sampe lebay lo lepas juga, gue kagak sudi ngasih ini spidol sama lo.” “bagassss, kok lo nyebelin banget sih!” seru cindai kesal. Mereka berdua jadi rebutan spidol. Ibu Winda menatap dua orang muridnya itu jengkel. Teman-teman sekelas cindai dan bagas cengo melihat bada yang berani-beraninya berantem. Padahal pelajaran Bu Winda ini terkenal dengan detik-detik di kuburan. Tak ada satupun murid yang berani membuat suara. Bahkan suara ketukan pena nggak terdengar sama sekali. Tentu saja bagas membuat terobosan terbaru. “Ehem…” deham Bu Winda. Bagas dan cindai sama sekali tidak perduli akan suara itu, mereka berdua sibuk saling berbebat dan adu argumentasi. Yang ujung-ujungnya berakhir dengan saling maksa nggak penting. “bagas ….cepet siniin spidolnya,” seru cindai. “Kagak lebay,” balas bagas . “Sini.” “Nggak.” “Siniin.” “Ogah.” “bagass !” “Apa cindai?” “gas…” “ndai …” “bagasss maliling ,” jerit cindai tertahan. “cindaiiiii …lebayyyyyyyyyy”balas bagas “BADAI DIAMMMM ,” bentak Bu Winda akhirnya. Ia tak tahan lagi melihat tingkah dua muridnya yang sudah tidak sopan terhadap dirinya. “Lo yang diem. Ini urusan gue sama dia,” ucap bagass dan cindai kompak. Mereka berdua saling menunjuk diri masing-masing. Tidak menyadari bahwa sang Penguasa kelas saat ini yang berbicara. “bagas-cindai,” bentak Bu Winda lagi. “Lo apaan sih, diem!” bentak badai. Lagi-lagi kompak. Mereka masih asyik mengirim tatapan membunuh nun tajam kepada satu sama lain. Ibu Winda yang dikenal sebagai guru yang paling disegani menurut dirinya sendiri (padahal ia adalah guru yang paling ditakutin satu sekolahan lantaran ia yang paling killer) berdecak kesal melihat tingkah muridnya yang terlalu childish itu. Tanpa banyak cincong, beliau langsung menjewer telinga bagas dan cindai serentak. “AAADAAAWWWW…....SSSAAAKKKIITTT,” jerit keduanya menahan rasa dijewer itu. “Awas lo bagas . Berani-beraninya lo jewer telinga gue. Awas lo ya, gue nggak terima. Gue laporin lo ke komnas HAM. Gue aduin ke Kak Seto. Awas lo. Pokoknya gue kagak terima,” ucap cindai panjang lebar. bagas melongo mendengar ocehan cindai. Dirinya sama sekali tidak menjewer telinga cindai. Jarak mereka berdua pun satu meter, nggak mungkin tangannya dapat menggapai cindai. “Gue nggak jewer lo lebay. Lo kira gue apaan. Jarak gue sama lo itu satu meter, dong-dong. Lo kira gue nggak kesakitan juga. Telinga gue juga dijewer, bego.” cindai terdiam dan jadi mikir sendiri. “Jadi….kalo bukan lo siapa? Atau jangan-jangan……hantu….huaha….gue takut,” seru cindai dan berlari mendekat ke bagas . Ia pun memeluk lengan bagas. Teman-teman sekelas cindai, bahkan ketiga sahabatnya, yaitu marsha, chelsea dan angel ternganga melihat tingkah cindai. Dua detik kemudian, jadi nahan-nahan senyum gitu. Mereka ingin pada ketawa, berhubung Monster Winda….eh….maksudnya Madame Winda udah bertengger di sebelah baagas dan cindai dengan tatapan penuh aura neraka, jurang tartarus dan penuh kesuraman jadi nggak berani ketawa dan milih diem. “Siapa yang hantu, cindai. Lihat ke sebelah kanan,” perintah Bu Winda. cindai yang terpejam mengikuti perintah itu. Bagas pun ikut-ikutan. Mereka berdua langsung terperanga dan cengo seketika. “Jadi hantu