Sejarah Kebiadaban Wahabi (2): 1 Agustus 2011 pukul - TopicsExpress



          

Sejarah Kebiadaban Wahabi (2): 1 Agustus 2011 pukul 11:08 KHAWARID !!!!!!! Tak Perduli Bayi, Penduduk Thaif Dijagal Tanpa Ampun Ketika sedang menikmati kopi dan singkong bakar tiba-tiba Johnson, keponakan Sufi tua datang menyampaikan titipan buku dari penerbit LKiS Jogja kepada Sufi Sudrun. Buku yang ditulis Syaikh Idahram itu ternyata mengupas sejarah berdarah Salafi Wahabi dalam membantai umat Islam. Tentu saja, diskusi jadi makin hangat. Ketika perbincangan dimulai lagi, Sufi Kenthir yang ditugasi membaca tulisan Muhammad Muhsin al-Amin yang berjudul Kasyf al-Irtiyah mengungkapkan bagaimana setelah melakukan pembantaian di Karbala atas orang-orang Syi’ah, para badui Salafi-Wahabi bergerak dari gurun Najd menuju ke Thaif pada bulan Dzulqa’dah tahun 1217 Hijriyah atau 1803 Masehi. Saat itu Thaif di bawah kekuasaan gubernur Makkah as-Syarif Ghalib, yang sudah menjalin kesepakatan dengan pemuka Salafi-Wahabi. Namun seperti biasa, Salafi Wahabi ingkar. Begitu masuk Thaif, mereka menggiring para ulama untuk menyatakan sumpah setia mengikuti akidah Salafi Wahabi. Ulama yang menolak, pasti terhapus dari daftar hidup manusia. “Selama menduduki kota Thaif,” kata Sufi Kenthir mengutip tulisan Muhammad Muhsin al-Amin,”Salafi Wahabi membunuh ribuan penduduk, termasuk wanita dan anak-anak. Bahkan yang paling biadab, badui-badui berakhlak bejat itu menyembelih bayi-bayi yang masih di pangkuan ibunya dan membunuhi wanita-wanita hamil. Setelah merampas, merusak, menjagal orang-orang tak bersalah, dan melakukan kebiadaban tak terbayangkan atas umat islam, binatang-binatang rendah penghuni gurun Najd itu bergerak menuju Makkah. Namun mereka berbalik ke Thaif, karena mengetahui saat itu umat Islam sedang menunaikan ibadah haji. Setelah para jama’ah haji kembali ke negeri masing-masing, barulah badui-badui Salafi Wahabi bergerak menuju Makkah.” “Gubernur Makkah as-Syarif Ghalib tidak kuasa menahan kemarahan badui-badui Salafi Wahabi yang telah sampai di Jeddah. Pada akhir bulan Muharram 1218 Hijriyah, badui-badui biadab itupun masuk Makkah dan menetap di situ selama 14 hari. Selama waktu itu melakukan perusakan dan melakukan pelarangan menziarahi makan nabi-nabi dan makam orang-orang saleh.” “Coba baca tulisan Mufti Makkah Sayyid Ahmad ibnu Zaini Dahlan!” kata Guru Sufi menunjuk Sufi Majnun untuk membaca kitab berjudul Umara ul-Baladil Haram. Sufi Majnun dengan menahan perasaan membaca tulisan Sayyid Ahmad ibnu Zaini Dahlan itu dengan suara sesekali tersekat, yang intinya sebagai berikut: “Ketika memasuki Thaif, Salafi Wahabi melakukan pembunuhan menyeluruh, termasuk orang tua, kanak-kanak, tokoh masyarakaty dan pemimpinnya, membunuhi golongan syarif dan rakyat biasa. Mereka menyembelih hidup-hidup bayi-bayi yang masih menyusu di pangkuan ibunya, membunuh umat Islam di dalam rumah-rumah dan kedai-kedai. Jika mereka mendapati satu jamaah umat Islam mengadakan kajian al-Qur’an, mereka cepat-cepat membunuhnya sehingga tidak tersisa lagi orang-orang dari