Sejarah Aceh Berdasarkan sejarah nenek moyang orang Aceh berasal - TopicsExpress



          

Sejarah Aceh Berdasarkan sejarah nenek moyang orang Aceh berasal dari Vietnam Selatan, Koching China dan Kambodia. Kemudian, terjadi kedatangan masyarakat Melayu Muda dengan membawa budaya baru. Akhirnya masyarakat Aceh bertolak dan tinggal di gunung dan menjadi dua kelompok masyarakat: Gayo dan Alas.Aceh terletak pada posisi strategis di barat laut ujung pulau Sumatera antara Timur dan Barat. Aceh pernah menjadi daerah transit kegiatan perdagangan rempah-rampah dari Maluku Camphor, Barus dan Lada. Aceh juga menjadi pintu masuk Agama Islam dari pedagang Arab, Persia, Turki dan India. Walaupun masyarakat pulau Jawa sudah mengenal Islam, Aceh merupakan daerah pertama sekali masuknya Islam ke Indonesia. Pada akhir abad ke 13, kerajaan Islam tumbuh dan berkembang di daerah Pasai, bukan hanya menjadi pusat perdagangan, tetapi juga menjadi pusat pendidikan Agama Islam. Bangsa Portugis pertama sekali datang tahun 1509 ke Kerajaan Pasai dan Kerajaan Pedir (Pidie). Kemudian mereka menaklukkan Malaka. Pada masa itu tercatat masa kejayaan Aceh, Johor dan Portugis yang menguasai sektor perdagangan di Selat Malaka. Meskipun akhirnya Aceh menang bertarung. Mereka tidak pernah ingin menguasai sepenuhnya Selat Malaka. Orang Aceh sering dihalangi oleh berbagai pertikaian internal dengan sebaris peraturan yang tidak bertahan lama. Tahun 1607 sampai dengan 1636 Sultan Iskandarmuda menjadikan Aceh sebagai daerah kekuatan militer utama yang kuat dan perairan laut dikontrol oleh perahu yang membawa 600-800 orang. Kekuatan di darat mempunyai pasukan berkuda, kelompok pasukan gajah, artileri besar dan wajib militer. Tahun 1612 Sultan Iskandarmuda mengusai Deli dan Aru dan Tahun 1613 Sultan Iskandarmuda dikalahkan oleh Johor dan akhirnya Johor merdeka dari pasukan Aceh. Tahun berikutnya Sultan Iskandarmuda mengalahkan Portugis dan lari ke Bintan. Sultan Iskandarmuda menguasai Pahang dan Kedah di Malaysia, merebut Ibukota Johor lagi dan menguasai Nias pada Tahun 1624/24. Tahun 1629 Sultan Iskandarmuda mengirim sebuah ekspedisi yang didukung oleh ratusan armada kapal untuk melawan Malaka. Namun, mengalami kegagalan dan kehancuran. Menurut laporan Portugis sekitar 19.000 orang hilang. Masa Sultan Iskandarmuda dianggap masa kejayaan Aceh (the Golden Age of Aceh). Setelah masa Pemerintahan Sultan Iskandarmuda, kejayaan Aceh semakin menurun dan akhirnya banyak yang jatuh dan Kerajaan Johor menang. Portugis diusir dari Malaka oleh Sultan Iskandarmuda Johor dan VOC Belanda. Aceh mengalami kondisi politik internal, dimana hak-hak kerajaan menjadi terbatas dan berkurang. Masa Sultan Iskandarmuda Aceh menjadi daerah penting bagi Indonesia dalam literatur Melayu, khususnya literratur Islam. Empat tokoh penting dan terkenal masa itu adalah Hamzah Panzuri, Syamsuddin Pase (1630), Abdurrauf Singkil (1617-90) dan India Nuruddin Arraniny (1658). Setelah kekuatan Aceh menurun, literatur orang Aceh hilang perannya. Antara tahun 1641 dan tahun 1699 masa Pemerintahan Kerajaan Islam berada di bawah kekuasaan empat Ratu Aceh. Dari tahun 1699 sampai dengan 1838 terbagi 11 kerajaan kecil yang dipimpin oleh aristokrat yaitu 3 Arab, 2 Melayu 7 Bugis. Istana hanya mengontrol kota. Luar area dikontrol oleh kaum aristokrat yang agamawan sebagai pembatasan terhadap kekuasaan raja.Tanggal 21 Juni 1599 Kapal Belanda di bawah komando Cornelis de Houteman dan saudaranya Frederik mendarat di Aceh. Kapal Belanda tersebut mengalami penyerangan karena provokasi Portugis dan Cornelis de Houteman terbunuh dan saudaranya dipenjara. Tahun 1602 Gerard de Roy tiba dari Netherlands sebagai seorang wakil dari Pengeran Belanda Maurits yang tujuannya untuk membangun hubungan yang lebih baik antara dua kerajaan dan diterima dengan baik. Aceh mengirim 2 wakil ke Belanda. Di awal Juni tahun 1602 saudagar Inggris dikirim oleh Ratu Elizabeth untuk merealisasikan hubungan kerjasama dengan Sultan Aceh. Sebuah kontrak kerjasama kontral ditandatangani. Tahun 1820 merupakan kebangkitan Aceh di sektor perdagangan dan politik yang kuat. Pada masa itu, Aceh juga menjadi pemasok lada lebih dari separuh lada dunia. Pada tahun 1838 pemimpin baru Aceh muncul, seperti Tuanku Ibrahim yang mulai memulihkan kekuatan Sultan. Beliau mewakili beberapa sultan sampai beliau meninggal tahun 1857. Beliau digelar dengan nama “Sultan Ali Alauddin Mansyursyah”. Tahun 1854 beliau memperluas pemerintahannya sampai ke Langkat, Deli dan Serdang. Selama pemerintahannya Belanda menyingkir