itu Monster Winda ya, gas?” tanya cindai polos kepada bagas yang melotot kesal pada cindai. Pasalnya bagas sudah menyadari kalau Bu Winda-lah yang menjewer telinga mereka berdua. “Diam, ndai,” desis bagas pelan. cindai menatap bagas bingung. “KALIAN BERDUA SILAKAN BERDIRI DI TIANG BENDERA SAMPAI JAM SAYA SELESAI,” teriak Madame Winda. Belum lagi kebingungan cindai hilang, dia sudah dilanda teriakan sekaligus bentakan mengerikan dari guru killernya itu. “Tapi saya salah apa, Bu?” tanya cindai polos. Madame Winda menatap anak didiknya itu makin jengkel. “Kalau saya jabarin semua, hukuman kalian tidak akan jalan. Cepat keluar dan berdiri di tiang bendera,” jawab Madame Winda. bagas menyadari kalau cindai akan membantah guru ganasnya itu. cindai memang mudah marah, namun ia juga terkadang menjadi polos banget dan sedikit telat mikir alias telmi gitu. Makanya, dengan segera bagas menarik cindai keluar kelas dan menuju tiang bendera. Ia juga tahu kalau cindai terus memberontak salama perjalanan menuju tiang bendera. *********** cindi kesal bukan main. Saat ini ia tengah berdiri di depan tiang bendera dan bersebelahan dengan bagas. Cowok yang paling menyebalkan di dunia ini. Orang yang selalu membuat cindai naik darah dan tak lupa ngomel-ngomel kagak berhenti. Membuat cindai suka mencaci orang, tentu saja orang itu bagas . bagas sendiri hanya diam selama mereka di hukum. Ia tak melirik cindai secara langsung, namun melalui ekor matanya. Gadis itu orang yang selalu ia ganggu, gadis yang mudah marah dan mengungkapkan apa saja yang ada dipikirannya,tanpa ada yang disembunyikannya. Bagas menyadari itu. Sangat menyadarinya. Bagaas tersenyum geli mengingat semua kejahilan yang ia lakukan terhadap gadis di sampingnya itu. Lucu. Sungguh lucu dan menggemaskan. Reaksi yang diberikan gadis itu sungguh menarik. Apapun reaksinya. Mau dia marah, kesal dan mengata-ngatainnya, bgaas selalu suka. Selalu tertarik dan mampu membuatnya tertawa. Dibalik itu semua bagas juga menyadari, betapa bencinya gadis itu kepada dirinya. Toh ia tak terlalu perduli. Yang jelas, kini ia akan selalu menjahili gadis itu. cindai merasa kesal. Ia tahu kalau bagas tengah melirik dirinya. Ia menyadari kalau bagas menahan tawanya. cindai juga tahu kalau yang bgaas tertawakan pasti dirinya. “Ngapain lo lirik-lirik gue, hah?!” tanya cindai jutek. bgaas sedikit kaget awalnya sih. Namun ia kembali tenang seperti biasa. “Gue lirik-lirik elo? Lo ngimpi? Ngerasa punya tampang Selena Gomez lo?” tanya bagas balik. Cindai mencibir. “Diam kan lo. Mangkanya jangan geer. Geer aja diternakin,” sambung bagas . cindai makin mencibir. Laki-laki di sampingnya itu sungguh menyebalkan. Padahal Ify yakin-seyakinnya sebesar rasa yakinnya terhadap kaki ayam yang memang berjumlah dua. “Daripada lo, nggak berani ngaku. Malu ya lo ketaun ngeliatin gue. Gue emang nggak secantik Selena Gomez, tapi gue memang menarik kok,” jawab cindai pura-pura merendahkan diri. Padahal aslinya nyindir tuh. “Ya lo memang menarik. Memang norak ribet kampungan,” balas bagas santai. Lagi-lagi laki-laki yang tengah dihukum bersamanya itu membuat dia kesal. Bagas selalu heran dengan laki-laki itu, bisa-bisanya ia