kalangan mereka. Sewaktu memasuki masjid, mereka membunuhi orang-orang yang sedang rukuk dan sujud, merampas uang dan harta mereka. Mereka menginjak-injak al-Qur’an, kitab-kitab Imam Bukhari, Muslim, kitab fiqih, nahwu, dan kitab-kitab lain yang mereka robek-robek dan mereka tebarkan di jalan-jalan. Mereka merampas harta umat Islam, lalu membagi-bagikan di antara mereka seperti pembagian ghanimah dari harta orang kafir.” Sufi Sudrun membaca tulisan Syaikh Idahram yang mengutip tulisan Dr Muhammad ‘Awadh al-Khatib dalam buku berjudul Shafahat min Tarikh al-Jazirah al-Arabiyah al-Hadits tentang bagaimana badui-badui Salafi Wahabi membunuh mereka yang menolak ajakan dakwahnya. Salafi Wahabi juga mengumpulkan mereka yang berusaha lari ke satu tempat untuk dipenggal, dan sebagian lagi digiring ke lembah Wadi Aluj, yang jauh dari hunian dalam keadaan telanjang antara laki-laki dan wanita. Mereka menggeledah dan menjarah harta benda penduduk. Setelah merampas harta penduduk dan membunuh mereka, badui-badui Salafi Wahabi meninggalkan Thaif, membagi rata hasil rampasan dan kemudian mengirimkan seperlima bagian kepada Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab. “Catatan sejarah tentang kebiadaban Salafi Wahabi itu,” lanjut Sufi Sudrun dengan suara ditekan tinggi,”Ternyata dibenarkan oleh sejarawan Wahabi, Syaikh Abdurrahman al-Jibrati dalam buku berjudul Tarikh ‘Ajaib al-Atsar fi at-Tarajum wa al-Akhbar. Dalam buku itu Syaikh Abdurrahman al-Jibrati menyatakan bahwa orang-orang Wahabi menyerang Thaif dan memerangi penduduknya selama tiga hari, sampai semua takluk. Orang-orang Wahabi mengambil alih kota itu dan memerintahnya dengan keras. Mereka membunuhi kaum lelakinya, menyandera perempuan dan anak-anaknya. Begitulah pandangan Wahabi terhadap orang-orang yang mereka perangi.” “Biadab! Bejat! Binatang!” seru Dullah dengan dada naik turun menahan perasaan,” Bagaimana kawanan hewan buas yang tidak memiliki hati nurani itu bisa menepuk dada sambil menyatakan bahwa merekalah yang paling benar dan haqq dalam menjalankan agama. Jelas itu bukan kelakuan orang Islam. Rasulullah Saw tidak pernah mencontohkan kebiadaban seperti itu.” “Benar kang,” sahut Sukiran dengan mata berkilat-kilat menimpali,”Mereka itu mesti penganut ajaran Musailamah al-Kadzab yang membalas dendam kepada umat Islam. Sungguh berbahaya agama baru dari Najd yang sesungguhnya adalah agama lama bikinan Musailamah.” “Perhatian! Perhatian!” seru Sufi tua mengangkat tangan kanan ke atas,”Dilarang emosi dan marah-marah. Kepala boleh panas, hati harus tetap dingin. Mohon sabar, kita masih akan membahas kebiadaban badui-badui biadab itu pada perbincangan lanjutan.” “Kebiadaban di mana lagi, pakde?” seru Dullah ingin tahu. “Di mana lagi kalau bukan di Makkah dan Madinah?” sahut Sufi tua. “Apa?” sergah Dullah dan Sukiran bersamaan,”Wahabi melakukan kebiadaban di Haramain?” Sumber : https://facebook/notes/aguste-comte-serenade/sejarah-kebiadaban-wahabi-2/2329651685356,,
Posted on: Tue, 13 Aug 2013 04:39:32 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015