ke utara dan bentrok dengan Belanda tidak dapat dielakkan. Belanda takut Aceh menjadi lebih kuat atau akan mengganggu kekuatan Eropa.Inggris dan Belanda telah menandatangani perjanjian bahwa tidak akan mengintervensi, tapi Belanda berkembang terus pada kekuatan yang lainnya. Napoleon Bonaparte telah menerima utusan Aceh dan Turki telah menerima permintaan perlindungan dari Aceh. Inggris lebih senang terhadap Belanda untuk menguasai Aceh dari pada Perancis atau Amerika. Dengan perjuangan yang gigih, Belanda dan Inggris masuk dalam sejarah kolonial terbesar.Belanda mempunyai peluang emas di Afrika dan Inggris mengizinkan pengiriman kontrak kerja Indonesia ke Suriname dan memberikan kebebasan Belanda di Sumatera dan menyamakan hak dagang Siak Utara. Berarti perang Inggris di Afrika dan Belanda di Aceh. Tahun 1873 Belanda mengadakan pertemuan di Singapura, di mana Aceh dan Amerika mendiskusikan perjanjian. Sebagai alasan untuk intervensi, pada bulan Maret mereka membom Kutaraja (sekarang Banda Aceh) dan mendaratkan 3000 orang pasukan. Belanda salah mengira terhadap Aceh, Aceh bertahan dan menjatuhkan lawan, mereka kehilangan 80 orang termasuk jenderalnya. Kemudian Belanda mulai melakukan blokade. Aceh merekrut tentara yang diperkirakan sekitar 10.000 hingga 100.000 orang. Ini merupakan kekuatan terbaik untuk menghadapi perluasan kolonial. Sultan Aceh Mahmudsyah meminta perlindungan Inggris, Amerika, Turki dan Perancis. Namun, Inggris dan Amerika menolak. Turki menjadi lemah dan Perancis tidak merespon. Akhir tahun 1873 Belanda menyerang dengan kekuatan lebih besar di Indonesia. Sekitar 10.000 prajurit jatuh dan banyak korban nyawa akibat kolera. Banda Aceh jatuh Belanda menguasainya. Awal tahun 1874 Kemenangan lebih cepat dari perkiraan. Aceh tidak pernah menyerah dan Belanda semakin mengepung Banda Aceh dan akhirnya perang terjadi. Pihak Belanda berhasil membombardil dan membakar kampung, tapi pasukan Aceh hanya mundur dan lari ke gunung tanpa menyerah. Tahun 1881 Belanda mengumumkan perang telah usai, ini dilihat dari kenyataan dan pengamatan Belanda hingga Belanda menarik pasukannya untuk meninggalkan Aceh. Aceh mulai bergerilya dipimpin oleh pemimpin agama dan bertahan menjadi perang suci melawan kafir.Pemimpin yang paling terkenal adalah Teungku Chik Di Tiro (1836-91). Satu hal yang menentukan, yaitu ketika seorang misionaris Dr. Christian Snouck Hurgronje menjadi penasehat Belanda. Gubernur Belanda yang baru di Aceh Van Heutsz membuat kebijakan baru untuk menghancurkan pemimpin agama, setiap ada korban ia mencoba untuk mendinginkan pemimpin tradisional atau pemimpin sekular. Tahun 1903 Sultan Tuanku Daud Syah akhirnya menyerah, tetapi masih melawan Belanda dan memimpin suatu serangan di Banda Aceh tahun 1907 dan mengalami kekalahan, akhirnya dia diasingkan. Pemimpin militer juga menyerah tahun 1907 dan dia menjadi official dibawah Belanda. Beberapa pemimpin agama terbunuh tahun 1910/12, Bagi orang Aceh perang tak pernah berakhir, selama kedudukan Jepang banyak pemimpin sekuler di penjara atau dibunuh. Setelah perang dunia ke-II ketika Belanda mencoba untuk menaklukkan kembali Indonesia. Aceh dihindari secara hati-hati kecuali Sabang. Pemimpin Agama melihat Jepang datang mengira satu kesempatan untuk mengusir Belanda. Tapi sangat mengecewakan, ternyata perlawanan terus berlanjut dengan serangan gerillya. Dengan segera, setelah perang, Aceh menyerang Jepang yang telah dievakuasi oleh sekutu. Perang sipil antara pemimpin agama pro republik dan pemimpin sekular pecah.Pemimpin agama menang dan Aceh menjadi daerah yang paling stabil di Indonesia dan kerajaan dihentikan. Tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia memproklamirkan Kemerdekaannya. Aceh mendukung perjuangan melawan Belanda dengan menyediakan pesawat udara yang dibeli melalui sumbangan emas dari rakyat Aceh. Pesawat ini menjadi cikal bakal sejarah lahirnya penerbangan komersil “Garuda Indonesia Airlines” dan sekarang menjadi monumen di Taman Mini Jakarta dan replikanya di Banda Aceh. Tahun 1949 Aceh menjadi Provinsi Otonomi khusus di Republik Indonesia, tapi tahun 1950 Aceh disatukan dengan Provinsi Sumatra Utara. Aceh berontak, tahun 1953 pemerintah Jakarta mengirimkan militer untuk memadamkan pemberontakan di Aceh dan Aceh dapat dikuasai. Dengan ditandatanganinya gencatan senjata, namun mengalami kebuntuan. Pada tahun 1959 Aceh diberi status “Daerah Istimewa” di bidang Agama, Adat budaya dan Pendidikan
Posted on: Mon, 24 Jun 2013 19:55:35 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015