menyabarkan arti dari kata menarik hanya dalam waktu singkat. Memang artinya jelek sih dan rada maksa banget, tetapi tetap saja menaikan spanning. “Lo sendiri nggak ada bagus-bagusnya. Idung lo menolak tumbuh ke depan, malah mau ke dalam. Kulit lo ditawarin putih, tapi malah milih item. Terus…..” cindai menghentikan ucapannya dan menunjuk badan bgaas yang kering korantang itu. Padahal mereka berdua sama saja. “badan lo dikasih daging, eh maksa maunya tulang. Apaan tuh,” tambah cindai . “Terus badan lo apaan? Disuruh berisi tapi nolak, gitu?” tanya bagas balik dan kata-katanya nggak nyambung gitu. Bukannya marah, cindai malah tersenyum. Senyum manis banget. “Nggak gitu lah. Badan gue mah badan model. Langsing dan tinggi. Ideal banget,” jawab cindai lembut. Bagas mengangkat alisnya sebelah. “Lo model? Model ondel-ondel ada kali,” balas bagas dan ia tertawa geli. cindai sendiri manyun. Ternyata lelaki bernama bagas ini masih saja menyebalkan. “BAGASS…..ELO ITU MASIH AJA NYEBELIN,” teriak cindai. Ia sudah males membalas kata-kata kejahilan laki-laki itu. “CHINDAAAAAAAI……LO ITU MASIH AJA NGEGEMASIN,” teriak bagas balik. Cindai yang mendengarnya jadi tertegun. Namun hanya sebentar. Habisnya…… “ndai….muka lo itu lenong bocah banget ya? Komedi gitu. Sembilan sepuluh lah sama Sule. Gue suka tuh nonton Sule, habis lucu,” tambah bagas dan alisnya naik turun. cindai manyun, bagas benar-benar menyebalkan dan cindai tidak meragukan itu lagi. Ia sudah yakin seratus persen. “DASAR BAGASS GILA. NYEBELIN. SINTING. AWAS YA LO!” umpat cindao terang-terangan. “Awas apaan?” Awas ada cindai , siap tak jailin dong….”tanya bagas lagi-lagi kurang nyambung. “Awas aja kalo lo sampe jatuh cinta sama gue. Gue bakal tolak lo habis-habisan,” jawab cindai . Hahahhahha….hahhhaha…..tawa bagas pecah. “Emang nggak ada cewek lain yang bisa gue taksir?” bagas balik bertanya. Belum lagi cindai menjawab bagas malah berucap lagi. “Tapi boleh juga deh, apa bener yang namanya chindai loria logia alias cindai lebay titisan Nenek Sihir Mak Lampir bisa menolak kata cinta dari seorang bagas rahmad dwi saputra yang gantengnya sejagad raya. Pesonanya seluas lautan. Yang kecenya badai.” Huek…cindai berlagak mau muntah. “Tolongin gue deh, ada yang punya kaca nggak? Terus yang punya ember atau plastic juga. Gue mau minta. Nggak tahan mau muntah gue, ada orang pe-de-nya nggak ketulungan,” seru cindai pura-pura panic. “Noh dikacangin lo. Lo nggak liat tatapan mereka yang memandang elo ibarat alien kesasar di tengah-tengah ikan? Cacian deh lo,” ujar bagas . “Diem deh lo. Gue bosen dengar ocehan lo yang nggak bagus banget untuk didengar itu. Dasar monyet gila. Item, pesek, nyebelin dan gue benci banget sama lo,” balas cindai. “Benci ya?? Beneran cinta kali. Hayo….ngaku deh lo, pantes lo bilang awas kalo gue sampe jatuh cinta sama lo. Jangan-jangan lo yang jatuh cinta sama gue. Lo nyatain aja sama gue sekarang. Di sini juga nggak apa-apa kok. Nggak perlu sok romantis, gue nggak terlalu suka sama yang romantis-romantisan gitu,” ujar bagas dan tersenyum manis ke arah cindai. Bulu kuduk cindai merinding. bagas memang sableng. Gila aja nih anak ngomong kayak gitu. Di sini banyak orang kali, ntar dikira gue ngejar-ngejar bagas lagi, batin cindai. “Kenapa diam? Gue kan baik orangnya, gue nggak bakal nolak lo deh. Gue langsung terima dan gue jadiin pacar tersayang gue. Ayo bilang aja sekarang,” tambah bagas lagi. Cindai melotot. bagas memang nggak waras. Sarafnya udah putus. System koordinasinya terganggu dan cindai rasa ia harus mengajukan surat rekomendasi ke rumah sakit kejiwaan kepada Tante Manda, biar anaknya itu sedikit baikan. Kalo bisa baikan langsung, jangan sedikit baikan. Kalo sedikit baikan bisa-bisa kambuh lagi. bagas yang melihat cindai melotot malah semakin jadi. Ia suka menggoda gadis di depannya ini. “Jangan sampe melotot kok, cindai sayang. Gue masih tetap kece badai tanpa lo harus melotot ngeliat gue,” ujar bagas. Muka cindai mulai memerah. Bukan tersipu, tetapi MALU. Orang-orang yang lagi iseng keluar jam pelajaran, bahkan kelas yang sedang berolahraga kini memperhatikan dirinya dan si Stress bagas. Ia malu, sungguh malu. Bagas sangat malu-maluin dirinya. “Sayang pala lo pusing kepayang. Gue ogah naksir elo. Sampe hidung lo jadi mancung baru gue bakal naksir lo. And itu tandanya nggak mungkin.” “Kita lihat aja, say,” balas bagas yang membuat cindai merinding. “Say..say… aja lo. Sayuti melik lo,” seru cindai jutek dan ia menginjak kaki bags. “ADAWWWW…..” teriak bagas kesakitan. “Sekali lagi lo panggil gue sayang. Bukan kaki lo yang gue injek, tapi hidung lo. Biar semakin tenggelam. Makin pesek….mancung ke dalem,” ucap cindai. Tiba-tiba bel tanda pelajaran pertama dan kedua berakhir.cindai lega, ia segera balik badan untuk kembali ke kelasnya. Namun sebelum ia benar-benar kembali ke kelasnya, cindai menatap bagas sejenak. “DELUAN YA BAGAS JELAK, ITEM, PESEK, STRESS, GILA. BYE….BYEE….” pamit cindai tak lupa melambaikan tangannya. Kemudian ia benar-benar balik badan dan menuju kelasnya. Sementara bagas yang ditinggal hanya tersenyum geli. Ia sungguh tergoda untuk tersenyum melihat tingkah bagas. Gadis yang selalu dia goda. Tingkah gadis itu terlalu imut untuk usianya sekarang. Selain itu, cindai gadis yang sangat berbeda. Di mana gadis-gadis lain berebut mencari perhatian dirinya, namun cindai kebalikannya. Ia sungguh menolak akan kedatang dirinya. Setelah asyik tertawa geli, bagas pun juga kembali ke kelasnya. ************* “marsh sma angel mana sih, chel?? Kok ke toilet aja lama amat,” tanya cindai kepada chelsea. Mereka berdua tengah duduk-duduk di kantin sambil menikmati makanan favorit masing-masing. Sebenarnya mereka tadi berempat, namun marsha dan angel katanya pergi ke toilet bentar. “Mereka kan ke wc, cindai. Kali-kali aja ada urgent. Pasti mereka balik lagi kok,” jawab chelsea santai. “Feeling gue nggak bilang gitu deh, chel,” ujar cindai. Ia meletakan kedua telapak tangannya di kedua pipinya dan kemudian menghela nafas lemah. “Menurut feeling gue nih, mereka pasti lagi sama si Kuntet taf raf sama gil gil mendok itu,” tambah cindai. chelsea tertawa geli mendengar ucapan cindai. Cindai orangnya memang aneh, lucu dan kalau sudah nggak suka banget dengan orang lain ia pasti benar-benar menunjukannya. Seperti tadi, cindai memanggil rafli dengan panggilan raf-raf, sedangkan untuk gilang ia panggil gil-gil mendok. Lucu banget kan si cindai? Ia pun nggak suka sama rafli sma gilang hanya karena mereka berdua adalah sohibnya bagas. Orang yang paling menyebalkan. “Percaya aja deh sama marsha sma angel. Mereka kan juga udah janji untuk tidak dekat-dekat dengan rafli sma gilang ,” ujar chelsea. Tepat saat Chelsea selesai berucap, dua bola matanya menangkap sosokmarsha sma angel yang mulai berjalan menuju ke tempat mereka sekarang. “Nah, benerkan. Lihat tuh, marsha sma angel udah ke sini,” sambung chelsea. cindai melihat ke mulut kantin, memang benar apa yang dibilang chelsea. Marsha dan angel memang tengah berjalan menuju ke tempat ia duduk, bahkan kini marsha melambaikan tangannya ke arah dirinya. cindai pun membalas lambaian tangan itu. Cindai masih menatap ke mulut kantin, tanpa sengaja pandangan matanya jatuh pada seseorang yang nggak mau dia lihat. Orang yang paling nyebelin bagi dirinya. “OMG, kenapa dia lagi,” gumam cindai. Karena merasakan kalau bgaas juga menatap dirinya balik, cindai segera mengubah arah pandangnya dan kembali konsen pada semangkuk baksonya. ******** bagas bersama ketiga sohibnya, yaitu gilang ,rafli,dan difa tengah berjalan menuju kantin. Setelah bermain basket lumayan lama, ada kali sekitar dua puluh menit, rasa lapar menerjang mereka. Selama perjalanan menuju kantin keempatnya tampak asyik bercerita. Dapat terlihat dari tawa mereka. Saat tiba di mulut kantin, alias lorong untuk menuju area kantin. Tanpa sengaja mata bagas menangkan dua bola mata bening yang selama ini selalu memancarkan aura kemarahan yang sangat amat besar terhadap dirinya. Namun sebaliknya, bagas bukannya takut terlebih-lebih lagi merasa cindai sungguh mengerikan, bagas malah tersenyum manis sekali. Tetapi sayangnya, orang yang harusnya menerima senyum itu malah telah memalingkan wajahnya. “Dasar nenek lampir. Tapi elo selalu menggemaskan. Tunggu gue,” gumam bagas. Ia tidak sadar kalau dirinya tidak sendirian saat ini. Tentu saja gumamannya itu mengundang perhatian ketiga sohibnya. “cindai lagi, gas?” tanya gilang dengan alis terangkat sebelah. “Siapa lagi sih, lang yang tiap hari jadi korban jahilnya si Pesek ini. Cewek lain mah kagak ada yang berani menentang bagas,” rafli menjawab dan kemudian ia terkekeh pelan. bagas mengangguk tanda setuju. “Lo bener, raf. cindai emang berbeda. Lo bertiga nanti liat gue ya. New mission. Yang kemaren udah basi,” ujar bagas. “Dasar lo, gass. Ada-ada aja. Anak orang tuh, main asal jahilin aja, lo,” ucap Gilang dan gelang-geleng kepala. “Dia terlalu menarik,gilanag . Apapun reaksinya, dia selalu menggemaskan,” balas bagas dan ia menelusuri memori di kepalanya tentang ekspresi-ekspresi wajah cindai . Difa yang sendari tadi diam karena sibuk memperhatikan sosok lain, tiba-tiba angkat suara. “Gimana ngambil hati cewek galak sih?” bagas, gilang dan rafli langsung melihat ke arah difa . “Maksud lo apaan, dif?” tanya rafli . Belum lagi menjawab, rafli si Sipit langsung menyambar. “Pasti chelsea kan, dif? Sekarang lo udah benci jadi cinta nih?” ledek gilang . “Yeee….emang gue kayak bags sma cindai . Gue mah dari dulu sukanya sama chelsaa. Tapi tuh cewek tomboy, ngeliat gue kayak ngeliat dedemit. Apaan dah,” ujar difa. “Tapi percuma lho. Gue denger dari marsha, kalo kita bertiga minus bagas nggak bisa pacaran sama sahabat-sahabatnya cindai kalau bagas belum minta maaf sama cindai di depan seluruh murid di GNIS ini,” ucap rafli. “Kok lo bisa tahu, raf? Gimana sampai bisa si marsha cerita sama lo?” tanya Agilang yang menangkap kejanggalan. “Ada apa-apanya nih. Pasti,” ucap difa. rafli nyengir kuda. “Gue nembak marsha kemaren, tapi di tolak. Alasannya ya itu. marsha itu orangnya jujur banget. Waktu gue tanya dia suka juga sama gue nggak, dia jawab suka. Tapi dia nggak mau pacaran sama gue, sebelum cindai membolehkan. Alasannya kata marsha, dia nggak mau menghianati cindai soalnya dia udah janji,” jawab rafli l. “Ckckckckckckc…….jadi gitu. Kasihan deh nasib lo bertiga,” ledek bagas. “Ini juga salah lo, kunyuk!” seru difa dan gilang serentak. “Tenang-tenang, lo bertiga lihat aja nanti,” ucap bagas penuh misterius. Kryuukkk……kryuuukkk…….. Tiba-tiba perut di antara mereka berempat ada yang tengah asyik konser. “Siapa tuh? Malu-maluin aja,” seloroh bagas. Dengan tampang tanpa malu sedikit pun difa mengangkat tangannya seperti tersangka maling ayam. “Gue, Bro. lo bertiga sih pake lama. Gue udah laper tau,” ujar difa. “BAGAS KALI,” seru gilang sma rafli bersamaan. “Nggak usah ribut deh, ikut gue,” ujar bagas dan ia segera memasuki area kantin. ******* Seperti yang tidak terduga, ternyata bagas menuju meja yang dihuni oleh cindai dan ketiga sohibnya. Tanpa merasa bersalah apalagi menyadari kalau dia tidak boleh duduk di meja itu terlebih-lebih lagi di samping cindai , bagas malah melakukan hal tersebut. Dengan santainya ia duduk di sebelah cindai.cindai yang notabane-nya duduk paling pinggir deket dinding jadi terkunci. “Hai, cindai sa….yaangg….” sapa bagas dengan nada suara terlalu merdua hingga membuat ketiga sohib cindai ternganga. Yang paling parahnya cindai sendiri. bagaas berhasil membuat gadis itu melotot dan ternganga dalam waktu bersamaan. Difa .rafli .difa melihat tingkah bagas dibuat surprice. bagas memang ajaib. “Boleh kit duduk di sini?” tanya gilang. Pertanyaan gilang berhasil memberikan kembali kesadaran marsha ,angel ,dan chelsea yang tadi tiba-tiba terenggut. “Eh…iya, nggak apa-apa kok,” amgel menjawab. Akhirnya, rafli dan gilang duduk di bangku yang berhadapan denganmarsha dan angel, kecuali difa ia kebagian duduk di sampinga marsha makanya dia manyun abis. difa pun memesan semangkuk mi ayam. “Hei……, ndai. Woi…... cindai nenek sihir mak lampir….” Panggil bagas lagi. Cindai mengerjap-ngerjap. Matanya berkedip-kedip. “Yang ini baru bagas,” batin cindai. “Tadi gue salah dengar,” tambah cindai dalam hati. Untuk memastikan, cindai menatap bagas lekat. “Ngapain lo ngeliat gue gitu banget, nda? Gue berubah kok,ndai. Tambah ganteng,” ujar bagas dan ia menghadiahkan cindai senyum manisnya. Yang teramat manis. Sekarang cindai beneran yakin, ia yakin seyakin-yakinnya. Refleks cindai memukul lengan bags dengan botol Aqua-nya yang masih berisi setengahnya. Lumayan sakit tuh. “ADAAAAWWWW…..” teriak bagas. “Makanya, gas. Ngomong tuh diseleksi dulu. Nyaho lo,” ledek difa. Dari pada jadi obat nyamuk di antara marsha dan Farli , ia lebih memilih melihat pertengkaran bagas dan cindai. Ditambah lagi chelea yang asyik sendiri dengan handphone-nya. “Lo apa-apaan sih, nda. Sakit lebay,” seru bagas. cindai nyengir. “Gue mau mastiin, elo itu beneran bagassinting buron RSJ apa bukan. Habis lo manggil gue gitu,” ujar cindai. Alis bagas naik turun. “Jadi lo masih nggak percaya kalo gue manggil elo, cindai sayang. Bukannya lo memang suka sama gue, ndai? Kemarin elo bilang kan? Gue juga udah nerima elo jadi pacar tersayang gue,” ucap bagas norak dan ia mengerling genit ke cindai. Kali ini cindai benar-benar merinding. “Idih…..gue?? Suka sama elo?? Inget ya bagas Bross jelek, pesek,cungkring, stress dan nyebil kuadrat, gue suka sama lo kalo hidung lo yang tenggelam itu bisa bangkit alias mancung. Dan itu tidak dan nggak akan pernah terjadi,” ujar cindai dan menunjuk hidung bagas. Difa ,marsha,rafli,chelseai, angel dan gilang tertawa pecah mendengar ucapan Ify. “Lo emang TOP, ndai. Cuma elo yang berhasil menyebutkan nama panjang bgas. Keren, ndai,” puji difa. “Nggak usah malu-malu deh, ndai. Gue pasti terima elo. Gue bakal jadiin elo satu-satunya penghuni hati gue. Jadi Mrs. bagas,” ujar bagas. “Heh bagas jelek?! Gue itu nggak pernah naksir sama elo. Apaan deh lo bilang-bilang gitu. Lo kali naksir sama gue,” bales cindai. “Tuh kan, gara-gara lo semua cindai jadi malu-malu tuh. Ngambek dia. Pergi deh lo berenam, dif,lang ,raf. Kalian juga tuh angel,” ujar bagas pura-pura sangat terganggu. “Yeeee…..gue nggak kali. Kalian aja tuh. Gue udah nyaman dari tadi di sini,” tukas chelsea. Gilang, difa dan rafli sudha berdiri. Begitupun dengan marsha sma angel . Hanya Chelsea yang masih bertahan di posisi duduknya. “Udah deh, chel. Cepetan, ayo kita pergi,” ujara marsha Ia menarik tangan chelsea dna mereka berenam pun benar-benar meninggalkan bagas dan cindai berdua. “Sekarang lo bilang deh, ndai. Kalo lo suka sama gue,” ujar bagas. “Ogah. Eh….sohib-sohib gue mana?” tanya cindai. bagas tersenyum geli dalam hatinya, ternyata cindai tidak menyadari tadi. “Udah pergi. Lo sama gue aja di sini, kita habisin waktu berdua,” ujar bagas. “Kagak pernah. Berdua sama lo itu ibarat di Tartarus, ogah banget gue. Minggir,” tolak cindai langsung. “Lewat aja kalo bisa,” ucap baga lembut. Cindai mengutuk ucapan lembut bagas itu. gimana ia bisa keluar, kalo dia terjepit di antara bagas dan dinding kantin. “Ya Allah, kenapa makhluk di depan hamba ini nyebelin banget…………….” Ratap cindai. Bagas tekekeh geli mendengar ratapan cindai. “Puas lo gue nggak bisa keluar?” “Tentu, cindai sayang….” Goda bagas. Buuuukkk….kembali botol Aqua menimpuk bgaas. Kali ini di bahunya. Bukannya marah dengan cindai, tapi bgaas tertawa. Ia tertawa lantaran melihat ekspresi wajah cindai yang tengah cemberut. Pipinya mengembung, matanya berkilat kesal, tangannya terlipat di depan dada. ******* BERSAMBUNG.....
Posted on: Sun, 28 Jul 2013 08:18:00 +0000

Trending Topics



ight:30px;">
Here is an awesome paper written by Tom Adkins. Not sure of the
Dear Friends, please join us, for the unique opportunity to be
THE SUPPLICATION OF REPENTANCE IN THE NAME OF ALLAH THE ALL

Recently Viewed Topics




© 2015